pertemuan

164 18 8
                                    

" yang nyelamatin gw saat itu siapa? Lo? Tapi kok gw sekilas liat sosok ran.. Halu ya gw " papar rin

" hm " sanzu hanya berdehem

" Selamat pagi- ehh?? Sudah bangun?? "

" aku merindukanmu tahu "

Rindou tersentak kaget saat suara tersebut diterima baik-baik oleh gendang telinganya.
Ia perlahan melirik ke arah berlawanan. Alangkah terkejutnya ia saat melihat sosok surai ungu bercampur hitam itu yang dirindukannya selama ini kini telah benar-benar berada di hadapannya.

" R - RA - NN?? " ia memanggil namanya untuk memastikan.
Sosok yang berada di depan rindou mengangguk pelan terlihat lengkungan di kedua sudut bibirnya.

Merasa tak percaya apa yang ia lihat saat ini, rindou kembali memastikan.
tangan kanannya perlahan ter angkat, terulur berusaha untuk meraih sebuah tangan di hadapannya.

kantung matanya yang sudah dibuatnya bendungan air. Tak tahan akan air yang terus membendung. Membuat tembok itu roboh seketika, terlihat dengan sangat jelas, air yang sejak tadi dibendung kini nampak bebas meluncur membasahi permukaan wajah rindou saat itu.

Sosok yang berada di depan rindou kala itu tengah tersenyum, tak lama kakinya mulai melangkah mendekati sosok yang tengah mencoba meraihnya.

/hug

sebuah pelukan hangat mendekap tubuh rindou. Rindou tak kalah terkejut. Ia yakin, bahwa kali ini sosok yang ia temui kesekian kalinya bukan lah halusinasi lagi.

Tak ada sepatah kata yang terdengar disana. Hanya ada ketenangan yang kemudian di susul oleh isak tangis yang memilukan.

" sudah.. Jangan menangis lagi " sosok itu memecahkan keheningan

  " r - ran!! Jangan pergi lagi, maafkan aku hiks hiks " derai air mata terus membasahi pipi rindou.

Yang kemudian rindou membalas pelukan tersebut, tangannya melingkar dan di eratkannya pelukan tersebut, pertanda ia tak ingin melepaskan orang yang ia sayangi untuk kedua kalinya.

" R - rann aku salah.. Maafin aku hiks.. Hiks.. " rindou berbicara dengan terbata-bata yang disebabkan ia menangis sesegukan.

" sttt sudah sudah.. Ran ada untukmu "

" istirahatlah. Simpan tangisanmu untuk nanti jika benar-benar merasa kehilangan berat. Sekarang istirahatlah. Kau belum sembuh, wajahmu juga sangat pucat rin " ucap ran, tangannya mulai mengelus-elus puncak kepala adiknya yang tengah memeluknya di iringi tangisan yang memilukan.

Rindou tidak menggubris apa yang dikatakan ran. Hanya terdengar suara isak tangis saja.

1 menit mereka masih berada di posisi juga keadaan yang sama.

perlahan tangisan itu mulai tak terdengar. Merasa ikatan tangan yang melingkar di pinggang ran melonggar, dan suara tangisan yang sudah tak terdengar. Ran memastikan, ia terus menerus memanggil nama adiknya.

" rin? "
 

" rindouu??

" rinn?? "

Everything will be fine || Haitani Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang