🌬️Delapan belas☁️

1K 63 3
                                    

Peat menghela nafas lega , akhirnya dia bisa lepas untuk sementara dari pelukan kekasihnya fort yang membuat dia merasa sedikit sesak.
Doanya meminta bantuan seseorang rupanya terkabul dengan kedatangan sekretaris fort yang mengabarkan bahwa ada seseorang yang datang untuk interview.
Merasa sedikit aneh , kok interview ke ceo-nya langsung?
Tapi mungkin itu bagian dari aturan perusahaan disini , namun peat juga ikut bingung saat fort mengatakan hal yang dia fikirkan sebelumnya. Lalu orang yang akan interview tadi masuk , dan ternyata dia seorang pria dengan postur tubuh yang tak beda jauh darinya.

Fort yang merasa kesal karna kegiatannya bersama peat terganggu akhirnya dengan bujukan dari peat fort setuju untuk mewawancarai pria tadi.

"Jadi bagaimana tuan...?" Tanya pria tadi setelah menjelaskan maksud dan tujuan dia datang kemari.

"Boleh saya tahu identitas mu , singkat saja" ucap fort. Peat merasa kagum melihat sikap fort yang serius dalam bekerja , terlihat beda sekali saat fort sedang bersamanya apalagi jika sedang manja.

"Nama saya rain , saya berusia 25 tahun dan saya lajang" ucap nya. Mendengar itu peat mengernyitkan dahi , kenapa harus di jelaskan bahwa dia lajang? Apakah ini tempat pencari jodoh? Pikir peat. Namun itu hanyalah fikirannya sendiri yang setelah nya ia tenggelamkan.

"Baiklah , silahkan kembali dan tunggu kabar selanjutnya" ucap fort. Dan mendengar itu peat kembali mengernyitkan dahinya , merasa aneh dengan yang diucapkan fort. Masa hanya segitu aja interviewnya? Gak nanya yang lainya apa? Fikir peat , namun kali ini dia tidak mengabaikan begitu saja pemikirannya itu , ia akan menanyakannya nanti pada fort. Sebab baru kali ini dia mendengar interview yang seperti itu.

Tanpa merasa aneh juga , pria tadi yang diketahui bernama rain langsung berdiri dan pamit. Namun saat dia berbalik dan bertemu tatap dengan peat , entah mengapa peat merasakan hal aneh , peat merasa tatapannya yang tak bersahabat pada peat , membuat peat merasa sedikit risau.
Juga saat sebelum dia keluar dan berada diambang pintu , rain kembali menoleh kearah fort lalu berganti melihat peat seakan mengisyaratkan sesuatu , tapi peat tak tahu apa maksudnya. hingga akhirnya dia menghilang dibalik pintu.

"Haah , aneh , baru kali ini ada karyawan yang aku sendiri harus menginterview ya , lagipula HRD nya kemana? Mengapa harus saya!!" Omel fort sambil berjalan mendekat kembali pada peat.

"Sudahlah phi , mungkin HRDnya sedang ada kerjaan , jadi dia tidak sempat" ucap peat mencoba menenangkan.

"Tapi kenapa harus aku , kan masih ada atasan lainnya , buat apa mereka digaji kalau masih CEO juga yang melakukan tugas mereka" fort masih meluapkan emosinya. Peat hanya diam mendengar keluh kesahnya , jika dia dibantah akan semakin panjang , jadi peat membiarkan dan mendengarkan saja hingga fort merasa tenang dengan sendirinya.

"Huuhhh... Aku lapar sayang , kita makan yuk" ucap fort akhirnya setelah sekian detik mulutnya berkhotbah. Peat mengangguk setuju , karna kebetulan peat juga merasa sedikit lapar.

Mereka berdua pun bersiap untu pergi mencari makan.

•••

Malam ini fort sedang bermanja dengan peat di tempat tidur.
Dia yang sedang tiduran di atas paha peat sambil memeluk guling , dengan tangan peat yang sejak tadi mengusap dengan lembut rambutnya , iya fort yang minta untuk di elus kepalanya. Emang dasar manja anaknya...

(Apa Thor ? Kau iri padaku yang bisa bermanja dengan kekasihku? Makanya Thor jangan jomblo , wkwkwk)

(Dasar bayi gede 😑)

Namun , fort merasa raut wajah peat berbeda , dari pantulan cermin lemari peat terlihat sedang melamun tapi pandangannya mengarah pada fort dengan tatapan kosong.
Fort berbalik menghadap kearah perut peat , lalu mendongak menatap wajah peat. Akibat gerakan fort , peat tersadar dari lamunannya.

Baby'or'Daddy? [FortPeat] ( Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang