Setelah menghabiskan banyak peperangan, akhirnya Xeian sampai di tempat di mana Shyan berada. Melihat seorang pria terduduk dengan angkuh sembari memakai pakaian yang cukup mewah, mampu membuat Shyan menebak jika hantu itu memiliki kedudukan yang tinggi, hanya saja, selain tahta raja hantu, dia tidak tahu lagi kedudukan yang seperti itu.
Xeian tidak berkata atau melakukan apa pun, dia hanya menatap pria tak berminat dan berniat pergi. Namun, entah mengapa dia justru mengedarkan pandangan seolah memastikan sesuatu.
Pria yang ditatap Xeian pun tidak terlihat terganggu. Dia hanya sibuk dengan secangkir arak di tangannya. Menyadari tatapan Xeian yang sedang memperhatikan sekitar, membuat Shyan mengerti. Pria itu mencari Luoin! Merasa benar dengan pikirannya dia menahan tawa dengan menggigit bibir cangkir itu.
Shyan yakin dia tidak mengeluarkan tawanya, juga sudah tidak memperhatikan Xeian, tetapi mengapa pemuda itu menatapnya dengan sorot tajam, seolah dapat menembus dirinya.
Shyan bukan orang yang narsis seperti Luoin. Sehingga, ditatap begitu lama membuatnya risih.
"Berhenti menatapku!"
Shyan menyimpan cangkir araknya yang masih penuh. Dia memperbaiki posisi duduk—awalnya menyamping kini menghadap Xeian—bibirnya tersenyum, tetapi tidak dengan matanya.
"Siapa kau?"
Masih dengan wajah serius yang tenang dia menjawab, "Bukankah lebih sopan jika memperkenalkan diri lebih dulu, Tuan?"
Xeian tidak berniat basa basi dan membuang waktunya untuk orang tidak penting. Merasa dia tidak mendapatkan apa pun dan hanya dirugikan di sana, Xeian benar-benr memutar tubuh dan berniat pergi.
"Aku tak berniat untuk sopan padamu."
Xeian menghentikan langkah saat di hadapannya berdiri seorang pria yang tengah berbicara padanya tadi.
Xeian nenjadi waspada, dia tidak tahu bagaimana caranya pria itu berpindah. Harusnya secepat apa pun gerakannya, Xeian dapat merasakan hembusan anginnya. Tiba-tiba pemuda itu terpikirkan sesuatu. Jika tidak terpaksa, aku tak ingin bertarung dengannya.
Xeian memperbaiki ekspresi wajahnya. Tidak menunjukan ketakutan, tidak juga menunjukan tantangan. Dia hanya menatapnya dengan tenang dan berucap, "Apa maumu?" Dengan tenang.
"Hanya satu, kematianmu."
Xeian mengeratkan kepalannya sesaat. Dia mengingat kembali tujuan ke sini, hanya untuk menemui Luoin, dia pun datang seorang diri tanpa mengibarkan bendera perang, lantas mengapa dia diperlakukan sebagai buronan.
"Aku tidak mengibarkan bendera perang, tapi sepertinya Tuan ini sangat ingin membunuhku. Tak bisakah Lembah Hantu ini nenyambut seorang tamu dengan baik?"
Xeian tidak ahli dalam perang mulut, dia pun tidak tahu ucapannya itu menyinggung atau tidak. Dia terbiasa berkata blak-blakan pada Luoin, hingga tidak bisa mengontrol kalimatnya. Apalagi dia sering mendengar gaya bicara Luoin yang menurutnya bagus karena sering membuat lawan bungkam.
"Apakah tuan ini pelawak? Tidak tamu yang datang dengan menghancurkan gerbang. Tidakkah tuan tahu tentang etika 'mengetuk pintu tiga kali'?"
Xeian terdiam. Benar juga! Karena tak bisa menyangkal Xeian bersikap seolah tidak mendengar apa pun, dia menebalkan muka dan mengganti topik pembicaraan. "Dimana Raja Hantu berada?"
Shyan menunjuk dirinya sendiri, "Di sini."
Xeian tidak menunjukan ekspresi apa pun. Dia hanya menatap beberapa saat. Namun, karena tak ingin bertemu pandang dia menurunkan tatapannya ke arah dada pria itu. Menyadari pria di hadapannya maju dua langkah, dia mengangkat pandangannya. Kini jarak mereka hanya tiga langkah saja.
"Benarkah? Apa Luoin begitu bodoh hingga tersesat dan membiarkan orang sepertimu mengambil tahtanya."
Kebiasaan buruk Xeian adalah tidak bisa menahan diri untuk bertanya jika ada yang ingin dia tahu. Tidak peduli bagaimana suasananya.
Mendengar kalimat 'orang sepertimu' Shyan memberang. Dia tidak tahu orang seperti apa dirinya dalam pandangan Xeian, tetapi ada satu hal yang bisa dia pastikan. Hal itu bukanlah hal baik.
"Apa maksudmu?!"
Menyadari Shyan terpancing emosi. Xeian menghela napas panjang dan membuangnya perlahan. Sepertinya, rencana menghemat energi gagal.
"Tidak ada. Aku bertanya di mana Luoin berada?"
Shyan mundur satu langkah, lalu menyerongkan tubuh dan berjalan melewati Xeian. Seolah disihir, Xeian memutar tubuhnya dan berjalan mengekor hingga Shyan kembali ke tempat duduknya, barulah Xeian kembali sadar dan dia sudah berada di anak tangga pertama.
"Namaku Shyan, Raja pengganti Lembah Hantu."
Shyan hanya memperkenalkan diri saja, tetapi Xeian justru berpikir jika pria itu sedang memintanya memperkenalkan diri.
"Namaku Xeian. Sekarang di mana Luoin?"
Shyan mendesah pelan. "Ternyata kau, sayang sekali aku tak bisa memberitahumu. Namun, jika kau bisa memaksaku mungkin akan kukatakan."
Xeian mengerti, tanpa basa-baai lagi dia bersiap untuk mengeluarkan pedang. Namun, buru-buru Shyan menenangkannya.
"Tidak, aku tidak mengajakmu berperang. Lagi pula harusnya kau tahu siapa yang paling dirugikan dalam pertempuran kita."
"Apa maksudmu? Siapa yang dirugikan?" Xeian yang merasa diremehkan mengeluarkan pedang dan aura pekatnya. Tatapannya semakin menajam saking tajamnya hingga membuat lawan bisa merasa terkuliti, jika saja lawannya bukan Shyan.
"Tentu saja aku yang rugi. Ruangan ini aku selalu menjaganya selalu bersih dan memastikannya rapi."
Xeian kembali terkejut saat tangannya yang memegang pedang di cengkram Shyan. Gerakannya benar-benar cepat hingga membuat Xeian tak menyadarinya walah pun tidak berkedip.
"Tuan Luoin itu, tak peduli seberapa kuatnya aku, tak berhasil melukainya seujung kuku pun."
Dari ucapannya, Xeian menangkap maksud, jika pria itu sedang mengejeknya. Dia yang sehebat ini saja tidak bisa mengalahkan Luoin apalagi Xeian yang tidak bisa mengalahkannya. Kira-kira seperti itulah maksud yang Xeian tangkap.
"Namun, jika kita bekerja sama. Jangankan seujung kuku, membunuhnya pun bukan hal yang mustahil," ucap Shyan berbisik tepat di telinga Xeian, suaranya sangat lembuh dan rendah. Membuat mata Xeian menegang sesaat, lalu melepaskan diri dan menatap pria itu jijik!
"Dasar hantu tak tahu diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Xeian
FantasiPembantaian negeri Xeilu dalam satu malam, masih menjadi cerita yang mendunia meski sudah lima ratus tahun berlalu. Katanya, pelaku pembantaian itu adalah hantu ganas yang kini menjadi raja hantu. Tak ada yang mengetahui, bahkan dalam cerita yang te...