IV

267 25 2
                                    


Keesokan harinya, yaitu tepat pukul 12 siang, Berlian sedang di kamarnya mengerjakan tugas - tugas dari mata kuliahnya yang cukup padat. Hari ini memang tidak ada kelas sehingga dia memilih di rumah saja menyicil beberapa tugas untuk minggu depan.

Cuaca hari ini sangat panas. Kalau di lihat dari aplikasi perkiraan cuaca, suhu saat ini mencapai 34° Celcius.
Ini membuat tenggorokan Berlian terasa semakin kering. Akhirnya dia memutuskan untuk turun ke bawah dan mengambil minum dari kulkas yang berada di dapur.

Saat memasuki area dapur, Berlian melihat sang kakak ipar sedang berada di depan oven, sambil sesekali mengecek masakannya dari depan pintu oven yang terbuat dari kaca.

" Kakak lagi masak apa? " ucap Berlian menemui kakaknya.

" Oh ini kakak lagi iseng buat bolu pandan kesukaan kak Chandra " ucap Enzi begitu melihat Berlian yang sudah berada di sampingnya sambil membawa sebotol minuman berwarna merah.

" Wihhh kakak rajin banget. Aku pengen deh pintar masak kayak kakak "

"Iya, nanti kakak ajarin biar kalau uda nikah kamu bisa masakin suami kamu "

" Kakak uda kesana aja pembahasannya "

" Hehehe ya kan bener. Kamu uda mulai dewasa, jadi uda harus mikir kesana juga "

" Iya deh kak "

"Oh iya, nanti kamu antar bolu ini ya ke kampus, kakak setelah ini harus ke butik "

"Siap kakak. Nanti kalau uda siap semua panggil aku aja. " ucap Berlian kemudian berlalu meninggalkan kakaknya di dapur dan menuju ke kamarnya.

Sekitar setengah jam setelah Berlian sampai di kamar dan melanjutkan pekerjaannya, Enzi memanggil dari arah bawah dan Berlian langsung keluar dari kamarnya dengan memakai jaket karena dia akan langsung berangkat ke kampus.

" Uda siap semua kak? " tanya Berlian ketika sudah turun dari tangga.

" Iya ini uda semua. Kamu antar ya. Tadi kakak uda chat kak Chandra, katanya dia lagi di ruangannya. Kamu bisa langsung ke sana aja " jawab Enzi sambil menyodorkan tas yang berisi bolu.

"Oh oke kak, aku berangkat ya " ucap Berlian pamit dan langsung ke luar menuju garasi untuk mengambil motor maticnya yang berwarna hijau dan bertuliskan Vespa

Sesampainya di kampus, Berlian langsung memarkirkan motornya dan menuju ke ruangan sang kakak yang berada di kantor dosen yaitu di lantai 3. Memang ada lift di sana. Tapi Berlian lebih memilih melewati tangga karena biasanya siang seperti ini pasti yang naik lift lebih padat.

Sampai di anak tangga terakhir, Berlian hanya tinggal lurus ke arah kanan beberapa meter dan sampailah ia di ruangan yang di depannya tertulis 'Chandra Harfandi'.

Dia melihat sang kakak sedang berbicara serius dengan seseorang yang ia tidak kenal. Orang itu tampak asing. Tapi dari cara berpakaiannya mirip seorang dosen. Berlian kenal hampir semua dosen di kampusnya karena kakaknya yang juga dosen disitu. Jadi orang ini siapa.

Agar sopan, Berlian terlebih dahulu mengetuk pintu dan Chandra langsung merespon.

" Eh iya dek, ngapain ke sini? Kamu kan gak ada kelas? " tanya Chandra yang masih duduk bersama orang asing itu.

" Ini kak, aku bawain pesanan kak Enzi. " jawab Berlian dan berjalan ke arah meja kakaknya dan meletakkan barang bawaannya ke meja satunya lagi yang berada di samping Chandra.

Tanpa Berlian sadari, orang asing tadi terus memperhatikan dia. Dari mulai Berlian sampai di ambang pintu, hingga sekarang sudah berada tepat di hadapan orang itu.
"Cantik sekali kamu. Matamu sungguh indah. " batin orang tersebut.

05 : 00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang