Five.

819 106 2
                                    

_____________________
I've got my mind on you
_____________________



Yamazaki Jonggun POV .

Sudah sejak lama hingga akhirnya aku kembali lagi ke Jepang, tempat lahirku. Aku sedang mencari angin sendirian untuk menikmati suasana kota Tokyo sebelum aku kembali lagi ke Korea. Sialnya, hujan tiba-tiba turun. Padahal ramalan cuaca bilang hari ini tidak turun hujan. Aku sedang mencari tempat berteduh, namun ada seorang gadis yang menabrakku.

Mataku sedikit melebar melihat gadis itu. Parasnya yang cantik, rambut hitamnya yang di cepol membuat dia terlihat imut. Dia menatapku dengan raut wajahnya yang khawatir. Wajah ini.. Wajah yang khawatir bukan karena takut bahwa aku akan membunuhnya, melainkan raut khawatir karena mencemaskanku.

Dia menarikku menuju halte lama yang sudah tidak digunakan lagi. Dia meminta maaf karena tidak sengaja menabrakku. Setelah itu, kami berteduh disana hingga beberapa saat berlalu. Tanpa berbicara sepatah kata pun, hingga akhirnya dia membuka pembicaraan.

"Haha.. Hujannya tak berhenti ya, malah bertambah deras. Apakah kita akan terjebak di sini sampai besok? Haha." Aku hanya melirik dia yang sedang mencairkan suasana. Hingga akhirnya, dia menanyakan margaku.

"Omong-omong.. Apa marga anda?" Aku terdiam sejenak, memikirkan, apakah aku harus memberitahukan margaku pada gadis asing ini?

Setelah berfikir sejenak, aku memutuskan untuk memberitahu margaku kepada gadis asing ini. "Yamazaki." Jawabku singkat.

Setelah aku memberitahu margaku kepada gadis ini, kemudian dia memperkenalkan dirinya. Dia bilang, "Ah, salam kenal, Yamazaki-san. Perkenalkan saya Miyamoto [Name]." [Name]? Nama yang unik. Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Ya.. Miyamoto."

Setelah beberapa jam menunggu, sekitar pukul setengah 11 malam, ku dengar gadis ini bergumam sendiri. Dia seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu. Ternyata dia sedang mengkhawatirkan adik lelakinya yang sedang sendirian di rumah.

Entah perasaan dari mana yang datang padaku secara tiba-tiba ini. Tubuhku bergerak dengan sendirinya untuk mencari toserba terdekat yang berada di sini. Aku tidak peduli dengan tubuhku yang terguyur air hujan, yang ada dipikiranku saat ini hanyalah mengantar gadis itu dengan selamat sampai di rumahnya.

Setelah berlari beberapa menit, aku akhirnya menemukan satu toserba terdekat. Aku masuk ke dalam sana dan mencari keberadaan payung. Hanya tersisa satu payung disana, payung berukuran sedang berwarna hitam polos. Sekali dilihat pun itu tidak cukup untuk dua orang, tapi aku tidak peduli. Aku langsung membeli payung itu dan kembali lagi ke halte tadi.

Saat aku kembali dan memberikan payung yang kubeli tadi kepada gadis yang bermarga Miyamoto ini, terlihat ekspresi khawatir diwajah Miyamoto. Dia mengkhawatirkan aku.

Setelah perdebatan singkat, akhirnya dia mau ku antar pulang. Sebagian besar payung kuberikan padanya, bagian belakangku masih mengenai air hujan. Itu dingin, tapi aku tidak peduli dengan dingin yang menusuk punggungku itu, asal gadis ini pulang dengan selamat, itu lebih dari cukup.

Perjalanan sekitar 40 menit terlewati, hingga akhirnya aku sampai di area perumahan tempat dimana rumah Miyamoto berada. Setelah sampai di rumahnya, dia mengundangku untuk duduk di kursi yang tersedia di teras. Aku duduk sembari menunggu dia memanggil adiknya.

Namun saat aku melihat waktu di jam tangan yang ku kenakan, sudah hampir jam 12 malam. Aku masih ada urusan di Kediaman Yamazaki, ditambah minggu depan adalah jadwal penerbanganku ke Seoul, Korea Selatan. Banyak yang harus ku urus di kediaman Yamazaki. Aku memutuskan untuk kembali. Tanpa mengucapkan apapun, aku meninggalkan kediaman Miyamoto.

𝗥𝗔𝗜𝗡 - 𝗣. 𝗝𝗼𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang