Masa Lalu Luoin

2 0 0
                                    

Xeian tidak mengira jika Hantu adalah sosok yang baik dan suci. Namun, bukan berarti Xeian menduga jika para hantu akan semenjijikkan itu. Dari cara memanggil Luoin, Xeian menyimpulkan jika Shyan sangat menghormati Luoin, tetapi juga dia ingin membunuh Luoin di saat bersamaan.

Xeian sudah siap bertarung, dia menyerang lebih dulu. Shyan hanya hebat bukan tidak bisa dikalahkan. Setelah menyerangnya beberapa kali, Xeian menyadari. Selain kecepatannya, pria itu bahkan sangat lemah. Pukulan dan serangannya pun tidak bisa dibandingkan dengan setengah kekuatannya.

"Pantas saja kau tak bisa melukai ujung kukunya. Dengan kemampuanmu ini, aku bahkan tidak yakin kau bisa mendekatinya." Tanpa sadar, Xeian memuji Luoin. Menyadari kebodohannya buru-buru dia meralat. "Lupakan saja, aku tak berkata apa pun."

Di luar dugaan Shyan justru tertawa. "Siapa bilang? Kau mungkin tak akan percaya, tetapi aku yang mengajarinya ilmu beladiri dan berpedang. Di masa lalu, aku dibuat bosan karena mengalahkannya."

Xeian tidak percaya mendengar itu, tetapi dia hanya diam.

"Kau pasti penasaran mengapa dia bisa sekuat sekarang? Duduklah, kau akan pegal dengan posisi itu saat mendengar aku bercerita, atau kau tak menyukai sebuah cerita?"

Xeian tidak mengangguk tidak juga menggeleng, berteman dengan Luoin selama hampir tiga tahun bagaimana mungkin dia tidak menyukai cerita!

"Biar kupikirkan akan di mulai dari mana cerita ini."

"Ceritakan dari awal!" Xeian sudah mendudukkan diri di anak tangga kedua, bersiap mendengarkan dengan baik. Namun, lawan bicaranya itu menang tidak bisa diperlakukan dengan baik.

"Delapan ratus tahun yang lalu. Seorang pemuda yang sakit hati karena gadis yang dicintainya mati, memilih membuang ilmu beladirinya dan belajar ilmu sesat, berharap bisa menghidupkan kembali gadis yang sudah mati itu. Wajahnya yang putus asa, tatapannya yang kosong, membuatku tertarik untuk menjanjikan sesuatu. Aku katakan, "Jika hanya mayatnya, aku bisa membantumu menghidupkannya, tetapi itu semua tergantung dirimu." Dia mengangguk tanpa ragu dan mulai mengikutiku untuk belajar ilmu sesat. Dia adalah pengikutku yang setia dan hebat. Sayang sekali, dia memilih kembali ke ilmu beladiri karena jatuh cinta pada gadis lain. Pria itu adalah Ayahnya Luoin."

Xeian bangkit, dia baru tahu jika Shyan tidak memiliki sedikit pun bakat bercerita.

"Aku tidak tertarik mendengarnya lagi."

Di saat bersamaan suara lain menyahut.

"Menceritakan masa lalu orang lain, aku baru tahu jika kau seperti seorang gadis yang senang bergosip."

Xeian yang mengenal suara itu segera berbalik dan menyerang. Auranya sangat pekat sepekat pedang putihnya yang menghitam. Padahal mereka berada di ruangan tertutup, tetapi Shyan bisa merasakan hembusan angis yang membuat dingin tubuhnya.

Luoin yang baru saja datang terkejut. Namun, seolah sudah memprediksi serangan Xeian akan 'seperti itu' Luoin segera bersalto di udara dan menghindar ke kanan bersamaan ayunan pedang Xeian yang mengikuti gerakannya.

Hanya dalam melihat, Luoin langsung bisa menebak sekuat apa kekuatan Xeian sekarang. Jika dulu, dia akan dengan senang hati menerima tinju dan pukulan pria itu, kali ini berbeda. Dia masih menyayangi nyawanya. Pukulan Xeian dulu dan sekarang sangat jauh berbeda. Dulu rasa pukulannya tidak begitu sakit dan hanya mampu melukai kulitnya untuk beberapa waktu. Namun, sekarang pukulan tanpa tenaganya saja dapat merusat organ dalamnya.

Luoin mulai tersudut, karenanya dia balas menyerang tanpa menahan kekuatannya. Begitu Xeian hanya berjarak satu langkah dan menghunuskan pedangnya ke depan. Luoin memukul kencang pergelangan tangan Xeian dari bawah sembari menghindar ke kanan.

Gerakan Luoin yang cepat dan kuat membuat pedang di tangan Xeian terjatuh. Luoin sempat senang, terlebih saat dia berhasil menendang pedang itu cukup jauh.

Kesenangan Luoin hanya sesaat, karena Xeian lebih memilih menyerang dengan tangan kosong dari pada mengambil pedangnya.

Tidak banyak yang berubah selain Luoin yang menahan sedikit kekuatannya, Xeian masih mendominasi perang seperti sebelumnya. Luoin sadar, jika Xeian lebih cepat darinya. Sehingga menghindari serangnnya sangat melelahkan, membalasnya pun sangat menguras tenaga. Karena itu Luoin bertaruh, dia menerima serangan Xeian yang mengarah ke perutnya. Lalu mencengkram tangan itu dan memutar tubuhnya. Mengukung tubuh Xeian.

Belum sempat Xeian membalas dengan tangannya yang lain, Luoin lebih dulu meraihnya dan mengunci pergerakannya. Luoin batuk darah. Karena di hadapannya adalah pundak Xeian, darah itu mengotori baju pemuda itu.

"Kita bahkan belum saling bersapa dengan baik."

Xeian berusaha melepaskan diri, tetapi Luoin justru menggunakan seluruh kekuatannya untuk menahan Xeian.

"Aku sedang menyapa, kau menghentikannya. Memangnya ada sapaan yang lebih layak untuk seorang musuh dan pengkhianat."

Ucapan Xeian sungguh menyakitkan dan Luoin memilih berpura-pura tak mendengarnya, tetapi tak bisa karena Xeian terus mengatakan 'musuh' dan 'pengkhianat'.

"Apa kau pernah bertanya aku raja hantu atau musuhmu? Atau aku pernah menyangkal sebagai musuhmu?"

Xeian tidak menjawab, jadi Luoin melanjutkan ucapannya. "Tidakkan? Jika kau menuduhku musuhmu baik dulu atau sekarang aku tak akan menyangkalnya."

"Mengapa kau tidak mengaku?"

Setelah sekian lama, akhirnya Luoin dapat terkekeh lagi.

"Coba kau tebak, mengapa aku tidak mengaku?"

Xeian mengdengus kesal. Dia pikir Luoin lengah, nyatanya saat dia berusaha melepaskan diri, pria itu masih menguncinya dengan erat.

"Mana aku tahu!"

Luoin kembali terkekeh hingga tatapannya bertemu dengan Shyan. Wajah ramahnya berubah dingin.

"Aku tidak yakin bisa mengurusnya nanti. Bolehkah aku mengurusnya lebih dulu?" Luoin bertanya kalem. Seolah wajah dingin dan siap membunuh tidak ditampilkannya.

Xeian tidak bisa melihat wajah galak Luoin, sehingga dia berucap tanpa rasa bersalah, "Ada aku di sini dan kau lebih memilih mengurusnya?"

Luoin mengerjap dua kali. "Xeian? Kau tak cemburu begitu! Aku hanya tak ingin— aduh."

Luoin mengaduh saat Xeian menyikut perutnya, tepat di mana dia menerima serangan Xeian.

"Atas dasar apa kau berkata begitu, hah?!"

Luoin mengeratkan pegangannya yang sempat mengendur beberapa saat. Beruntung Xeian tidak melepaskan diri setelah menyikutnya.

"Aku hanya tak ingin makhluk itu mengganggu waktu kita, jadi, boleh aku mengurusnya lebih dulu?"

Lama Xeian terdiam lalu mengangguk sekali.

"Kau hanya boleh melihat, jangan kabur."

Kisah XeianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang