Eleven. - What are we? 21+

776 54 5
                                    

"Ayah mau mampir nggak?"

[Name] menatap pria paruh baya yang merupakan ayahnya itu.

"Lain kali saja ayah mampir."

[Name] mengangguk pelan, kemudian dia membuka pintu, "Baiklah, sampai jumpa, ayah." Pintu mobil pun tertutup, sebelum pergi, Miyamoto Akira menekan klakson sebagai tanda berpamitan.

Hujan sudah mulai reda sejak saat [Name] di tengah perjalanan saat bersama ayahnya dan sekarang hanya tersisa rintikan kecil saja. [Name] berjalan mendekati pintu kemudian membuka kunci, mengingat ibu dan adiknya menginap di rumah Neneknya hari ini, "Oh iya, aku sendirian di rumah hari ini..." Pikir [Name].

[Name] memegang gagang pintu dan hendak membuka, tapi kemudian dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Hentakan sepatu yang familiar dan bau rokok yang menyengat berada tepat di belakangnya, [Name] kemudian menoleh ke belakang.

"...Jonggun?"

Namanya yang diucapkan dengan suaranya yang rendah serta dingin bekas hujan yang menusuk ke dalam tulang, seketika membuat bulu kuduknya berdiri, Jonggun menatap rendah wanita yang lebih pendek darinya itu.

"Kok kamu kesini nggak bilang?"

Hanya mendengar suara darinya membuat Jonggun tidak bisa menahan diri, Jonggun terdiam sesaat hingga akhirnya dia menjatuhkan sebatang rokok yang menyelip di antara jari tengah dan telunjuknya yang membuat rokok itu menghantam lantai teras rumah [Name].

Jonggun menangkup pipi [Name] dengan satu tangan yang membuat [Name] menciptakan raut kaget di wajahnya, bertepatan dengan Jonggun yang menginjak rokoknya untuk mematikan rokok itu, Jonggun menyandarkan wajahnya ke depan hingga akhirnya bibir mereka bertemu.

Jonggun mencium [Name] cukup agresif membuat [Name] kebingungan, tapi kemudian [Name] berusaha mengikuti irama Jonggun. Rasa rokok dari mulut Jonggun memberikan sensasi pusing bagi [Name] yang bukan seorang perokok, kemudian [Name] memukul dada Jonggun pelan agar Jonggun berhenti.

"Kamu-" Kata-kata [Name] terpotong ketika Jonggun membungkam bibir [Name] dengan jari telunjuknya, mata [Name] melebar kaget, kemudian dia menatap pria berkaca mata hitam itu dengan mata sayu serta wajahnya yang sudah tersipu sejak tadi.

"Aku merindukanmu." Jonggun berkata dengan suara beratnya.

-

Kaki ramping [Name] yang melingkari pinggul Jonggun serta tangan kecilnya yang mencengkram kerah kemeja Jonggun, tibalah mereka di kamar [Name], Jonggun menjatuhkan tubuh [Name] di kasur dengan cukup kasar sehingga menciptakan bunyi yang cukup keras.

[Name] bertumpu pada sikunya, mendongak sembari menatap Jonggun yang melepas kaca mata hitam yang dipakainya dan membuang kaca mata itu ke lantai. Jonggun mulai melucuti bajunya, dia melepas jas hitam yang ia kenakan dan membuka dua kancing kemejanya, kemudian Jonggun mendekati [Name] yang berada di atas kasur.

Jonggun duduk tepat di atas paha [Name] dan menahan kakinya agar tidak menekan paha [Name], kemudian Jonggun merobek blus berwarna abu yang dikenakan oleh [Name] dan membuat bra berwarna pink yang [Name] pakai terpampang dengan jelas, menonjolkan belahan dada yang membuat siapapun yang melihatnya akan tergoda.

Tak perlu waktu lama pengait bra itu pun lepas dan Jonggun membuang bra [Name] ke sembarang arah. Jonggun mendorong [Name] hingga [Name] berbaring sepenuhnya di atas kasur dan dia mulai mencium bibir [Name] dengan agresif.

Ciuman itu perlahan mulai turun ke leher [Name], lidah Jonggun yang bergesekan di kulit [Name] membuatnya memejamkan mata dan mengeluarkan erangan pelan.

"Ahh-" [Name] menggigit bibir bawahnya untuk menahan erangannya ketika Jonggun terus menghantam lehernya dengan gigitan dan hisapan yang meninggalkan bekas berwarna merah keunguan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗥𝗔𝗜𝗡 - 𝗣. 𝗝𝗼𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang