Kasus Pembunuhan

1 1 0
                                    

Xeian dan Luoin kembali ke penginapan. Di kamarnya Xeian kembali berlatih, sedangkan Luoin dia berjalan-jalan di sekitar penginapan, sesekali dia berbincang dengan warga desa yang lewat. Mencari tahu tentang kota yang disinggahinya ini.

"Bagaimana dengan malam tadi?"

"Aku dengar malam ini kembali aman."

"Syukurlah tiga malam ini tenang, sepertinya benar, selama kita tidak keluar malam hari maka akan baik-baik saja."

Luoin yang kebetulan berdiri tak jauh dari dua pelayan wanita itu segera menghampiri.

"Permisi Nona, jika boleh tahu apa yang sedang kalian bahas ini?"

Salah satu wanita itu tersenyum malu sembari melirik ke arah Luoin.

"Begini Tuan, sebenarnya dalam seminggu ini sudah ada empat kasus kematian. Keadaan kota baru tenang selama tiga hari ini, karena itulah setiap malam ada peraturan untuk tidak keluar rumah," ucap salah satu wanita.

"Benar Tuan, jadi Tuan berhati-hatilah," timpal gadis yang tersipu malu itu.

"Kasus kematian seperti apa maksud Nona?"

"Korban pertama ditemukan terapung di sungai, korban kedua ditemukan mati dengan beberapa pedang yang menancap, korban ketiga mati dengan wajah yang dikuliti, dan korban terakhir ditemukan dengan keadaan terpotong-potong."

Luoin melihat jelas tatapan takut saat wanita itu bercerita, jadi buru-buru dia berucap, "Terimakasih sudah memberitahu Nona. Aku pamit undur diri."

Luoin segera berjalan menuju kamar Xeian. Namun, dia tidak berhasil menemukan pemuda itu. Sekali lagi Luoin mengedarkan pandangannya, tetapi nihil tak ada. Dia hanya menghela napas panjang dan berucap, "Kau sudah menguasainya dengan baik. Kemarilah, aku punya sebuah metode untuk mengajarimu ilmu baru."

Dari arah belakang, Xeian berjalan menghampiri Luoin, dia tersenyum puas mendengar ucapan Pria itu, terlebih saat mengatakan akan memgajarinya ilmu baru.

"Ilmu apa yang akan guru ajarkan?"

Luoin mengajak Xeian menuju pekarangan penginapan, sebelumnya dia sudah meminjam beberapa pedang pada pemilik penginapan.

"Aku akan melatihmu cara bertarung jika dikeroyok. Perhatikan."

Luoin menyalurkan tenaga dalamnya dan merubahnya menjadi sihir yang bisa mengendalikan pedang. Dia membuat pedang itu menyerang dirinya sendiri.

"Pertama, kau harus tenang, atur napasmu dan rasakan setiap gerakan dari musuh. Jangan terlalu fokus pada depan, tetapi perhatikan juga belakangmu itu terpenting."

Luoin menangkis kelima pedang itu dengan cara melakukan tendangan lingkaran, selanjutnya dia melompat ke atas pedang di hadapannya, dengan menendang pedang di belakangnya. Kedua tangannya menangkis pedang di kedua sisi. Tak lama dia melompat kembali ke pedang yang lain.

Cukup lama dia berperang dengan pedang itu, lalu mengarahkan kelima pedang itu pada Xeian yang sibuk mengamati.

Karena terkejut, Xeian segera mengeluarkan pedangnya dan menangkis pedang yang menyerang, kaki kanannya menendang salah satu pedang didekatnya.

"Brengsek, apa kau berniat membunuhku?!"

Xeian masih sibuk menangkis pedang-pedang itu, dia melakukan beberapa gerakan yang dilihatnya dari Luoin. Setelah beberapa saat dia mulai tenang dan lebih fokus menyerang dan menangkis. Luoin yang melihat hal itu tersenyum.

"Apa kau berpikir musuh akan menyerangmu saat siap? Jangan lengah! Perhatikan langkahmu."

Prang!

Xeian berhasil mematahkan sebuah pedang. Tersenyum bangga karena berhasil menghentikan serangan semua pedang itu. Berbeda dengan Xeian yang tersenyum senang. Luoin justru panik, buru-buru dia mengambil pedang patah itu.

"Kenapa mematahkannya?! Kau tahu, aku meminjam ini dari pemilik penginapan. Bagaimana caraku mengembalikannya sekarang."

Xeian melotot mendengar itu, "Bukan salahku! Kau tak memberitahunya sejak awal!"

Luoin menghela napas panjang. "Lupakan, setidaknya aku sekarang tidak khawatir jika kau harus berhadapan dengan mereka. Datanglah ke kamarku, aku akan memberitahumu sesuatu."

Luoin mengambil kelima pedang yang dipinjamnya. Berniat mengembalikan semua pedang itu dan memberikan ganti rugi.

Xeian yang merasa bersalah hanya meminta maaf, awalnya dia berniat menyerahkan uangnya untuk mengganti rugi, tetapi Luoin menolak, bagaimana pun dia mengakui kelalaiannya yang tidak memberitahu pemuda itu.

Xeian duduk dengan tenang di dalam kamar Luoin. Tak lama pintu kamar itu terbuka. Luoin segera mendudukkan diri di hadapan Xeian.

"Aku mendengar dari salah satu pelayan jika di kota ini sudah ada empat kasus kematian. Mereka dibunuh dengan cara keji," ucap Luoin memulai pembicaraan.

"Bagaimana cara mereka mati?"

Luoin mendengus kesal, "Jangan memintaku untuk mengatakan hal menyedihkan seperti itu!"

"Jadi apa yang ingin guru katakan?"

"Begini, jika dugaanku tidak salah mereka adalah pembunuh yang memiliki julukan 'pembunuh bayangan' pembunuh ini terkenal di negeri timur, aku tidak tahu bagaimana caranya mereka bisa sampai di kota selatan ini." Luoin kembali menjelaskan. Xeian hanya mengangguk mengerti, tak berniat memotong ucapan gurunya itu.

"Untuk memastikannya, kita akan menangkap salah satu pembunuhnya dan memintanya memberitahu di mana tempat persembunyian mereka. Jadi, nanti malam kita akan keluar mencari mereka, ingat sisakan satu! Jangan membunuh semuanya." Luoin memperingati dengan wajah serius.

"Tunggu, maksud guru pembunuh itu banyak? Bukan hanya satu orang?"

"Kau tak mendengarku mengatakan 'mereka'?"

Xeian menggeleng, "Maaf aku tidak fokus. Jadi ke mana kita akan mencari mereka?"

"Kita hanya perlu keluar malam ini, sebenarnya aku sudah menentukan sebuah tempat yang aman untuk bertarung. Kau bersiap saja."

Dari percakapan ini Xeian menyadari sesuatu. "Guru, kau tadi mengatakan kita, tetapi mengapa memintaku menyisakan satu, mengapa tidak kau saja yang menyisakannya?"

Xeian menatap pria di hadapannya tajam, jangan bilang jika pria itu akan membiarkannya bertarung seorang diri. Enak saja, dia meminta dirinya bertarung sedangkan dia hanya melihat. Xeian tidak menerima hal itu!

"Begini, aku sebenarnya memiliki sifat buruk, tidak bisa membiarkan musuh hidup, jadi jika ada yang menyerangku, aku pasti membunuh mereka semua. Jadi, tugas menyisakan satu itu, kuserahkan padamu."

Eeh, Xeian dibuat tertegun. Dia sudah salah sangka pada gurunya itu!

Kisah XeianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang