- Empat Belas -

12.5K 1.1K 21
                                    

Lebih dari tiga minggu berlalu sejak kejadian di pondok tepi danau tersebut dan artinya beberapa hari lagi Jaemin dan Jeno akan melangsungkan pernikahan mereka. Berita tentang pernikahan antara pangeran kedua Forte dan pangeran sulung Arroz, sudah tersebar ke semua wilayah empat mata angin.

Bahkan, Haechan yang kini tengah berbadan dua, tidak kalah semangatnya untuk mempersiapkan pernikahan sahabatnya itu. Ia yang membantu memilih bunga, dekorasi altar, dekorasi kamar pengantin, bahkan sampai mencicipi makanan yang nantinya akan disajikan ketika perayaan.

Minhyung sudah lelah menasehati Haechan, karena kandungannya yang masih sangat muda dan rentan. Namun, omega  tersebut selalu mengindahkan perkataan suaminya itu. Dirinya sudah terlampau bahagia dengan kabar pernikahan itu.

"Huh, perasaan aku sudah bilang kalau jangan terlalu dominan warna ungu," keluh Haechan sambil dikipasi oleh Hanjis, yang sedari tadi tidak kalah sibuknya memegangi barang-barang keperluan tuannya itu.

"Yang mau menikah itu kau atau Pangeran Jaemin?" Hanjis mencibir sambil menggelengkan kepalanya heran.

"Jaemin saja tidak protes, mengapa kau yang protes?" tanya Haechan tak terima.

Memang benar Jaemin tidak memprotes dengan kegiatan Haechan kali ini, padahal awal-awalnya Jaemin benar-benar selalu menyeret Haechan untuk beristirahat bersamanya, apalagi Haechan kini tengah hamil. Jaemin hanya tidak ingin kalau Haechan kelelahan dan akan membahayakan kandungannya.

"Pangeran Haechan, Pangeran Minhyung menunggu anda di kamar!" kata Lucas yang kini sudah membungkuk di hadapan tuannya itu.

"Ada apa dia memanggilku? Aku masih ingin di sini, bilang saja padanya kalau aku sibuk!"

"Tapi, Tuan, Pangeran Minhyung tidak akan senang bila mendengar anda menolak menemuinya."

Dengan perasaan kesal, Haechan berjalan mendahului kedua orang yang bertugas menjaganya itu. Feromon  bunga matahari menguar di sepanjang perjalanannya, menandakan bila omega itu tengah kesal bukan main.

"Kau kenapa?" tanya Jaemin ketika mereka berpapasan di jalan dekat tangga.

Haechan menghela napas kasar. "Aku kesal dengan suamiku! Kau mau ke mana?" Haechan bertanya balik, heran melihat Jaemin berkeliaran sendiri tanpa Renjun di sisinya.

"Ke kamar Jeno."

"Heh, omega! Mau apa kau ke kamarnya? Kau ingin mating?" tanya Haechan asal yang akhirnya dihadiahi pukulan pelan di lengannya yang agak berisi.

"Sana! Temui suamimu, sebelum ia tambah marah karena kau terlalu sibuk di sini!"

Tanpa menunggu jawaban Haechan, Jaemin melangkahkan kakinya, meninggalkan sahabatnya itu yang kini makin menggerutu dengan orang-orang di sekitarnya.

Jaemin berhenti di depan pintu cokelat tua, ia mengetuk pintu tersebut. Setelah mendengar suara yang mengizinkannya untuk masuk, Jaemin langsung membuka pintu tersebut dan mendapatkan Jeno yang tengah duduk di meja dengan Hyunjin di sampingnya. Sepertinya mereka sedang membicarakan suatu hal yang penting dan rahasia, karena ketika Jaemin masuk, Jeno langsung menggulung kertas dan memberikannya kepada Hyunjin.

"Nanti kita bicarakan lagi!" kata Jeno, lalu Hyunjin langsung menunduk untuk pamit keluar dari kamar tuannya itu.

Ketika Hyunjin sudah keluar, Jaemin langsung berjalan mendekati Jeno sambil tersenyum. Jeno menepuk pahanya, meminta Jaemin untuk duduk di sana.

"Kau kenapa lama sekali ke sini?" tanya Jaemin sambil mengalungkan tangan di leher kekasihnya itu. Menghirup dalam-dalam aroma citrus dan mint yang membuatnya rindu beberapa waktu ini.

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang