Rasa takut sebenarnya masih mengelabui Berlian. Janji, janji dan janji. Hal itu yang terus ada di pikirannya. Tapi, keegoisannya melebihi rasa takut yang ada dalam dirinya. Dia lebih memilih membohongi sang kakak untuk memperjuangkan cinta. Rasa nyaman dan perhatian dari Davka lah yang membawanya sampai ke titik ini. Merasa kesepian, ditinggalkan oleh orang tersayang, dan tiba tiba datang Davka dengan sejuta kasih sayang, dan perlindungan, membuat hati Berlian luluh begitu saja. Dia seketika melupakan semua omongan dari kakaknya. Bukan melupakan, melainkan mengolah kata 'tidak boleh pacaran' menjadi 'pacaran dengan berbagai syarat'.Dan sekarang tujuan Berlian membawa teman temannya untuk menemui Davka tidak lain dan tidak bukan adalah meyakinkan bahwa tindakan yang ia ambil adalah keputusan yang benar. Meskipun Berlian sendiri tahu konsekuensi dari tindakannya ini sangat besar. Selain kehilangan kepercayaan dari kakaknya, ia juga akan merugikan banyak hal. Tapi itu benar benar tidak menggoyahkan keputusan Berlian kali ini.
"Mereka udah sampai belum?" tanya Jovita yang duduk di tengah antara Berlian dan Delvin sambil membaca novel bergenre romantis yang sudah memasuki halaman akhir cerita. Ia duduk menunggu 'pacar' dari sahabatnya ini.
"Bentar lagi mereka sampai kok. Tadi Davka udah hubungi gue" ucap Berlian meyakinkan teman temannya. Mereka sudah menghabiskan kurang lebih 15 menit untuk duduk sambil memesan kopi. Tapi orang yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Berkisar 10 menit lagi mereka masih menunggu, Davka dan Arion tiba dan langsung memasuki area cafe yang cukup ramai hari ini. Banyak mahasiswa yang menghabiskan waktu beristirahat setelah berjuang melawan berbagai mata kuliah.
" Maaf kami telat. Tadi dipanggil dosen dulu " ucap Davka mendudukkan tubuhnya ke sofa yang menghadap langsung ke arah Berlian.
Di sebelahnya, ada Arion yang masih memandangi Jovita yang duduk di sebelah kiri Berlian, dan diikuti sebelah kirinya adalah Delvin.
" Iya gak apa apa. Kenalin ini temen gue, namanya- " ucapan Berlian terpotong karena Arion yang langsung menjulurkan tangan tanda perkenalan ke Jovita.
" Gue Arion, nama loe siapa? " ucap Arion ke Jovita. Jovita masih bingung dengan manusia satu yang duduk di depannya sambil terus memandanginya. Ini membuat Jovita sedikit takut. Belum kenal tapi sudah menatapnya dengan sedikit rakus.
" Gue Jovita. " ucap Jovita menyambut uluran tangan Arion.
(Ini orang siapa sih, liatin gue gitu amat) batin Jo
" Loe yang sering ke panti asuhan Bunda Kasih kan? " tanya Arion yang terus menatapnya tanpa henti.
Delvin, Berlian dan juga Davka ikut bingung dengan tingkah Arion yang seperti sudah mengenal Jovita." Kok loe bisa tahu? " tanya balik Jovita. Pasalnya, panti asuhan itu terletak cukup jauh di pinggiran kota. Tak banyak yang tahu tempat tersebut.
" Gue kemaren liat loe disana " ucap Arion.
Flashback
Hari ini cuaca cukup cerah dari biasanya. Seminggu terakhir, hujan terus melanda di kala sore hari. Ini membuat pemuda yang memiliki paras tampan tak bisa mengunjungi tempat favoritnya. Dan akhirnya hari ini cuaca mendukungnya. Tak terlalu panas sehingga cocok untuk membawa motor keliling kota.Ia kini telah sampai di tempat tujuannya. Panti Asuhan Bunda Kasih. Ya, tempat favoritnya setelah rumah. Bukan pantai atau gunung, apalagi cafe kekinian. Dia lebih suka menghabiskan waktu bermain bersama anak anak manis di sana.
Panti Asuhan yang dibangun oleh mendiang kakeknya ini sudah berdiri kurang lebih 5 tahun. Alasannya karena kakeknya sering melihat anak anak terlantar di jalanan. Tak punya rumah dan keluarga. Dan semua harus putus sekolah karena untuk mencari nafkah. Adapun, anak anak yang memang sengaja dibuang orang tuanya dan diletakkan di panti asuhan ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/334931202-288-k800705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
05 : 00
Storie d'amore" Bangun aja telat, gimana cinta mau datang di waktu yang tepat "