FOLLOW SEBELUM BACAA!!!
Kepolosan Alfina dalam hal agama tak membuat seorang gus tidak tertarik.
♬♬♬
Alfina dipaksa masuk pesantren oleh Ayahnya karena ketahuan memiliki hubungan dengan lelaki. Hari-harinya ia lalui dengan berat hati di pesantre...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Orang yang kamu tabrak itu Gus Azhar!"
"Oh, jadi yang enggak sengaja gue tabrak itu Gus Azhar, toh. Hm, biasa aja ah mukanya, enggak terlalu WOW." ucap Alfina dengan menekankan kata terakhirnya.
"Idih, awas aja nanti jadi suka. Kan, cinta itu dari benci jadi suka, haha." ucap Arisa yang mendapat tatapan tajam dari Alfina.
Seusai shalat dzuhur, Alfina, Arisa, dan Fatimah kembali ke asrama untuk menyimpan mukenanya lalu pergi ke dapur santriwati untuk melakukan makan siang.
Dengan helaan napas yang berat, Alfina menatap kedua temannya yang sedang asik menyantap makan siangnya dengan menggunakan nampan.
"Kamu enggak mau makan, Fin?" tanya Arisa di sela-sela makannya.
"Enggak mood ah, masa makan pake nampan." Alfina mengerucutkan bibirnya.
"Bersyukur, Fin. Masih mending kita bisa makan, coba liat orang lain di luar sana, yang enggak punya uang buat beli makanan padahal lapar. Udahlah, nanti juga terbiasa makan di nampan kayak gini." ucap Fatimah dengan panjang lebar.
"Betul tuh kata Fatim, udahlah Fin, yok makan aja. Daripada kamu kelaperan. Mubazir nih nasi yang udah aku ambil buat kamu." sahut Arisa.
"Hm," dengan ogah-ogahan, Alfina mengambil nasi serta lauknya dengan tangan lalu ia suapkan ke dalam mulutnya. Tak dapat dipungkiri, Alfina memang sudah merasa lapar sejak tadi. Mau tak mau, ia harus makan. Daripada mati kelaparan.
"Baca doa dulu." ingat Fatimah sebelum Alfina menyantap makan siangnya.
Alfina menutup mulutnya lalu membaca doa dengan pelan setelah itu barulah ia menyantap makan siangnya.
***
Di sisi lain, ndalem pesantren.
Seorang lelaki berjalan terburu-buru. Sehelai kain yang menutupi wajahnya hingga hanya matanya saja yang terlihat, lelaki itu tak terlalu fokus pada jalanan di depannya. Bertepatan di depannya pun ada seorang perempuan yang berjalan dengan kepala menunduk. Keduanya berjalan hingga saling bertabrakan. Tubuh seorang perempuan itu terjatuh ke tanah sehingga tangannya terkena batu yang tajam dan berakhir terluka.