4. Putus.

107 5 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
»»--⍟--««
Happy Reading
»»--⍟--««



Follow instagram
@storybuahfirr
@firarevv

****

"Hukumannya adalah kamu harus masuk pesantren, tanpa ada penolakan sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hukumannya adalah kamu harus masuk pesantren, tanpa ada penolakan sedikitpun."

JEDERRR!

Apa tadi kata Ayahnya? Masuk pesantren? Tidak! Ia tidak ingin masuk pesantren. Di sana pasti sangat membosankan, setiap hari belajar ilmu agama, setiap hari memakai gamis dan kerudung yang panjang, aduh pasti panas seharian, pikir Alfina.

"Kenapa harus masuk pesantren? Kan, masih banyak hukuman lainnya. Nggak perlu masuk pesantren." Alfina menggeleng tegas.

Huft! Sudah terduga, anaknya ini pasti tidak akan menerima hukuman ini. Sangat keras kepala.

"Dengar, ya, Fin. Kamu itu sudah terlalu jauh dari agama. Ayah nggak mau kamu lebih jauh lagi dari agama. Kalo kamu nggak mau hukuman ini, berarti semua fasilitas kamu akan Ayah cabut. Mulai dari handphone, kartu ATM, mobil yang jarang kamu pake, pokoknya semua fasilitas kamu Ayah cabut kalo kamu nggak nurut sama Ayah. Jadi, gimana?"

Alfina melongo mendengar penuturan Ayahnya. Pilihan macam apa ini? Tidak ada pilihan yang menguntungkan dirinya. "Sama aja, kalo Fina masuk pesantren juga Fina nggak akan ngerasain fasilitas itu. Di pesantren, kan, pasti nggak boleh main handphone,"

Lukman memijat pangkal hidungnya, sangat pusing menghadapi anak ini. "Ya sudah, kalo begitu kamu masuk pesantren aja, Ayah nggak mau denger alasan apapun alasan kamu. Ayah kasih kamu waktu tiga hari untuk mempersiapkan diri dan mempersiapkan barang-barang yang harus kamu bawa ke pesantren nanti." Setelah mengucapkan itu, Lukman pergi dari hadapan Alfina, diikuti oleh Kamila yang sebelumnya mengucapkan "bunda harap, kamu mau menurti kemauan ayah kamu, Fin."

Tersisalah Alfina dan Affan di ruangan itu. Alfina menatap Affan yang sama menatapnya juga. "Bang, bantu Fina dong, biar nggak jadi masuk pesantren."

Affan mengembuskan napasnya. "Abang tahu kamu belum putus sama Rizki."

JEDERRRR!

Bagai disambar petir, satu kalimat yang kakaknya ucapkan membuat Alfina bungkam seribu bahasa. Kenapa kakaknya ini tahu? Kenapa dia tahu nama kekasihnya? Berbagai pertanyaan muncul di otak Alfina. "Kok Abang tahu?" Ia sudah tidak tahan untuk bertanya.

"Kamu pikir, selama ini kamu nggak diawasi? Abang selalu tahu apapun hal tentang kamu, termasuk kamu pacaran sama Rizki." Ya, selama ini, Affan selalu mengawasi adiknya dengan menyewa seseorang untuk selalu membuntuti kemanapun Alfina pergi.

Gus Untuk Alfina [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang