5

3K 459 49
                                    

Hinata duduk di tepi ranjang sambil memasang kembali kancing pakaian terusan yang dia kenakan. Dirinya telah membersihkan diri lebih dulu daripada suaminya, yang tadi masih menyesap cerutu sambil duduk bersandar pada kepala ranjang.

Naruto kemudian beranjak dari ranjang selepas menyesap sebatang cerutu dan bergegas pergi ke ruang pemandian.

Selepas pergumulan sore mereka, tak ada yang bicara. Sepertinya di kamar ini memang tak pernah ada perbincangan berarti antara sepasang suami-istri yang belum lama menikah tersebut.

Bahkan rasanya belakangan ini lebih banyak terdengar deritan ranjang atau desahan lembut daripada kata yang terucap.

Hinata membuka laci pakaian dan menyiapkan kemeja suaminya. Pria itu sepertinya akan pergi ke pusat kota. Dia curi dengar dari pembicaraan pria itu bersama supir pagi tadi. 

Wanita cantik itu mengetuk pintu pemandian sebelum melangkah masuk dan meletakan pakaian suaminya di atas kabinet tempat menyimpan handuk sedangkan dirinya kembali ke kamar dan merapikan ranjang yang kacau berantakan.

Hinata tidak tahu apakah urusan ranjang harus dilakukan sesering ini? Sebab dirinya dan Naruto melakukannya begitu sering bahkan di siang atau sore hari, saat pria itu menarik lengannya ke kamar, dirinya tidak bisa menolak.

Wanita itu mengikat kelambu yang ada di empat tiang ranjang besarnya selagi menunggu suaminya keluar dari ruang pemandian.

Naruto bergegas, dirinya terlalu sibuk bercinta hingga nyaris lupa memiliki janji makan malam dengan Tuan Saito. Pria tua itu adalah tuan tanah pemilik lahan yang kini dibangun dengan kasinonya.

Pria itu melangkah keluar pemandian dengan pakaian yang istrinya siapkan. Wanita itu sangat manut kepadanya beberapa waktu belakangan, entah karena apa.

Dia mendapati wanita itu sedang membereskan ranjang dan mengikat kelambu.

"Jangan menunggu, aku akan pulang larut." Ucap Naruto seraya melipat lengan kemejanya.

Setitik rasa senang memenuhi hati Hinata, sebelumnya pria itu tak pernah mengatakan apapun kepadanya saat berpergian, namun kini dia bicara. "Pergi ke mana?"

Naruto mengamati Hinata, wanita itu kembali berpakaian dengan cepat, padahal baru saja mereka bercinta di sepanjang sore. "tak semua hal soal urusanku kau perlu mengetahuinya."

Setitik senang di hati Hinata lekas menghilang setelah itu. Dia menatap pria itu kembali dengan tatapan sendu. Kenapa bicara begitu dingin meski baru saja diberikan apa yang dia minta?

Naruto meraih jam tangannya di atas meja kemudian melangkah pergi keluar kamar tanpa bicara apapun lagi dengan istrinya.

Hinata membuntuti pria itu hingga ke teras depan kediaman mereka. Sejak beberapa waktu terakhir dirinya mengamati pria itu, dia mendapati satu tanda, jika tidak membawa tas besar berisi pakaian, berarti pria itu hanya pergi ke pusat kota, sebab pelayan mengatakan jika berpergian jauh, pria itu akan membawa banyak pakaiannya.

Hanya itu yang Hinata ketahui, karena pria itu tak pernah mengatakan akan pergi ke mana dan kapan akan pulang. Kadang dia juga ada di rumah sepanjang hari, membaca berkas yang entah apa isinya di ruang kerja.

Pria itu tak menoleh kembali ke arah Hinata hingga naik ke dalam mobil sedangkan Hinata berdiri di tangga teras untuk menatap keberangkatan pria itu di sore hari secara terburu-buru, entah akan ke mana.

Wanita itu termenung setelahnya, sebuah keresahan menghantui benak Hinata belakangan ini. Mungkin sebab terlalu sering menipu diri dan berpikiran bahwa pria itu sebenarnya peduli, hanya saja sifatnya memang dingin.

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang