14

2.8K 470 44
                                    

"Selamat nyonya." Kepala pelayan mengusap punggung tangan nyonya mudanya yang baru mendapati berita kehamilannya pagi ini.

"Dia datang saat ayahnya pergi." Hinata berujar risau, dia menyentuh perutnya dengan lembut.

"Ayo beritahukan kepada Tuan Uzumaki." Kepala pelayan berucap lembut, dia tak sama sekali ingin ikut campur namun bukankah sudah seharusnya ayahnya mengetahui ini?

"Dia tak akan peduli lagi." Ucap Hinata, saat ini sudah tidak ada lagi ikatan antara dirinya dengan Naruto.

"Bagaimana mungkin tidak peduli?" Kepala pelayan ingat bahwa keinginan untuk memiliki anak datangnya dari Tuan Uzumaki.

Hinata menggeleng. "Tak apa Bi, aku akan merawatnya sendiri tak perlu memberitahunya."

"Nyonya, tidakkah Tuan akan marah jika tidak diberitahu?" Kepala pelayan takut sesuatu yang buruk terjadi lagi.

"Dia tidak akan datang lagi kemari, sebab aku sudah membayar hutang Ayah, sejak awal dia hanya ingin uangnya kembali." Hinata mencoba memberitahu kepala pelayan yang sesungguhnya.

Kepala pelayan menatap sedih ke arah puannya yang bicara seolah dia putus asa.

"Dia mungkin akan menarik pelayannya dari sini, aku tidak punya uang untuk membayar." Hinata telah menyadarkan dirinya. Sebab Naruto pergi, dirinya harus mulai membangun hidupnya sendiri mulai hari ini. "Aku akan bekerja semampuku untuk hidup kedepannya. Bibi bisa pergi bersama pelayan lainnya."

"Nyonya.." Kepala pelayan menggenggam tangan puannya.

"Jangan khawatir Bi, aku akan merawat bayiku dengan baik." Hinata tidak ingin orang lain terbebani dengan kehidupannya yang selama ini digantungkan kepada orang lain. Sejak dulu ayah selalu menitipkan dirinya kepada orang lain dan kini datang waktu dimana dirinya harus berdiri di atas kakinya sendiri.

...

"Dia menuduhku membunuh ayahnya." Naruto menemui Kakashi di pelabuhan. Di sebuah kedai bir kecil dekat dermaga.

Hari ini Kakashi akan berangkat berlayar dan memulai putaran baru perjudian di kasino milik mereka di kapal pesiar itu.

Namun hanya Kakashi yang tahu segala kenyataan soal hutang Hiashi maka Naruto butuh telinga dan saran dari Kakashi untuk bisa keluar dari masalah ini.

Kakashi menyesap cerutunya dengan embusan agak kasar. "Singkatnya kau punya dua pilihan sekarang. Satu, pergi menemui Toneri Otsutsuki dan menghajarnya demi dapatkan bukti kebohongannya dan ke dua terima saja uang Hiashi dan lupakan segala yang terjadi di Nagoya."

Naruto tidak senang Kakashi memberinya dua jalan untuk dilakukan, apalagi opsi ke dua terdengar sangat konyol di telinganya.

Melihat Naruto termenung saat ditempatkan dalam dua pilihan, Kakashi rasanya ingin mendengkus. "jika aku jadi kau, kupilih opsi ke dua. Bukankah kau selalu menganggap istrimu tidak berharga dan selama ini dia hanya sebatas imbalan belaka? Sekarang dia membayar hutang ayahnya secara penuh kepadamu, kau dapatkan milikmu kembali dan kehilangan wanita itu tak akan berarti apapun bagimu. Bukankah begitu?"

"Kau sengaja bicara seperti ini untuk membuatku menjilat ludahku sendiri Kakashi?" Naruto sedang muak pada keadaan dan Kakashi memancing emosinya. "Ya, aku jatuh cinta pada Hinata dan tak ingin pergi dari Nagoya, tapi dia mengusirku dari rumahnya dan menganggapku seperti seorang pembunuh."

Kakashi menarik sudut bibirnya, akhirnya dia lihat Naruto merendahkan ego dan harga dirinya demi seorang wanita. "Kalau begitu pilihlah opsi satu dan bersiaplah menghadapi kerumitan."

"Aku membutuhkan satu jawaban, apa benar itu uang milik Hiashi yang ada di rekening Makau?" Naruto tahu semua permasalahan dimulai dari kemunculan uang sejumlah lebih dari dua puluh juta dollar tersebut.

As You RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang