🌬Empat belas☁

1.9K 163 20
                                    

Udara malam ini terasa sejuk, helaian gorden yang melayang diterpa angin menambah kesunyian.
Hanya terdengar suara denting jam dinding, namun dua anak adam diruangan itu masih tetap tak bergeming.

Peat hanya menatap kosong pada selimut putih yang menutupi separuh tubuhnya.

Sedangkan fort, sejak tadi tak pernah sedikitpun pandangannya beralih dari peat.

Entahlah, apa yang masing masing mereka fikirkan.

"Tuan/peat...."

Keduanya berucap bersamaan dan seketika juga pandangan bertemu. Rasa gugup lalu menjalar dihati peat, lidah terasa keluh kala irisnya melihat onyx terang yang terasa menusuk.

"Tuan duluan" peat menundukkan pandangannya kembali.

"Baiklah , aku akan bicara terlebih dahulu..."
Tanpa peat sadari jemarinya meremas dengan acak selimut putih , menahan rasa gugup.

"Aku akan jujur padamu sekarang peat , aku menyukaimu..."

Peat dengan cepat mengangkat pandangannya, matanya membulat lucu , terkejut dengan penuturan yang baru saja masuk ke rungu.

"Oh maaf kan aku , aku sebenarnya tidak menyukaimu..."

Peat menghela nafasnya , merasa lega bahwa majikannya tidak benar menyukainya.

"Tapi aku mencintaimu..." Lanjut fort.
Mata dengan iris coklat itu kembali membesar , kali ini diikuti dengan mulutnya yang juga terbuka.

"T-tuan jangan bercanda..hehehe.." ucap peat sedikit terkekeh.

"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda ..." Tegas fort.
Peat kembali mematung , peat sadar bahwa manusia yang ada dihadapannya ini tidak sedang bercanda.
Dari sorot tajam matanya , dan perkataannya yang mengucapkan kalimat dengan tegas. Dengan susah payah peat menelan salivanya.

Peat tak mengerti apa yang dilihat dari majikannya ini pada dirinya. Peat hanya seorang biasa , tak punya apa apa , lagipula peat seorang laki laki.
Ya , walaupun fort tertarik pada laki laki , mengapa harus dirinya? Yang notabennya hanya mantan pengasuh.
Masih banyak diluaran sana yang lebih dari peat.

"Aku mengerti kau masih bingung , lupakan dulu soal pernyataan ku yang tadi...

... Sekarang aku akan menjelaskan semuanya padamu peat , tolong dengarkan aku , dan aku harap setelah kau mendengar semuanya kau tidak akan meninggalkan ku" tatapan mata fort seakan bisa menghipnotis siapa pun yang menatapnya. Onyx kelam yang begitu indah namun terpancar sorot ketegasan , hingga siapapun seakan hanya bisa menurut.

"Aku minta maaf , aku benar benar minta maaf , aku menyesal karena telah berbohong padamu sejak awal , aku memang amnesia setelah kecelakaan , tapi tepat sehari sebelum kau datang untuk melamar bekerja waktu itu , aku sudah sembuh dan sadar sepenuhnya. Aku ingin memberitahu papa , tapi waktu itu aku melihat kau sedang berbicara dengannya tentang pekerjaan , dan terbesit dibenakku untuk mengerjai mu.
Tanpa memberitahu siapapun bahwa aku sebenarnya sudah sadar. Untuk melancarkan rencana ,

.... Kau mau tau mengapa aku melakukan itu?"
Peat yang sejak tadi hanya diam mendengarkan dengan seksama mengangguk.

"Karena kau mirip dengan mantan kekasihku yang sudah teganya mengkhianatiku"

"A-apa? Mantan kekasih?!"

"Ya mantan kekasih , dia mirip sekali denganmu , dan awalnya kupikir kau adalah dia , yang dengan sengaja kembali untuk memanfaatkan ku , dan aku akan mengikuti permainannya. Aku sengaja bertingkah lebih konyol untuk membuatmu tidak betah dan memutuskan berhenti. Namun siapa sangka , kau bertahan hingga sejauh itu , dan aku juga menyadari bahwa kau bukan lah dia peat , kau begitu tulus dan lembut , sangat berbeda dengan dia."
Fort dengan pelan meraih tangan peat yang bebas dari selang infus untuk ia genggam.

"Kau begitu sabar menghadapi pria dewasa seperti ku yang bertingkah seperti anak kecil , ya walaupun aku tahu itu adalah pekerjaanmu dan kau dibayar untuk itu , tapi aku yakin , jika itu orang lain , cukup satu hari saja mereka akan resign , namun tidak dengan kau peat , dan entah juga sejak kapan , aku mulai jatuh cinta padamu."

Kata kata terakhir yang diucapkan fort , seketika mampu membuat wajah peat memerah hingga telinganya.
Kulit putih pucatnya tak bisa menyembunyikan semburat merah dipipinya. Peat menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah.

"Peat..."
Panggil fort dengan lembut. Dengan perlahan mengangkat dagu peat untuk melihat wajah yang sedang malu itu , terlihat sangat lucu

"Apa kau mau memaafkan ku?" Ucap fort. Peat mengangguk pelan. Senyum terpatri diwajah tampan fort.

"Lalu , bagaimana dengan pernyataan cintaku tadi?"

"Em , tuan , bisa kah tuan kembali besok lagi , aku merasa mengantuk..."
Ucap peat , mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Fort tak bisa tidak tertawa melihat tingkah manusia yang ada dihadapan nya ini. Tapi fort tak kan memaksa peat , fort paham semua terlalu tiba tiba untuk peat.

"Baiklah , kau boleh istirahat , tapi aku akan tetap disini menemani mu!"

...

"Tak ada penolakan peat , aku akan disini titik!."

Peat yang baru saja akan menolak permintaan fort seketika ciut , saat fort mempertegas kalimatnya. Mau tidak mau peat hanya bisa menurut.

"Sekarang berbaring lah ,, aku akan disini , jika butuh apa apa bilang padaku" peat mengangguk. Dibaringkannya dengan perlahan tubuh peat lalu menaikan selimut hingga menutupi dada peat , membelai dengan lembut Surai kelam nan lembut peat tak lupa memberi kecupan hangat didahi peat.
Seketika wajah peat yang sudah pudar rona nya malah bertambah , jantung jangan ditanya lagi seperti apa , yang pasti sudah tak karuan.

"Selamat tidur baby..." Ucap fort dengan deep voicenya. Peat seketika langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut , karena tak sanggup lagi menahan malu , wajahnya sudah panas , mungkin sudah seperti tomat busuk.

"Astaga ya tuhannnn , apa yang sedang tuan muda lakukannn?? " Gumam peat dalam selimut.
Peat memegang dadanya yang terasa berdenyut akibat detakan jantungnya yang cukup keras.

"Apa aku juga sudah menyukai tuan muda??"

"Tidak , tidak boleh , tuan muda lebih pantas mendapatkan yang lebih baik dari ku, aku tidak pantas bersama tuan muda".

Tanpa peat sadari , fort masih bisa mendengar gumaman ya dari balik selimut.
Sedikit kecewa , karena peat merendah kan dirinya sendiri dan merasa tidak pantas bersamanya.

Tapi fort akan berusaha agar peat percaya padanya dan membuat peat tidak merasa rendah saat bersamanya.
Jangan panggil dirinya fort jika tak bisa memiliki apa yang dia inginkan.

•••

Ditempat lain...
📞
X : aku melihatnya...!

S : benarkah , dimana...?

X : dirumah sakit , aku tak tahu siapa yang sakit , tapi sepertinya itu orang yang penting.

S : bagaimana kau tahu itu adalah orang penting untuknya?

X : ya , dilihat dari raut wajahnya saat dia masuk dan keluar dari ruangan VVIP , terlihat sangat khawatir , aku tidak tahu siapa itu?

S : baiklah , tetap awasi dan laporkan semuanya padaku !

X : boleh saja , asal kau tak melupakan bayaranku !

S : aku tahu , sialan!!

Panggilan diputus sepihak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Annyeong yeorobun....
Sawad Dee kha tu Khun...
Aku kembali 😁😁

Selamat menunaikan ibadah puasa ya wakk , bagi wawak yang menjalankan 😊

Bisa tebak siapa yang teplonan diatas , kira kira apa yang sedang mereka rencanakan??

Uuuu , maaf yak , ceritanya aku bikin konflik dikit , hehehe...
Biar seruuu , gak berantem gak asik 😆😆

Paansih garing bet gue 🙄

Yodah , semoga suka ma ceritanya ya wak , maaf Keun untuk typo yang bertebaran.
See u next chap wakk , byebye 😘

Salam bucinfort_
_babyfeat🖤
  

Baby'or'Daddy? [FortPeat] ( Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang