Six.

636 89 2
                                    

"Ini benar nomor [Name]..?"

[Name] terdiam sejenak, memikirkan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan sederhana itu. Beberapa saat kemudian, akhirnya gadis itu membuka suara.

"Benar.."

Satu kata sederhana, namun membuat jantung [Name] berdetak tidak karuan. Warna merah dipipinya semakin terlihat jelas.

"Haha.. Baiklah, berarti aku nggak salah nomor, kan?"

Tawa pria menggema di panggilan. [Name] ingin menyaksikan secara langsung ketika pria itu tertawa ringan.

"I-iya, Jonggun.."

Setelah mengatakan itu, hening terjadi sejenak hingga akhirnya pria itu membuka obrolan lagi.

"Kau belum tidur, hm? Panggilan dariku nggak membangunkanmu, kan?"

"A-ah.. N-nggak! Aku memang belum tidur kok. Nggak tau kenapa.. Aku nggak bisa tidur malam ini."

"Mau aku temani sampai kau bisa tidur?"

______________________

"Begitulah ceritanya hingga akhirnya omelet telur buatanku di akui yang terenak bagi adikku, haha!"

"Wah, ternyata omelet telur buatanmu memiliki sejarah yang panjang, ya.."

"Pokoknya jika kau main ke rumahku lagi, aku akan memasak omelet telur lagi untukmu!"

"Aku akan merasa senang kalau begitu."

"Aku juga akan ngenalin adikku padamu nanti!"

"Aku jadi penasaran nih~"

Begitulah obrolan [Name] dan Jonggun berlangsung. Tak terasa sudah setengah jam lebih mereka mengobrol ditelepon. [Name] yang selalu bercerita dengan antusiasnya yang tinggi, dan Jonggun sebagai pendengar yang turut merasa senang dengan cerita [Name]. [Name] tidak ingin panggilan ini berakhir.

"Oh, iya.. Aku ingin bertanya sesuatu.."

"Tanyakan saja."

"...Kenapa kau nggak pernah melepas kaca mata hitammu? Apakah ada alasan tertentu yang membuatmu begitu?"

"...Kau bilang kau kuliah di Universitas xxx, bukan?"

"Huh? I-iya.. Sebentar! Jangan mengalihkan topik, dong!"

"Besok aku ada urusan di dekat sana, nanti aku akan menjemput setelah kau pulang, kau bisa melihat langsung wajahku tanpa kaca mata, gimana?"

Hening. [Name] tidak bisa berkata-kata lagi. Betapa ingin [Name] berteriak sekarang juga, tapi dia sadar bahwa dia sedang melakukan panggilan bersama Jonggun. Dia bilang dia akan menjemputnya setelah pulang kuliah?! Mati saja kau Miyamoto [Name] jika kau menolak tawaran sang pujaan hati, pikir [Name].

"A-apakah aku nggak merepotkanmu jika kau mau menjemputku..?"

"Untuk apa aku menawarkan diri padamu jika aku merasa repot?"

"B-baiklah kalau begitu.."

"Kau mau?"

"Ya.. Aku mau."

"Ini sudah larut, lebih baik kau tidur."

[Name] tersenyum dibalik panggilan, jantungnya berdebar-debar mendambakan hari esok.

"Baiklah, selamat malam, Jonggun.."

"Iya, selamat malam."

"Omong-omong.. Terima kasih sudah menemaniku.."

"Tidak perlu berterima kasih, besok aku akan mengabarimu lagi, oke?"

"I-iya..!"

"Aku matikan ya.. Semoga tidurmu nyenyak."

Setelah itu, panggilan pun berakhir. Jantung [Name] masih berdebar-debar karena besok dia akan bertemu lagi dengan Jonggun. [Name] merasakan wajahnya sangat panas dan dia sangat yakin bahwa wajahnya merah padam.

[Name] memutuskan untuk tidur supaya badannya segar ketika bangun karena besok dia akan bertemu lagi dengan Jonggun.





— TBC —

𝗥𝗔𝗜𝗡 - 𝗣. 𝗝𝗼𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang