Bosan, satu kata yang mendeskripsikan kehidupan seorang Tuan Muda Grup Yamazaki.
Semuanya telah tersedia semenjak dia terlahir di dunia ini. Harta, pakaian bermerk, makanan bergizi seimbang, kehormatan serta kekuasaan telah ia dapatkan sejak usia belia.
Kehidupan yang membosankan karena dia bisa mendapatkan semuanya dengan mudah sejak lahir.
Hingga akhirnya, pria itu menemukan gairah hidupnya. Pertarungan- satu-satunya hal yang meningkatkan gairah hidup Yamazaki Jonggun saat itu.
Dia berkeliling dari daerah ke daerah untuk mempelajari teknik bela diri. Berbagai teknik bela diri ia kuasai dengan cepat hingga akhirnya dia dijuluki seorang "Jenius". Sang jenius berdarah Yamazaki.
Bertahun-tahun dia menjalani hidup dengan berkeliling ke berbagai daerah untuk mempelajari teknik bela diri. Hingga akhirnya dia mencapai tingkatan Ultra Instincts- dimana seseorang berada dalam kondisi tidak sadar.
Setelah mencapai tingkatan itupun, akhirnya Yamazaki Jonggun mulai merasa bosan. Sulit baginya menemukan lawan yang sepadan dengan kekuatan yang ia miliki karena dia tidak bisa menikmati pertarungan jika dia dengan mudah mengalahkan sang lawan.
Hingga akhirnya, Yamazaki Jonggun kembali ke tempat kelahirannya- Tokyo, Jepang. Setelah seminggu kembali ke Tokyo karena pekerjaannya di Korea Selatan telah usai, Yamazaki Jonggun memutuskan untuk menetap di tempat asalnya, Jepang.
Satu minggu berjalan dengan bosan sampai suatu saat ketika sedang hujan di sebuah toserba, Jonggun membeli rokok. Seorang wanita yang ia temui 3 tahun yang lalu. Wanita yang samar dalam ingatannya- Miyamoto [Name].
Rasa bosan yang menyelimuti diri Yamazaki Jonggun seketika sirna. Tawa lembut dari wanita itu yang memancarkan energi positif, yang membuat orang disekitarnya turut merasakan kebahagian itu, membuat hati Jonggun luluh.
Yamazaki Jonggun sudah lupa kapan terakhir kali dia merasakan kehangatan dari seorang wanita, mungkin terakhir kali dari ibunya (?). Betapa Jonggun mendambakan belaian lembut dari wanita itu yang menenangkan dan tentunya menyirnakan kekosongan yang menyelimuti hati Yamazaki Jonggun.
•••
"Apakah benar begitu.. Tuan Puteri-ku..?"
[Name] membeku, jantungnya berdebar kencang, dia sangat yakin Jonggun juga bisa merasakan debaran jantungnya.
"A-apasih.. Jangan kekanak-kanakan, dong.." [Name] mengatakan itu sembari membuang muka. Semburat merah di wajahnya semakin jelas.
"Haha.. Maaf." Kemudian Jonggun melepaskan tangan [Name].
Jonggun mendekap tubuh mungil [Name] dan membenamkan wajahnya di leher jenjang [Name], menghirup rakus aroma yang keluar dari tubuh gadis itu, aroma yang menenangkan- pikir hatinya.
[Name] yang mendapatkan perlakuan itu dari Jonggun membeku, gesekan hidung Jonggun dikulit lehernya memberikan sensasi menggelitik yang membuat jantung [Name] berdetak kencang.
Jonggun yang merasakan kebingungan dari [Name] kemudian berbicara, "Tetap seperti ini.. Sebentar saja.." Kata Jonggun lirih.
[Name] mengangguk pelan, membalas pelukan Jonggun. Tangan kecil [Name] mengusap kepala Jonggun dengan lembut, memberikan sensasi nyaman di sekujur tubuh Jonggun yang membuat Jonggun mendengkur pelan, seperti anak kucing yang mendapatkan kehangatan ketika induknya berada di dekat mereka.
-
"Dari mana saja kamu, Miyamoto [Name]?"
Suara dingin dari seorang wanita paruh baya menyelimuti seisi ruangan dengan interior modern ini. Wanita dengan setelan kantor, yang sedang menyeruput kopi serta kakinya yang bersila dengan percaya diri, memberikan kesan dominan pada wanita itu.
"Eh? Ibu.. Hehe.." [Name] menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari tertawa ringan untuk mencairkan suasana. [Name] sudah tau akan berakhir seperti apa nantinya...
"Siapa yang menyuruhmu cengengesan seperti itu? Duduk."
Dengan sigap, [Name] duduk dilantai, tepat di depan kaki ibunya dengan gaya Seiza- cara duduk tradisional dan formal di Jepang. [Name] berlutut di lantai, melipat kedua lututnya di bawah paha, dan menempatkan pantatnya di atas tumit.
Kepala [Name] mendongak ke atas, menatap wajah yang berparas cantik itu meskipun sudah mulai kendur dan berkeriput.
"Ibu tanya, darimana kamu Miyamoto [Name]?"
"D-dari rumah teman, bu..." Memang betul, [Name] dan Jonggun hanyalah teman- untuk saat ini. Hubungan mereka masih cukup jauh untuk dikatakan "pacaran" meskipun mereka sudah menghabiskan satu malam bersama.
"Kamu bahkan tidak mengabari ibu jika kamu menginap di rumah temanmu."
[Name] tersentak, dia baru ingat ponselnya kehabisan daya sehingga dia lupa mengabari ibunya. Sampai saat ini pun, [Name] belum mengisi daya ponselnya..
"P-ponselku habis baterai, bu..."
"Oh? Apakah di rumah temanmu tidak ada charger?"
"Ada.. Tapi beda tipe dengan charger ponselku, ibu... Aku lupa membawa charger maupun powerbank..."
"Hah..."
Suzuki Miko- Ibunya [Name], mendesah pelan. Wanita paruh baya itu menyeruput gelas kopi yang ia genggam, kemudian melirik anak gadisnya yang sedang duduk dengan gaya Seiza itu.
"Sudah berapa umurmu tahun ini, [Name]? Hal sekecil charger pun kamu lupakan."
"D-dua puluh tahun, bu..."
"Diam. Ibu tidak menyuruhmu untuk menjawab."
[Name] langsung menundukkan kepalanya sembari mengangguk kecil, tidak berani menatap wajah ibunya yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.
Setelah sekitar setengah jam mendengar ceramah dari ibunya, akhirnya [Name] mendapat hukuman yaitu membersihkan seluruh rumah sendirian.
Sebenarnya [Name] tidak masalah untuk bersih-bersih karena dia juga mencintai kebersihan. Tapi, membersihkan rumah sebesar ini sendirian tanpa bantuan orang lain, pasti akan sangat menyiksa [Name]. Tidak, siapapun pasti akan mengeluh jika di suruh membersihkan rumah ini sendirian.
Ibu [Name] kembali ke kantornya karena masih ada urusan. [Name] tak mengerti mengapa Ibunya rela telat datang bekerja demi menunggunya pulang dan menghukumnya dengan pekerjaan yang mematikan ini.
•••
"Gila... Mau mati rasanya..."
[Name] ambruk di atas kasurnya yang empuk setelah 2 jam lebih membersihkan seisi rumah sendirian. Bahkan pendingin ruangan sekalipun tidak dapat menenangkan panas yang membara di tubuh [Name] yang kelelahan dengan keringat yang membasahi tubuhnya.
"Capek banget..."
Drrtt... Drrtt...
"Hah...?"
[Name] kemudian berdiri, mengambil ponselnya yang sedang dalam keadaan mengisi daya. Ternyata baterai ponselnya sudah penuh.
Panggilan masuk yang terpampang di layar ponsel membuatnya kegirangan. Bagaimana tidak? Karena yang memanggil adalah Yamazaki Jonggun. Tanpa ragu dia menarik tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu di telinga kirinya.
" Halo ...? "
Suara berat dari seorang lelaki menggema di telinga [Name]. Semburat merah mulai timbul di pipi wanita itu.
"Halo! Ada apa ...?"
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ
ㅤ- TBC -
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗥𝗔𝗜𝗡 - 𝗣. 𝗝𝗼𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻
FanfictionHujan, fenomena alam yang mempertemukan mereka berdua. Hujan, rintikan air yang akan membasahi tubuh siapa saja yang disentuh olehnya. ⛔Y/n phobic DNI⛔ Slow update. ©Hanya meminjam karakter dari Park Taejoon.