Setelah mendesak Shika, akhirnya Xeian tahu cara memakai giok itu. Sebelum pergi dia mengucapkan terimakasih pada pria itu karena telah menolong dan merawatnya.
"Jika Tuan Xeian tidak keberatan, boleh beritahu hamba isi dari kertas ini?"
Xeian menerimanya. Kertas itu masih terlipat rapi. Entah apa yang saat itu dia pikirkan, tetapi hanya ada satu nama yang dia duga sebagai pemberi surat ini.
"Tuan, tapi kertas ini kosong. Tak ada satu hurup pun di dalamnya."
Shika berusaha tersenyum. "Begitu ternyata, dia benar-benar hanya ingin memberitahu kepergiannya kali ini."
Shika sudah sangat mengenal Luoin, hingga sekali pun kertas itu kosong dia dapat mengerti maksudnya, juga dapat menebak bagaimana akhir dari pria itu.
Luoin benar-benar sekedar memberitahu bahwa dia akan pergi, tanpa kalimat basa basi 'akan bertemu' atau 'akan berkunjung' lagi. Shika cukup mengerti dengan situasinya.
Xeian pergi menuju lembah hantu seorang diri. Begitu sampai dia langsung menghancurkan ke lima pilar dan tembok masuk menuju lembah hantu.
Kedatangannya langsung disambut oleh pasukan hantu. Tak peduli seberapa lemahnya mereka, Xeian tetap menghajarnya tanpa ampun. Matanya berkilat marah dan aura membunuhnya lebih pekat dari pada para hantu itu.
Siapa pun yang berpapasan dengannya akan berpikir, 'melawan mati, tidak melawan mati, kabur mati, pura-pura mati akan menjadi kenyataan'.
Pasukan hantu sudah mengepung Xeian dari segala penjuru. Namun, Xeian tidak terlihat terganggu sedikit pun. Dia menghancurkan formasi jaring pengepung para hantu hanya dalam tujuh gerakan saja. Di gerakannya ke delapan para hantu yang baru saja datang ikut terhempas.
Entah berapa banyak pasukan hantu itu, mereka terus saja berdatangan seolah tidak ada habisnya. Namun, sebanyak apa pun yang datang, Xeian menyambutnya dengan tangan kosong. Hingga sebuah hantu menarik perhatiannya. Walah dalam keadaan murka, Xeian tetap memakai otaknya, sehingga dia segera melesat cepat—sembari membunuh para hantu yang dilewatinya—menghampiri sosok hantu itu.
Begitu sampai, tangannya segera mencengkram leher si Hantu. Mengangkatnya tinggi sembari berseru, "Berhenti melawan atau kubunuh pimpinan kalian."
Sejak awal Xeian tidak berniat membantai dan menghancurkan Lembah Hantu, dia hanya ingin membalaskan dendam atas kematian orang tuanya. Lagi pula, jika dia membantai lembah hantu, apa bedanya dia dengan Luoin? Mengingat namanya saja sudah membuat kemarahan Xeian meningkat hingga tanpa sadar mengencangkan cengkramannya mematahkan leher hantu itu.
Pasukan hantu yang awalnya diam, kembali menyerangnya.
Xeian kembali bertarung. Tidak sampai setengahnya, dia sudah menumbangkan seluruh pasukan hantu. Baru saja dia melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam gua. Sebuah tombak melayang ke arahnya dan menghentikan langkah kakinya.
Xeian berbalik, tiga sosok hantu berdiri di hadapannya di belakang mereka ada lebih banyak lagi hantu lainnya yang tidak begitu mencolok.
Ketiga hantu itu menyerang bersamaan, salah satu senjata mereka adalah cambuk, tetapi berbeda dengan milik hantu kematian-yang pernah dilawannya-dua hantu lainnya menyerang dengan tangan kosong, sedangkan pasukan hantu lainnya membentuk lingkaran, bertugas menangkap Xeian jika pemuda itu melarikan diri. Namun, Xeian tidak pernah berniat melakukan itu.
Xeian mengeluarkan pedang dan meloncat ke atasnya. Secepat kilat dia terbang dan turun di udara sembari memegang pedang. Semua hantu di sana menengadah. Aura pekat yang dikeluarkan Xeian mampu membuat oara hantu itu meneguk ludah kasar.
Semilir angin membuat rambut Xeian yang terurai setengah melambai-lambai di udara. Jika saja dia tidak memiliki aura pekat dan tatapan setajam pedang. Maka dia pasti mendapatkan banyak pemuja yang akan memuji dirinya.
Xeian mengangkat pedangnya, dengan gerakan seperti akan memotong bumi, dia menggerakan pedangnya hingga mampu membunuh pasukan hantu di bawahnya dan memukul mundur ketiga hantu yang melawannya.
Xeian tidak berniat turun, dia justru menantang ketiga hantu yang masih berusaha berdiri itu dengan tatapan matanya yang mengejek.
Hantu Gantung Kemarahan menerima tantangan itu, dia ikut terbang dan meludah darah ke arah Xeian. Namun, ludah itu sampai pada Xeian dan terjatuh.
Xeian tidak menunggu musuhnya menyerang, begitu mendapatkan perlakuan tidak sopan—ludahnya bahkan belum sampai ke tanah-dia langsung mencekik hantu itu dan mengarahkan pedangnya di depan dada si hantu. Xeian tersenyum sebelum pedang itu perlahan menembus jantung si Hantu.
Xeian menoleh dan melepas cengkramannya. Membiarkan mayat itu menggantung di pedangnya. Setelah puas, dengan tanpa berdosanya dia menjatuhkan mayat itu. Kedua hantu yang melihatnya memilih untuk menyerang bersama, hanya dalam hitungan detik. Nasib mereka tidak jauh lebih baik dari Hantu Gantung Kemarahan.
Setelah semua lawannya mati, dengan langkah santai dia memasuki gua. Sebelumnya dia sudah menyarungkan pedangnya kembali.
Berita kedatangan Xeian datang tersebar dengan cepat, membuat raja Shyan menggertakkan dirinya, terlebih saat mendengar keempat bawahannya dibunuh dengan keji.
Bukan hanya Shyan, Luoin pun mengetahui kedatangan Xeian sejak pemuda itu mengeluarkan aura pekat dan menghancurkan pilar serta gerbang. Dia membuka mata dan tersenyum senang. Tangannya bergetar karena terlalu semangat.
Dia ingin segera menemui pemuda itu, tetapi dia ingin membiarkan pemuda itu melakukan seleksi pada bawahannya. Alasan lainnya, dia ingin membuat pemuda itu seperti dirinya.
Luoin sudah tidak sabar, dia tertawa keras, membuat hantu yang bertugas di sekitarnya menciut ketakutan. Bagi mereka, tak ada yang lebih menakutkan dari tawa bahagia raja mereka. Karena setiap kali Luoin—raja hantu— tertawa keras maka akan banyak orang mati ketakutan. Benar-benar mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Xeian
FantasyPembantaian negeri Xeilu dalam satu malam, masih menjadi cerita yang mendunia meski sudah lima ratus tahun berlalu. Katanya, pelaku pembantaian itu adalah hantu ganas yang kini menjadi raja hantu. Tak ada yang mengetahui, bahkan dalam cerita yang te...