IX

90 14 1
                                    


Sesuai syarat yang diajukan oleh Berlian, mereka sampai di rumah lebih cepat yaitu 4.35.
Ternyata sang kakak belum pulang. Tadi kakaknya sudah menghubungi bahwasanya kakaknya sudah berangkat pulang dan perkiraan sampai pukul 5.

Berlian pun bergegas mandi dan berganti pakaian agar tak menimbulkan curiga kalau ia barusan dari luar.

Tapi, sekarang sudah pukul 6 sore, kedua kakaknya belum juga tiba. Berlian mencoba menghubungi namun nomor nya tidak aktif.
Rasa gelisah dan pikiran negatif langsung menerpa isi kepala Berlian.
Tak biasanya sang kakak susah dihubungi seperti ini.

Berlian benar benar bingung harus menghubungi siapa yang sekiranya tahu keadaan kakaknya sekarang.

Tak terasa hari semakin gelap. Lampu yang ada di pinggir jalan juga sudah mulai menyala.

Mencoba tenang, namun tetap saja pikiran tak bisa diajak kompromi. Selalu pikiran negatif yang muncul dan hati semakin deg-degan.

Memori masa lalu yang sudah pelan pelan ia kubur kembali menyala di dalam otaknya. Tanpa ia sadari, air matanya perlahan turun dan semakin deras bersama dengan suara hujan dari luar. Ketakutan melanda hebat dan Berlian hanya menangis di dalam kamar nya sambil memeluk bantal guling kesayangannya. Tubuhnya bergetar karena terus menangis.

Tiba tiba ada yang menyentuh punggung nya dari belakang.

" Berlian bangun, kenapa kamu menangis? "

Mendengar suara itu, Berlian langsung terbangun dan berbalik badan melihat siapa yang masuk ke kamarnya.

" Kakak....." Teriak Berlian memeluk Chandra

" Hey kamu kenapa nangis? Ada masalah? "

" Aku takut kakak kenapa napa. Aku coba hubungi kakak sama kak Enzi gak ada yang aktif " ucap Berlian sambil mengusap air matanya kasar dan melepas pelukan dari kakak nya.

" Maaf ya dek, tadi jalanan macet parah karena ada pohon tumbang, terus handphone kakak lowbat. Lupa bawa power bank. Handphone kak Enzi juga susah sinyal jadi dimatiin aja biar gak habis baterai. "

" Lian khawatir sama kakak. Takut kejadian yang sama terulang ke kakak "

" Udah udah, gak usah mikir macem macem ya. " Ucap Chandra kembali memeluk sang adik kesayangan.






Hari ini Berlian mendapat kelas pagi. Namun mata kuliah nya hanya sedikit, jadi ia bisa pulang sekitar pukul 11.

Kini ia sedang bersiap siap di kamarnya dan merapikan semua alat tempur nya untuk kuliah nanti.

Dirasa sudah beres, Berlian langsung turun untuk sarapan bersama. Dilihat, kedua kakaknya juga sudah di meja makan.

" Pagi kak " ucap Berlian saat sudah sampai di lantai bawah rumahnya dan menuju meja makan.

" Pagi sayang. " Ucap Enzi sambil membuat kopi untuk Chandra

" Mata kamu masih sembab dek"
Sambung Enzi memperhatikan mata Berlian yang sedikit bengkak dan memerah.

" Belum sempat aku kompres kak. Tadi malam ngantuk banget "

" Gimana gak ngantuk coba, kamu capek nangis " ucap Chandra

" Oh iya, maafin kakak ya Berlian udah buat kamu khawatir semalam " ucap Enzi merasa bersalah atas kejadian tadi malam.

" Iya gak apa apa kak. Ini juga kayaknya bentar lagi mata aku sembuh kok "

" Hmmm, kak aku mau nanya sesuatu boleh? " Ucap Berlian sambil memakan roti isi selai kacang yang sudah Enzi siapkan dari tadi.

" Mau nanya apa sih? Kok pakai izin segala " ucap Chandra

05 : 00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang