Tujuh

2.6K 237 19
                                    

.

.

Jaemin duduk di samping nisan yang bertuliskan nama bundanya disana

Bibir itu tertarik untuk membentuk sebuah senyuman kecil penuh lara yang belum kunjung pergi

"Bunda, nana datang" Ucapnya

Tulip putih yang tadi dibawanya diletakkan tepat di atas makam itu dan tangannya mengelus nisan itu lembut

"Bun.... " Lirih nya

Hanya disini

Jaemin tidak punya tempat lapang yang bisa meluapkan apa yang dirasakannya. Jaemin juga tak punya banyak telinga yang mau mendengar keluh kesah panjangnya

"Katanya dunia nana ini indah tapi kok makin berantakan?"

"Bunda.... Katanya nana ini kuat, tapi kenapa sekarang jadi rapuh?"

Air mata jaemin mulai menggenang, bibirnya mulai bergetar menahan isakan yang mulai terdengar miris

"Bun.... Pinjam pelukannya sebentar boleh? Nana capek" Pintanya

Semenjak pernikahannya terjadi dengan Jeno, baru sekarang jaemin datang kesini lagi

Kepala jaemin menunduk, sekarang air mata itu sudah enggan menggenang di pelupuk mata dan mulai luruh menyentuh permukaan bumi

"Bunda bilang cinta itu anugrah, tapi bahkan bunda pergi ninggalin nana karena cinta" Jaemin terisak

"Sejahat jahatnya dunia, kalau ada bunda nana pasti bakalan bertahan. Tapi kalau begini akhirnya, bunda curang"

"Nana sendirian, didesak sesal karena lalai nyelamatin dunianya. Bunda..... Tolong kasih tau nana sekarang harus gimana lagi. Nana masuk ikatan yang paling nana benci bun" Adu jaemin

Di kepala jaemin berputar berbagai ingatan kejadian dirinya setelah kepergian sang bunda

"Gara-gara kamu istri saya meninggal!"

Plak!

"Anak sialan! Seharusnya kamu yang mati bukan istri saya!"

Bugh

"Kamu gak pantas ada di dunia ini lagi"

"Kita nggak sedekat itu untuk jadi saudara na jaemin. Gue nggak sudi punya adik pembunuh kayak lo"

Bukan hanya kehilangan bundanya, jaemin juga kehilangan keluarganya. Satu-satunya tempat yang seharusnya jadi pengaduan

"Bun..... Kalau nanti nana kehilangan batasan, nana boleh ketemu bunda? "

"Jemput nana bunda, jemput nana " Pinta jaemin

Itu bukan izin tapi keinginan yang selalu berputar di kepala jaemin

Jaemin merebahkan dirinya di samping makam bundanya, memiringkan dirinya untuk menghadap nisan yang selalu membuatnya enggan untuk beranjak

"Nana tidur ya bun, nanti bangunin nana" Izin jaemin

Jaemin memejamkan matanya, benar-benar bersiap untuk tidur. Tanyakan pada jaemin mana tempat paling nyaman untuknya maka jaemin tidak akan segan, disini tempat ternyaman untuknya

Beralaskan rumput hijau melapisi tanah, ditemani raga yang terkubur di balik sana. Bukan kasur ataupun selimut yang dia butuh, tapi disini, dimana bundanya berada walau tak lagi bisa dilihat

Jaemin tertidur, dengan tangan yang memeluk gundukan tanah penuh rindu dan hangat

Matahari bahkan enggan menampakkan dirinya di balik awan mendung di atas sana. Tapi hujan pun tidak ingin jatuh, dia memeluk tubuh ringkih yang kesepian itu

I'm Yours  |• NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang