Pembunuh Bayangan (1)

1 1 0
                                    

Sesuai rencana, malam ini Luoin dan Xeian sudah berada di sebuah tempat yang cukup luas dengan beberapa pohon bambu di beberapa sisinya ada juga pohon-pohon besar lainnya. Tempat ini Luoin temukan saat berjalan-jalan sore tadi.

Luoin terduduk bersandar di sebuah batu besar dengan sebuah seruling bambu di tangan kanannya. Tadi, begitu sampai tiba-tiba saja Luoin membuat seruling untuk menghapus rasa bosan saat menunggu kedatangan para pembunuh itu, selain itu dia pun bermaksud memancing para pembunuh itu.

"Tak kusangka kau bisa memainkan seruling. Suaranya cukup enak didengar."

Luoin menghentikan aktivitasnya. Dia menatap Xeian sesaat, "Dengarkanlah, aku sedang menyanyikan lagu ketenangan, ini bisa melatih fokusmu nanti."

Xeian menurut, tidak lagi berbicara apa pun. Awalnya dia berniat membuang rasa bosan dan mengajak Luoin berbincang, tetapi tak disangka pria itu sedang melakukan hal yang berguna.

Cukup lama mereka menunggu akhirnya para pembunuh itu datang. Awalnya hanya tiga orang yang lemah, tetapi semakin lama semakin banyak. Beruntungnya Xeian sudah bisa berada dalam petarungan keroyokan seperti sekarang.

Setengah dari musuhnya sudah tumbang, tiba-tiba saja datang dua orang dengan aura membunuh yang kuat. Menyadari kehadiran dua orang itu, Luoin segera terbang dan menarik kedua makhluk berbahaya itu.

"Xeian ingat tugasmu, mereka berdua aku yang akan hadapi."

Xeian hanya mengangguk dan masih sibuk dengan pertarungannya. Semakin lama dia bertarung bukannya semakin sedikit jumlah musuh, justru bertambah, parahnya dia mulai merasa lelah.

Xeian kehabisan akal, dia merasa lelah dan ingin kabur saja dengan membawa seorang musuhnya. Namun, semuanya tidaklah mudah. Xeian berulang kali kewalahan saat hendak membawa kabur salah satu dari mereka. Saking lelahnya bertarung, Xeian meloncat naik ke salah satu dahan pohon yang cukup tinggi. Sembari mengatur napasnya dia menyaksikan para pasukan pembunuh di bawahnya itu sedang saling berperang satu sama lain. Membuat Xeian tertegun. Bagaimana bisa?

Meski terbilang melawan sesama, tetap saja mereka menyerang dengan kompak salah satu di antara mereka. Saat ini, Xeian sibuk memperhatikan, mencoba memahami keadaan. Hingga dia menyadari sesuatu. Pasukan itu bukan manusia hidup! Mereka seperti zombie.

Xeian mempersiapkan diri, dia sudah tahu cara menghabisi pasukan zombie itu. Sebelum turun dia melihat luka di pundaknya. Menyentuh luka itu hingga tanggannya berlumuran darah. Sekali lagi sebelum turun, Xeian menyembunyikan hawa keberadaannya. Dengan hati-hati dia menyentuh salah satu zombie itu dengan tangannya yang penuh darah. Benar saja, Zombie yang disentuhnya itu langsung diserang oleh yang lainnya. Memanfaatkan keadaan, Xeian membantai para zombie itu tanpa sisa. Lagi pula, menyisakan salah satu di antara mereka tak ada gunanya. Mereka tidak mengerti apa pun dan tak bisa memberikan informasi apa pun.

Xeian masih mengatur napasnya yang memburu saat seseorang menyerangnya tanpa aba-aba. Hanya melihat penampilan penyerangnya saja, Xeian langsung tahu, jika dia orang yang kuat. Dengan keadaannya yang seperti ini, Xeian yakin dia tak akan menang, tetapi melarikan diri adalah hal yang tak bisa dia maafkan, terlebih tugas dari Luoin belum dia tuntaskan.

Dengan lelah dan hampir kehabisan tenaga, Xeian memilih balas menyerang dari pada terus menghindar dan menangkis. Napasnya semakin memburu, pandangannya mulai berkabut dan buram. Sebelum kehilangan kesadarannya, Xeian berhasil melukai musuhnya itu.

Pedang di tangan Xeian terjatuh, tatapan gelap. Dia pingsan karena kehabisan tenaga.

Di sisi lain, Luoin yang menarik kedua musuhnya berhenti di sebuah hutan yang cukup jauh dari kota. Dia melempar kedua makhluk itu ke tanah cukup keras. Seolah tidak berada dalam bahaya, Luoin justru mendudukan dirinya di atas dahan pohon dengan posisi menyandar, menekuk satu kakinya dan kaki lainnya dia biarkan menggantung. Seruling di tangannya dia tatap penuh minat.

Melihat Luoin yang kelewat santai, kedua makhluk pembunuh itu merasa geram dan hendak menyerang Luoin, tetapi belum sampai serangannya mengenai Luoin, kedua makhluk itu terhempas dan terluka karena tergores sebuah daun yang dilayangkan Luoin.

Lagi, salah satu dari mereka menyerang, tetapi kembali terhempas saat sebuah batu mengenai perutnya dan membuatnya muntah darah.

Luoin menghela napas kasar, kedua musuhnya ini sangatlah lemah, dirinya bahkan bisa melawan sepuluh kali lipat dari ini tanpa harus merubah posisinya.

"Lancang! Apa hantu rendahan itu tidak memberitahu kalian untuk hormat padaku?!"

Sejak awal Luoin mengetahui identitas mereka, juga semua tentang para pembunuh bayangan lainnya, termasuk ketua dari mereka.

"Katakan pada ketua kalian yang bodoh itu. Aku, Luoin atas nama raja hantu, memanggilnya untuk segera menghadap. Pergilah."

Kedua makhluk itu terkejut, dengan tubuh gemetar, mereka segera pergi mencari ketuanya. Untuk pertama kalinya mereka melihat sosok raja hantu yang ternyata lebih menyeramkan dari rumor yang tersebar.

Sembari menunggu, Luoin memainkan serulingnya. Semuanya sesuai dengan dugaannya. Pelaku pembunuhan itu bukanlah manusia melainkan hantu bawahannya. Pembunuh bayangan pun didirikan olehnya. Awalnya dia mendirikannya hanya untuk menyerang para bandit atau manusia angkuh yang menindas orang lain karena kekuasaan. Tak disangka justru sudah menyebar ke mana-mana dan menjadi ancaman para manusia tak berdosa.

Louin berhenti meniup serulingnya. Seorang hantu dengan mulut yang robek dan darah kering di bawah matanya datang sembari berlutut dan bersujud.

"Apa pembelaanmu?"

Ditanya seperti itu, hantu itu semakin menjatuhkan dirinya ke tanah. Mengucapkan maaf dan mohon ampun berulang kali.

"Katakan."

Suara Luoin terdengar datar dan dingin. Tak ada nada emosi dari suaranya. Namun, hal itu justru membuat hantu itu semakin ketakutan.

"Hamba tahu hamba salah, mohon raja memaafkan hamba."

Tanpa menoleh Luoin berucap, "Kau melakukan dua kesalahan, pertama kau melewati batas kekuasaanmu. Bukankah aku memberimu tempat di timur? Lalu kedua, sudah berapa banyak nyawa tak berdosa yang kau ambil?"

Dengan suara bergetar hantu itu menjawab, "Mohon ampun raja, hamba mengakui kesalahan hamba melewati batas wilayah, tetapi hantu sabit berdarah yang mengizinkan hamba memasuki wilayah kekuasaannya ini."

"Bagaimana dengan yang kedua?"

"Mereka berdosa raja, mereka adalah pencuri, penculik anak, dan pembunuh."

Luoin mengangguk paham.

"Perbuatanmu ini, apa raja bodoh penggantiku itu mengetahuinya?" sekali lagi Louin bertanya.

"Raja Shyan mengetahui dan mengizinkannya Raja."

Luoin turun dari dahan pohon itu, berdiri tepat di hadapan hantu yang masih bersujud itu.

"Baik, aku kemari hanya ingin memastikan. Juga ingin memberimu sebuah tugas."

Kisah XeianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang