- Sebelas -

13.8K 1.2K 24
                                    

Jaemin duduk di balkon kamarnya, ini adalah hari kelima dirinya kembali dari Callidus dan sudah hampir seminggu dirinya menghindari sosok Jeno. Bohong kalau dirinya tidak memikirkan tentang tunangannya itu, meski sepertinya ada reaksi lain dari tubuhnya ketika nama tunangannya itu disebut.

Jeno, menjadi alasan mengapa dirinya dirundung oleh Jimin, menjadi salah satu alasan mengapa dirinya ingin mengakhiri hidupnya, dan menjadi salah satu alasan untuk pertama kalinya jatuh cinta. Maka, ketika ia bertemu dengan sosok Jeno lainnya di sini, batinnya terkadang berselisih, untuk dekat dengannya atau malah menjauh.

"Kau memikirkan apa lagi?" tanya Renjun yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamarnya, karena ia yakin kalau sedang sendiri sedari tadi.

Jaemin menatapnya heran. "Sejak kapan kau ada di kamarku?" Ia lalu bangun dan masuk ke dalam kamarnya, menutup pintu balkon karena udara mulai terasa dingin.

Kekehan terdengar dari mulut mungil Renjun. "Apa yang membuatmu melamun, sampai-sampai aku masuk, kau tidak menyadarinya sama sekali."

Jaemin mendudukan dirinya di pinggir ranjang, menimang apakah ia harus membagi pikirannya ini dengan sang pelayan sekaligus temannya ini.

"Kau tidak perlu membaginya kepadaku bila memang kau tidak ingin, tapi jika kau merasa perlu membaginya denganku, aku siap mendengarkan." Renjun berkata demikian, seperti tahu apa yang tengah dipikirkan oleh tuannya itu.

"Ada kabar apa? Bagaimana Callidus? Aku dengar, mereka masih di sana karena berjaga-jaga?"

Ya, Jaemin sempat mendengar hal ini dari Shohei yang merupakan pengawal ayahnya. Pengawal tersebut tidak sengaja mengucapkan info terbaru tentang Kerajaan Callidus, ketika ia tengah membaca buku di ruang kerja ayahnya. Akhir-akhir ini, Jaemin memang mulai menyukai membaca buku-buku di ruang kerja ayahnya, apalagi tentang sejarah dunia ABO ini.

Lagi, kekehan terdengar dari Renjun. Beta itu sangat paham kalau sang tuan sedang menanyakan kabar tunangannya, tapi karena satu dan lain hal, tuannya itu tidak bisa terang-terangan menanyainya.

"Mengapa kau tidak bertanya sendiri pada tunanganmu itu?"

"Renjun!" Jaemin mendelik ke arah pelayannya itu.

"Baiklah... Baiklah... Jadi, kau mau menanyakan masalah tunanganmu atau apa yang sedang terjadi di Callidus?" Renjun akhirnya menarik kursi kecil di depan meja rias, duduk berhadapan dengan Jaemin. "Aku juga tidak tahu apa tunanganmu ada di sana atau tidak." Renjun melanjutkan, melihat Jaemin terdiam, ia tahu kalau tuannya itu ingin tahu tentang Pangeran Forte itu. "Dan untuk yang terjadi di Callidus, sebenarnya aku tidak terlalu tahu. Namun, Lucas memberitahuku kalau mereka menemukan jejak ular di sana."

"Ular?" Jaemin bingung, bukannya jejak ular itu adalah hal yang wajar, mengingat Kerajaan Callidus dekat dengan hutan.

"Itu bukan ular biasa, mereka berasumsi kalau itu adalah jejak Damballa. Makanya, mereka berjaga-jaga di sana. Namun, orang tuamu meminta izin untuk kembali ke Arroz, karena keadaanmu tidak memungkinkan untuk berada di sana lebih lama."

"Damballa? Iblis ular?" Jaemin pernah membacanya di salah satu buku yang ada di kantor ayahnya. 

Renjun mengangguk. "Terakhir kali terlihat itu beberapa tahun lalu, ketika mereka menyerang Kerajaan Silah. Mereka tidak menyangka kalau Forte, Arroz, dan Callidus akan membantu Silah."

Anggukan tercipta dari Jaemin. Ia lalu bangkit dari tempatnya dan mulai merapihkan bajunya, memakai sweater berwarna biru. Mematut dirinya di cermin panjang di ujung ruangan.

"Kau mau ke mana?" tanya Renjun bingung.

"Ke ruangan ayah, ada buku yang harus ku selesaikan. Kenapa ya, ayah tidak mengizinkan untuk membawa bukunya ke kamarku? Kan aku tidak perlu repot-repot ke sana. Aku juga terlalu malas ke perpustakaan yang jaraknya dari ujung ke ujung."

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang