25. lost in a dead end

263 40 9
                                    

Yang terjadi antara Beomgyu dan Taehyun adalah sebuah kesalahpahaman. Setidaknya, begitulah yang dapat Ryujin simpulkan selepas mendengar keseluruhan cerita Beomgyu sore itu.

Ia mengerti kekecewaan yang laki-laki, namun bagian lain dari dirinya merasa Taehyun juga sepatutnya mendapat kesempatan memberi penjelasan. Ada segilintir keyakinan bahwa yang terjadi bukan sepenuhnya kesalahan anak yang bermarga Kang.

Jadi, ketika ia mengklaim masalah mereka sebagai pekerjaan rumah untuk diselesaikan, tekadnya sudah betul bulat. Bukannya ia berniat turut campur, tentu saja tidak. Yang ia mau hanya membantu dua anak laki-laki itu agar bicara. Beomgyu tak boleh selamanya menumpahkan kekecewaannya terhadap sang kawan lama tanpa mendengarkan apapun, sementara Taehyun tidak bisa terus-menerus mengubur penjelasannya.

Serupa insiden yang terjadi antara Beomgyu dan Yeonjun tempo lalu, yang mereka butuhkan yakni komunikasi supaya saling memahami. Taehyun pantas bicara, Beomgyu perlu mendengar.

Maka dari itu, Ryujin diam-diam menyibukkan diri menggali informasi lain mengenai Kang Taehyun. Ia memulainya dari yang paling mudah; mencoba mencari di media sosial meski tak memiliki bekal apapun selain kemampuannya mengingat rupa Taehyun. Ada sedikitnya ratusan hasil yang muncul di pencarian media sosial jika sekadar mengetikkan Kang Taehyun dan belasan artikel di internet bila mencantumkan nama sekolahnya sekaligus.

Tidak satupun dari semua itu memberi informasi lebih bagi Ryujin.

Tak ada akun yang bisa diklaim sebagai milik Taehyun. Laki-laki itu boleh jadi tidak menggunakan identitas pribadi sebagai nama pengguna hingga sulit untuk menemukannya. Artikel terakhir yang memuat berita Kang Taehyun dan kejuaraannya di kompetisi matematika dipublikasikan hampir setahun lalu. Tak salah lagi, itu jelas kompetisi yang dikisahkan Beomgyu sebelumnya.

Lalu setelahnya, nihil.

Tidak ada yang mampu dijadikan acuan.

Ia mengerti dirinya tak sepatutnya merasa terlalu terganggu dengan itu, lebih-lebih Beomgyu sendiri juga tidak memintanya melakukan apa-apa. Sesuatu di dalam dirinya yang merasa bahwa ia berkewajiban. Ia berjanji membantu Beomgyu dalam mengembalikan potongan-potongan kebahagiaannya yang dicuri, dan tentu saja, ini cuma sebagian kecil dari yang bisa ia perbuat.



Menghela napas panjang guna meminimalisir kefrustrasian yang berangsur-angsur merambat di kepalanya, Ryujin menutup laman artikel terakhir tentang Taehyun yang sudah ia baca setidaknya puluhan kali. Ia pikir ia telah menghafal seluruh isi artikel itu dengan detail di luar kepala.

Atensinya beralih menatap sekeliling pada orang-orang yang sibuk dengan buku dan laptop masing-masing, lantas kembali ke layar miliknya. Lamannya kini berganti, menampilkan sebuah video materi pembelajaran yang terjeda serta catatannya yang baru setengah jalan. Earphonenya dibiarkan tidak mengeluarkan suara apa-apa untuk beberapa masa lantaran sang empu kepalang sibuk bergelut dengan pikiran yang terus mengantarkannya ke jalan buntu.

Biasanya, Ryujin akan langsung memilih berguru pada Beomgyu tanpa banyak menimbang pilihan. Laki-laki itu normalnya bakal berlagak kesal di awal, berkata bagaimana si gadis Shin teramat payah dalam memahami rumus. Mempertanyakan ke mana perginya gadis kecil yang gemar menyombongkan diri setiap pelajaran matematika semasa sekolah dasar dahulu (sebuah pertanyaan yang juga Ryujin tanyakan kepada dirinya sendiri; apakah kepintarannya punya waktu kedaluwarsa?).

Akan tetapi dari semua itu, Beomgyu tetap akan menjelaskan dengan luar biasa sabar. Lalu keduanya menghabiskan sisa hari dengan menonton dokumenter kehidupan penguin atau mengusik Yeonjun supaya turut serta dalam permainan mereka.

for the gray one, until it returned to its colorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang