- Sepuluh -

14.5K 1.4K 34
                                    

Jaemin bergerak gelisah, keringatnya deras mengalir di wajahnya. Napasnya sedikit memburu, tapi entah mengapa matanya tetap terpejam, seakan tidak ingin membuka sama sekali.

Winwin mengelus pelan tangan putranya, yang sedari tadi tak lepas ia genggam, sesekali menghapus air mata yang mengalir dari mata indahnya. Renjun pun sedari tadi di sisi ranjang Jaemin, menghapus peluh tuannya itu dengan wajah khawatir.

Sudah lebih dari satu jam Jaemin terlelap dan di waktu itu pula Jaemin terus bergerak gelisah. Tabib istana sudah dipanggil dan dirinya tidak bisa mendeteksi dengan jelas apa yang Jaemin alami, ia hanya tahu kalau jantung Jaemin berdegup begitu cepat.

Di sudut ruangan sana juga sudah berdiri Jeno, yang masih menatap Jaemin dengan perasaan khawatir. Kedua orang tuanya juga ada di sini, meminta izin kepada Johnny untuk melihat keadaan Jaemin terlebih dahulu.

"Kau yakin, karena gadis-gadis itu?" tanya Jeno kepada Hyunjin yang ada di sebelahnya.

Jeno memang mengutus Hyunjin untuk memantau Jaemin dan kedua lainnya yang berjalan-jalan untuk melihat stall makanan di halaman istana. Dan untung saja Hyunjin ada di sana, jadi sewaktu Jaemin tiba-tiba pingsan, dirinya langsung menggendong Jaemin ke dalam istana.

"Ya, Tuan. Aku tidak tahu dengan jelas, yang pasti ketika Pangeran Jaemin bertemu dengan mereka, Pangeran Jaemin langsung bereaksi seperti itu."

Helaan napas pelan terdengar dari Jeno, masih menerka apa yang sebenarnya menjadi pemicu keadaan Jaemin ini.

"Aku mau, kau selidiki gadis-gadis itu lagi!"

Hyunjin membungkuk patuh, lalu berpamitan dan kemudian pergi dari ruangan itu.

Jeno masih menatap Jaemin nanar, di sampingnya ada Winwin yang masih memegang tangan anaknya sambil menangis dan ada Taeyong yang memeluk Winwin dari samping. Sedangkan Jaehyun dan Yuta, mereka berdua duduk di sofa sambil berspekulasi apa yang sedang terjadi.

"Jaemin!" seru Winwin ketika melihat Jaemin membuka matanya.

Semua orang bergegas untuk mendekat ke arah ranjangnya.

"Jaemin, anakku, kau baik-baik saja?" Yuta mengelus surai putranya itu, sambil menatap penuh khawatir.

Jaemin menangis ketika melihat ayah dan ibunya, tapi matanya langsung membulat ketika pandangannya bersirobok dengan salah satu laki-laki di sana.

Aku sudah pernah berkata, jangan ada siapa pun yang berani menyentuh milikku!

Ada orang yang mengambil fotomu dengan Jeno. Jeno ada di sana kemarin, apa kau ingat?

Foto kalian berdua ada di base sekolah.

Memori itu terus berputar di kepalanya, kala ia bertatapan dengan laki-laki itu. Suara-suara yang pernah menghantuinya, kini hadir kembali memenuhi seluruh ruang di kepalanya. Ia menutup telinganya, berharap tidak bisa mendengar lagi suara-suara tersebut.

"Jaemin, kau kenapa?" tanya Winwin panik, melihat anaknya yang tiba-tiba menutup telinganya, lalu menarik rambutnya sendiri.

Semua orang panik dan langsung menahan tangan Jaemin agar tidak menyakiti dirinya lebih lanjut lagi.

"Pergi, aku mohon pergi!" Jaemin menatap Jeno penuh rasa takut, ia juga menepis tangan Jeno yang hendak menyentuhnya.

Semua orang menatap heran ke arah Jeno, yang kini terdiam mematung. Menatap ke arah Jaemin yang kini sudah meraung.

"Jeno, kau lebih baik keluar dulu!" pinta Jaehyun yang sadar akan feromon Jeno yang menguar. Ia hanya tidak ingin kalau feromon Jeno bisa memicu keselamatan Jaemin.

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang