Bagian 10| Mulai mencarinya.

1 1 0
                                    

Seperti biasa sudah ada bunga yang berserakan di makam Permata, Vanessa menatap lekat serangkai bunga yang ada di tepi nisan Permata.

Di tangan Vanessa hanya ada sekeranjang bunga merah dan pink warna kesukaan permata dan Vanessa.

Tidak ada kado terindah untuk Permata, yang hanya ada hamburan bunga di atas makam Permata yang sudah di tumbuhi rumput makam, tidak ada pesta, dan tidak ada cake buat Permata.

Vanessa tersenyum dan mengusap batu nisan Permata. "Mommy udah bahagia kan? "

"Tapi kenapa Vanessa nggak? Apa kabar mommy, Vanessa kangen mommy, dulu katanya mommy ingin meyebrang jalan sebentar aja, tapi sampai sekarang mommy belum balik balik. "

"Selamat hari ibu Mommynya Nessa dan kakaknya Nessa, Semoga mommy bahagia di sana, dapat tempat istirahat yang nyaman yah. Hanya ini yang Nessa bisa mommy. "

"Putri mu ini sendiri di dunia ini, mommy nggak kangen?" Ucap Vanessa menahan sakit di hatinya.

Kenapa tuhan menciptakan Vanessa jika orang yang melahirkannya tidak selalu bersamanya.

"Vanessa pulang yah mommy. " Ucap Vanessa.

Vanessa menghampiri penjaga kuburan ini dan memberikan kotak makan dan amplop untuknya.

"Makasih udah rawat makam ibu saya."

"Udah tugas saya tehh, makasih makannya. " Ucap penjaga kuburan itu.

Vanessa hanya mengagguk dan kembali masuk kedalam mobilnya dan memilih pulang melewati jalan yang cukup ramai, dan saat itu pula ada motoe yang lewat tidak hati hati.

BRAKK....

Kening Vanessa berdarah akibat benturan keras di stir mobilnya, Vanessa segera turun melihat tempat ini seketika angan angan itu kembali.

"MOMMYY....."

Vanessa menutup telinganya kuat, tempat ini tempat dimana malam itu mommynya di tembak, pedagang kaki lima itu masih sama.

Salah satu dari bapak pedagang kaki lima menghampiri Vanessa dan menanyakan kondisi Vanessa.

"Neng tidak apa apa? "

Vanessa hanya menggeleng.

"Bapak berjualan sudah berapa tahun di sini? " Tanya Vanessa.

"sudah memasuki 17 tahun. "

Vanessa menarik tangan bapak pedagang itu ke arah taman, menatapnya serius berharap ia tau kejadian 16 tahun yang lalu.

"Saya anak perempuan dua tahun yang lalu, dan saya anak dari perempuan yang tertembak malam itu. " Jelas Vanessa.

Tiba tiba raut wajah bapak yang sudah hampir stengah abad itu berubah takut namun terus menatap Vanessa.

Bapak mengeluarkan sebuah pelastik hitam dan memberikannya kepada Vanessa.

"Saya harap ini bisa membantu kamu, karna ini dari salah satu dari mereka yang tidak sengaja menjatuhkan barang ini, dan saat pagi kembali, mereka mancari barang ini tapi bapak simpan baik baik barang ini untuk kamu."

Vanessa terharu dengan itu, masih banyak orang orang yang baik kepada dirinya.

"Cepat pergi nengg, dan jangan datang ketempat ini lagi. " pesannya dan di anggukin oleh Vanessa.

Vanesaa segera berlari kearah mobilnya dan melajukan mobilnya secepatnya.

Saat sampai di rumah Vanessa masuk keladam kamarnya, ia belum melepas sepatu dan tasnya dan segera ia membuka pelastik hitam yang sudah kumuh.

Terdapat sebuah foto yang berukuran tangannya menatap anak laki laki dan perempuan yang menciumnya.

"Siapa dia? Apa dia anak dan istri pembunuh mommy? " Ucap Vanessa menutup mulutnya.

"Gue harus apa sekarang? "

"Kakak. "

Vanessa segera menghubungi kakaknya tapi tidak aktif mungkin Vanessa tidak akan pernah tau siapa dalang kematian Mommynya.

ARGHHH.....

"BAJINGAAN." Teriak Vanessa frustasi dan segera menyimpan foto yang akan di jadikannya barang yang suatu saat nanti akan ia gunakan.

"Siapa yang bajingan? "

Vanessa kira itu adalah kakaknya tapi dia adalah Revanzo, dan kenapa Revanzo bisa sampai ke kamarnya.

"Revanzo? "

"Iya. "

"Kenapa lo di sini? " Tanya Vanessa bingung, ia tidak mengerti dengan kehadiran Revanzo, kalau soal Revanzo bisa sampai di kamarnya mungkin itu karna Mbok Sumi.

Tapi apa yang membawa seorang Revanzo kerumahnya, cowok anak motor yang arogan, cuek plus dingin, cowok terkeren di indonesia dan di Garuda school, dan jangan di lupakan dia anak pentolan jalanan.

Revanzo membuka sepatunya dan berbaring di atas ranjang manatap langit langit kamar milik Vanessa.

"Lo belum ganti baju? " Tanya Revanzo apalagi matahari sudah terbenam satu jam yang lalu.

"Nggak "

"Baru pulang, tas masih lo gendong, sepatu belum di buka. " Ucap Revanzo panjang lebar membuat Vanessa tersenyum.

Karena baru pertama kali ada orang yang menegur dirinya di rumah ini, baru pertama kali ada seseorang yang mengingat kan kecerobohannya, dan baru kali ini ada orang yang Vanessa ajak bicara di rumah ini.

"Bentar gue ganti baju dulu di kamar mandi. " Pinta Vanessa yang di anggukin oleh Revanzo.

Sebelum masum ke kamar mandi tak lupa Vanessa mengambil baju kaos dan celana pendek untuk ia kenakan, sementara Revanzo kembali menutup matanya.

Ckelk

Setelah selesai Vanessa segera menghampiri Revanzo yang masih berbaring di tempat tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai Vanessa segera menghampiri Revanzo yang masih berbaring di tempat tidurnya.

"Kenapa lo kesini, gue dan lo juga nggak ada apa apa. " Ucap Vanessa membuat Revanzo memperbaiki duduknya.

Sebenarnya Revanzo datang kesini hanya untuk mencari ketenangan, mencari tempat ternyaman yang benar benar tulus.

"Gue cape."

"Haus?

"Nggak. " Jawab Revanzo menyandarkan kepalanya di kepala ranjang.

"Terus?" Tanya Vanessa lagi dan ikut bersandar di kepala ranjang tepat di samping Revanzo.

REVANZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang