Sudah 3 tahun semenjak hujan hari itu. Selama 3 tahun ini, banyak hal yang [Name] lewati. Bahkan, ia sudah berbaikan dengan Ayahnya. [Name] juga sudah bukan siswi SMA lagi melainkan seorang mahasiswi dari fakultas teknik.
[Name] adalah mahasiswi yang pandai bersosialisasi sehingga ia memiliki banyak teman serta kehidupan kuliah yang nyaman.Meskipun begitu, tetap saja [Name] merasa seperti ada yang kurang. Perasaan ini selalu menjanggal di dalam lubuk hatinya. [Name], ia.. Masih memikirkan Yamazaki hingga sekarang ini. Pria yang bahkan ia tak tahu namanya, hanya marganya saja yang ia ketahui.
Sejak pertemuan yang tidak sengaja setelah pulang dari supermarket, [Name] tidak pernah bertemu lagi dengan Yamazaki hingga saat ini. Perasaan yang senang, tenang, penasaran serta gelisah bercampur menjadi satu ketika [Name] sedang memikirkan tentang Yamazaki.
Awalnya ia menyangkal, namun tak dapat di pungkiri. [Name] jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yamazaki. Lebih tepatnya Yamazaki adalah cinta pertama [Name]. Banyak lelaki yang mengajak [Name] berkencan. Namun, [Name] selalu kepikiran tentang Yamazaki dan berakhir dengan menolak ajakan dari para lelaki itu.
Payung yang saat itu mereka berdua pakai juga masih tersimpan dengan baik di kamar [Name]. [Name] selalu merawat payung itu supaya tidak rusak karena payung itu merupakan satu-satunya kenangan [Name] bersama Yamazaki. Bahkan [Name] jarang memakai payung itu. Apa bila saat hujan dan di waktu itu juga ia sedang sangat merindukan Yamazaki, barulah [Name] berkeliling memakai payung dengan warna hitam polos itu.
Seperti sekarang ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sekarang sedang hujan lumayan deras dan awet. Tapi, [Name] sedang sangat merindukan Yamazaki sekarang. Gadis itupun keluar menggunakan gaun dengan panjang di bawah lutut, tak lupa pula dengan cardigan. Surai hitam legamnya itu hanya ia ikat rendah.
•••
[Name] menerobos derasnya hujan bersama payung berwarna hitam polos ini. Tak tahu ingin kemana, ia hanya mengikuti arah langkah kakinya yang berjalan dan tanpa sadar [Name] sudah sampai di halte tempat ia berteduh bersama Yamazaki 3 tahun lalu.
[Name] duduk di kursi yang tersedia sembari memandangi rintikan air yang berjatuhan membasahi aspal. Sudah lewat 20 menit [Name] duduk di halte ini tanpa adanya tujuan. Hanya bisa berharap sang pujaan hati datang menghampiri ia yang sedang larut dalam kerinduan.
[Name] yang sedang melamun, meresapi dinginnya hujan, tak sadar bahwa sudah ada seseorang duduk di sampingnya. [Name] tak sadar hingga orang itu pun membuka pembicaraan.
"Hujannya sama seperti waktu itu, ya.. Tidak berubah. Kau pun juga sama, tidak berubah sedikitpun."
[Name] menoleh kearah suara yang ada tepat di samping kanannya. [Name] terkejut, matanya membulat sempurna, jantungnya nyaris copot saat itu juga ketika melihat orang yang ada tepat di sebelahnya itu. Seseorang yang sudah lama tak bertemu dengannya, dan [Name] sangat merindukan orang ini.
"Ahh! Kau mengagetkan aku, Ayah!" Ya, orang itu adalah Ayah [Name] sendiri. Sudah lama [Name] tidak bertemu dengannya dikarenakan Ayahnya mempunyai pekerjaan di luar negeri.
"HAHAHAHA! Maafkan Ayah."
"Ayah.. Pulang kok nggak ngabarin aku?!"
"Loh? Siapa yang sibuk hingga nggak buka ponsel dan nggak balas pesan dari ayah?"
"Hah?! Ponsel! Oh, iya! Aku sudah 2 hari nggak buka ponselku!"
"Dasar bodoh. Buka ponsel saja kau lupa, putriku."
"Ahh! Ini karena aku sibuk dengan urusan kuliah, jadi lupa membuka ponsel." Mendengar keluhan putrinya itu, Pak tua Miyamoto kemudian mengusap surai hitam legam milik putrinya sembari tersenyum.
"Hujan seperti ini mengingatkan Ayah saat 3 tahun lalu, dimana Ayah sedang menjelaskan kesalahpahaman itu kepadamu... [Name]."
Mendengar ucapan Ayahnya, [Name] menatap sendu aspal yang sedang terguyur air hujan. "...Bagiku, bukan hanya itu."
"Maksudmu?"
"Ah, bukan apa-apa, ayah."
"Anak nakal, ayo pulang sekarang. Sudah jam segini, hujan lagi. Kau nggak takut nanti sakit?"
"Baiklah, ayah. Omong-omong.. Kok Ayah tau aku ada di sini?" Curiga [Name].
"Eh? Kenapa, ya? Nggak tau, tuh. Mungkin ini adalah naluri seorang ayah terhadap anak gadisnya. HAHAHA!"
"A-apaansih, Ayah! Garing, tau!"
"Sudah, sudah, cukup bercandanya. Ayo pulang sekarang." Pak tua Miyamoto pun mengantar [Name] pulang menggunakan mobil miliknya yang terparkir tak jauh dari halte berada.
Di dalam perjalanan pulang, hanya ada kesunyian yang melanda antara Ayah dan anak ini. [Name] yang sedang dalam mood yang tidak baik, ayahnya yang peka jika [Name] sedang dalam suasana hati yang buruk tidak suka diajak bicara memilih diam saja sepanjang perjalanan.
[Name] memperhatikan rintikan hujan yang menempel dikaca mobil. Cantik, satu kata untuk mendeskripsikan kan air hujan itu. Walaupun cantik, ntah kenapa hati [Name] sakit melihatnya. Hujan selalu mengingatkan [Name] akan Yamazaki.
Pria misterius yang setelah menolong [Name], pergi begitu saja tanpa berpamitan lagi. "Datang tak di undang, pulang tak berpamitan" adalah satu kalimat yang cocok untuk Yamazaki.
"[Name]? Nak?"
"A-apa?!"
"Melamun saja, kita sudah sampai."
"Oh ya? Em, Ayah mau mampir dulu?"
"Tidak, besok saja Ayah kesini. Ayah baru saja pulang dari luar negeri, masih ada beberapa urusan yang harus Ayah selesaikan."
"Oh, baik. Aku pamit ya, ayah. Hati-hati di jalan!"
"Iya, Nak. Semangat kuliahnya."
"Pasti, Ayah."
Setelah Nana keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah, barulah Pak tua Miyamoto menginjakkan gas dan meninggalkan kediaman ini.
"[Name] anakku.. Sudah lebih dari 3 tahun berlalu, ternyata kau masih menyukai pria itu."
"Tapi lebih baik begini. Pria itu adalah orang yang berbahaya untukmu, Nak."
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ- TBC -
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗥𝗔𝗜𝗡 - 𝗣. 𝗝𝗼𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻
FanfictionHujan, fenomena alam yang mempertemukan mereka berdua. Hujan, rintikan air yang akan membasahi tubuh siapa saja yang disentuh olehnya. ⛔Y/n phobic DNI⛔ Slow update. ©Hanya meminjam karakter dari Park Taejoon.