Bagian 15| KOMA

2 0 0
                                    

Pagi seperti biasa tidak ada tanda tanda Revanzo kembali datang, sudah hampir dua minggu tapi nihil Revanzo juga belum datang kesekolah. Tidak seperti biasanya Revanzo tidak masuk sekolah.

"Zo lo kemana?" Batin Vanessa saat berada di kantin sekolah yang hanya melihat teman teman Revanzo tanpa ada dirinya.

"Cari siapa sih.?" Tanya Zea menatap arah pandangan Vanessa yang diikuti Leo juga.

"Nggak. "

"Lo cari ketua mereka kan?" Tanya Leo dingin.

"Nggak juga. "

"Yah udah makan Nessa, nggak usah cari Revanzo. " Teriak Zea refleks Vanessa membekap mulut Zea yang berada di sampingnya.

Tapi sayang anak Theodor sudah mendengar teriakan Zea membuat Satya berjalan kearah Vanessa dkk.

"Lo cari Revanzo? Dia koma di rumah sakit. "

Deg..

Kalimat yang tidak pernah terlinats di bayangan Vanessa, kenapa saat mengetahui kalau Revanzo koma, kenapa hatinya semakin sakit, apa akhir akhir ini Revanzo telah memenuhi hatinya setelah beberapa hari ia meyakinkan hatinya buat Revanzo.

"Rumah sakit Cempak Putri. " Ucap Satya lagi sebelum ia pergi karna ia yakin dan tau Revanzo berharap Vanessa datang.

"Gue harus kesana. " Ucap Vanessa kepada kedua sahabatnya tapi di tahan oleh Leo.

"Jangan pergi Vanessa, gue nggak mau lo kenapa napa,  berurusan dengan mereka itu akan membuat hidup lo berantakan. "

"Tidak ada hidup gue yang berantakan kalau gue udah tau Revanzo nggak apa apa, dan kembali bangun lagi. " Jawab Vanessa dan berlalu pergi meninggalkan Zea dan Leo.

Setelah 30 menit tidak jauh dari SMA Garuda School Vanessa memasuki ruang ICU VVIP di mana Revanzo di rawat. Saat membuka pintu ruangan itu dengan memkai serba Hijau tanpa sadar air mata Vanessa jautuh.

Menatap wajah yang pucat dengan luka lebam di wajahnya dan tak lupa alat alat yang dari terkecil hinggan terbesar terpasan di tubuh Revanzo membuat hati kecil Vanessa sakit.

"Jangan pergi yah Revanzo, gue belum yakinin hati gue buat lo waktu itu, tapi saat melihat lo seperti ini, entah kenapa gue takut kehilangan lo, jangan tinggalin gue. " Air mata Vanessa terus jatuh menggenggam tangan Revanzo, berharap laki laki bermata biru itu membuka matanya.

Tiga jam Vanessa duduk sambil menggenggam tangan Revanzo tapi Revanzo tak kunjung sadar, dan Vanessa memutuskan untuk pulang dan akan kembali besok.

Tapi tak lama Venssa keluar, Aina pun ikut masuk, menatap nanar laki laki yang pernah singgah di hatinya, ia sadar, waktu itu ia salah, harusnya ia tak perlu melakukan itu, karena hati Revanzo tulus terhadapanya. Tapi sekarang, apa Revanzo masih ingin bersamanya.

Air mata Aina pecah menggenggam tangan Revanzo, ia berharap Revanzo kembali membuka matanya dan melihatnya bersama wanita pilihannya.

"Kak.. Hiksss... Bangun kak, aku nggak mau lihat kakak kaya gini.. Aku sayang sama kakak, maafkan Aina kak.. Maaf. " Lirih Aina memeluk Revanzo, hatinya sakit, sakit, takut, dan rasa itu benar benar mengiris hatinya.

"Bangun kak. "

"Kakak harus bangun, setelah kakak bangun, aku akan pergi, pergi jauh dari kakak, aku cuman ingin pamit dengen kakak. "

Tanpa sadar tangan laki laki itu memeluk tubuh mungil Aina, ia kira itu adalah Vanessa, tapi ternyata Vanessa tidak datang sama sekali,   itu berarti selama ia koma Vanessa tidak datang, dan mungkin hati Vanessa tidak akan pernah cinta dengannya.

Merasa ada pergerakan dan kenyamanan Aina kembali memeluk Revanzo, nyaman, itu yang di rasakan keduanya saat ini.

"Kenapa nagis hmm? " Tanya Revanzo lembut, ini yang selama ini Aina rindukan yang telah ia siasiakan.

"Aku hanya takut kak, aku takut tidak pernah melihat senyuman kakak lagi, aku sayang dengan kakak. " Tanpa sadar air mata Aina kembali jatuh.

Sebelum Aina keluar ingin memanggil dokter Revanzo segera meraih pergerakan Aina dan membawanya kedalam dekapannya, ia yakin selama ini hati Aina rapu.

Di sisi lain Vanessa menatap bunga mawar putih dan berniat memberikan Revanzo, agar saat sadat nanti Revanzo tersenyum melihat bunga itu.

Satu langkah ia membuka pintu ruang ICU, seketika pandangannya tertuju menatap Revanzo yang sedang memeluk Aina, hatinya hancur, air matanya terus jatuh, dan tulang tulangnya seketika tak berdaya, tanpa sadar ia menjatuhkan bunga yang di dalam genggamannya dan memilih pergi dari sana membawa luka di hatinya.

Benar yang selama ini Vanessa takutkan, ia hanya menjadi obat buat luka hati Revanzo, saat semuanya akan kembali ia yang akan tersingkirkan, tapi itu benar benar sakit.

"Jahat lo. " Batin Vanessa terus jatuh.

"Vanessa. "  Ucap Revanzo saat tidak sengaja melihat selintas rambut gelombang warna hitam kemerah merahan membuatnya yakin itu adalah Vanessa.

Tanpa berpikir ia masih sakit dan lemah, Revanzo membuka alat alat yang melekat di badannya termasuk infus.

"Kak. " Pinta Aina.

"Gue harus kejar Vanessa Aina. Gue yakin dia kecewa. "

Revanzo berlari keluar pintu dan melihat bunga putih yang tergeletak di lanati begitu  saja ia yakin itu adalah milik Vanessa, dan segera ia mengambilnya.

Revanzo terus berlari menyusuri koridor rumah sakit sambil memegangi perutnya yang mulai sakit.

"Vanessa tunggu. " Teriak Revanzo.

Mendengar teriakan itu membuat Vanessa berhenti dan berbalik, dan ia sangat terkejut melihat Revanzo yang berdiri di depan gerbang rumah sakit.

"Revanzo? Kenapa lo ada di sini haa, sekarang lo masuk Revanzo, keadaan lo belum pulih. " Teriak Vanessa saat air hujan terus turun membasahi keduanya, sekarang tempat ini sangat sepi hanya ada mereka berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVANZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang