Rasyid menyerahkan daftar nama tamu yang akan diundang pada pesta pernikahan Ziva dan Raja kepada Faris. Faris kini tampak sedang memeriksa daftar nama tersebut, lalu mengeliminasi atau menambahkan beberapa nama yang belum ada.
"Martin harus dikasih undangan terpisah sekarang, Ras. Dia sudah menikah dan juga tidak lagi tinggal serumah dengan Pak Janus," ujar Faris."Oke, Om. Akan aku tambahkan nama Martin Wilaga ke dalam daftar di laptop," tanggap Rasyid, seraya fokus menatap ke arah laptop miliknya.
"Anaknya Pak Ramzi juga kasih undangan sendiri, Yah. Romi dan Jodi Janitra," tambah Mila, yang masih memasak di dapur bersama Tari.
"Oke, Bu. Rasyid sudah menambahkan," sahut Faris.
Hani masuk ke dalam rumah setelah selesai menelepon. Hasil pembicaraannya dengan pihak jasa katering akan dilaporkan kepada Mila. Mila kini melihat daftar makanan yang sudah dicatat oleh Hani dan tampak mulai memilih-milih. Ia berjalan ke depan sambil diikuti oleh Batagor yang sejak tadi selalu minta bermain-main pada semua orang.
"Batagor, jangan gangguin Tante Mila dong," tegur Rasyid.
"Meow," sahut Batagor.
"Biarkan saja, Ras. Batagor cuma keliling-keliling di kaki Tante kok dari tadi," ujar Mila, yang kemudian langsung menggendong Batagor.
"Batagor ... lagi kurang kerjaan, ya? Sini bantuin aku milih dekorasi," panggil Mika dari arah teras tanpa tahu kalau Batagor sudah digendong oleh Mila.
Mila pun tertawa kompak bersama Faris saat mendengar panggilan Mika kepada Batagor. Rasyid dan Hani justru langsung naik darah saat mendengar apa yang Mika katakan.
"Mik, pilih saja dekorasinya dengan benar. Kalau sampai pilihan dekorasimu tidak cocok dengan suasana di gedung tempat pernikahan Ziva dan Raja nanti, kamu akan aku simpan di kandangnya Batagor selama seminggu," ancam Hani.
"Batagor enggak punya kandang, Hani. Dia itu satu-satunya makhluk Tuhan yang paling bebas hidupnya. Mau tidur di permadani, boleh. Mau tidur di sofa, boleh. Mau tidur sama Rasyid dan Tari juga boleh," sahut Mika, yang tahu betul kalau Batagor sudah seperti pemilik rumah jika berada di rumah Rasyid dan Tari.
"Berharap saja Ziva dan Raja enggak akan memelihara hewan seperti aku, Mik. Kalau sampai mereka juga memelihara hewan seperti aku dan Tari, maka kamu akan jadi anak tiri jika datang ke rumah mereka," ujar Rasyid, sambil menahan tawa.
"Menurutmu Ziva dan Raja akan memelihara hewan seperti kamu dan Tari, Ras? Kira-kira mereka akan pelihara hewan apa jika memang akan memelihara hewan?" tanya Mila.
"Tweety, Tante Mila. Ziva pasti maunya pelihara burung yang jenisnya seperti tweety," jawab Hani.
Rasyid segera berlari keluar rumah agar bisa tertawa bersama Mika sampai puas. Jawaban Hani jelas membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Pasalnya itu adalah satu-satunya cita-cita Ziva yang belum kesampaian sampai sekarang, yaitu memelihara seekor burung yang mirip dengan tweety salah satu tokoh dalam serial kartun Looney Tones.
"Enggak kebayang gimana stressnya Raja kalau sampai Ziva minta dicariin hewan peliharaan yang mirip tweety. Raja bisa stress tujuh turunan kalau kaya begitu," ungkap Mika.
"Raja bisa tua mendadak kalau sampai itu terjadi, Mik," tambah Rasyid.
Tari keluar dari dapur saat mendengar suara tawa Rasyid dan Mika yang sangat keras. Mila, Faris, dan Hani pun tampaknya sedang menertawakan sesuatu saat ia tiba di ruang tamu.
"Ada apa, Han? Kok semuanya mendadak tertawa?" tanya Tari, bingung.
"Tante Mila nanya sama Rasyid. Kalau Ziva dan Raja mau pelihara hewan, hewan apa kira-kira yang akan mereka pelihara. Aku langsung menjawab tweety, Tar, dan Suamimu sama Mika malah kompak ketawa di luar rumah," jawab Hani.
"Ya iyalah, mereka pasti ketawa karena jawaban kamu. Kamu tahu sendiri kalau Ziva memang pengen banget punya hewan peliharaan yang mirip tweety, tapi enggak pernah kesampaian," sahut Tari.
Batagor langsung turun dari gendongan Mila dan berlari menuju ke arah Tari. Tari kini gantian menggendongnya, tepat saat ponsel milik Tari berbunyi. Tari segera membuka ponselnya dan membuka satu pesan yang masuk.
"Ini, Nak. Tante pilih makanannya yang ada di baris pertama. Terus dessertnya yang ada di daftar paling terakhir. Pokoknya semua serba cokelat kalau untuk dessert," ujar Mila.
"Oke, Tante. Kalau begitu aku akan hubungi lagi jasa kateringnya sekaligus atur jadwal," tanggap Hani.
"Kalau sudah selesai langsung ajak Mika dan Rasyid kumpul, ya, Han. Kita dapat kasus baru. Tampaknya agak urgent dan harus kita tangani segera," pinta Tari.
"Urgent? Di luar kota?" tanya Hani.
"Enggak. Kali ini tempatnya dekat kok dari sini. Aku siapin semua keterangannya dulu, ya. Kamu kasih tahu Mika dan Rasyid."
"Oke."
Mendengar kalau anak-anak akan menangani kasus baru, jelas membuat Faris sedikit khawatir dengan perencanaan pernikahan Ziva dan Raja. Ziva dan Raja mungkin tidak akan bisa fokus untuk memikirkan acara pernikahan tersebut, karena harus memikirkan pekerjaan mereka.
"Sabar saja, Yah. Toh kali ini kasus yang mereka dapatkan tidak menuntut harus pergi keluar kota. Tari bilang lokasinya dekat kok dari sini," ujar Mila, berusaha menenangkan Faris.
"Ya kalau begitu sebaiknya kita meminta tolong pada Sekretaris Ayah di kantor. Agar Ziva dan Raja juga bisa fokus pada pekerjaannya meski menjelang hari pernikahan mereka," Faris mengutarakan pendapatnya.
"Boleh. Semakin banyak yang ikut membantu jelas akan semakin bagus untuk kita. Pokoknya atur saja sebisa yang Ayah mampu, nanti sisanya biar Ibu yang usahakan."
Mika, Rasyid, dan Hani kini masuk kembali ke rumah itu untuk segera menerima informasi dari Tari mengenai kasus yang mereka dapatkan. Tari sudah merangkum dengan cepat informasi yang tertera pada pesan di ponselnya, lalu menyisipkan semua rangkuman itu ke dalam berkas yang berbeda-beda.
"Lokasinya dekat?" tanya Rasyid.
"Iya, alhamdulillah lokasinya dekat. Pak Faisal kembali meminta kita untuk datang ke lokasi tempat terjadinya hal aneh. Kali ini katanya ada sembilan belas orang sekaligus yang mendadak sakit di dalam sebuah kantor. Dan sudah ada yang tewas sebanyak empat orang karena berusaha keluar dari kantor tersebut alias meminta pulang," jawab Tari.
"Pak Faisal yang Kapolsek Tanjung Duren, 'kan?" tanya Mika.
"Iya, Pak Faisal yang itu. Ini sudah keenam kalinya dia meminta bantuan kita. Entah bagaimana pikiran penduduk dari luar area kawasan Tanjung Duren itu. Bisa-bisanya mereka sering sekali bersekutu dengan Iblis untuk menyakiti orang-orang. Sudah jelas kali ini sama saja dengan yang sebelum-sebelumnya. Pasti orang yang bukan penduduk Tanjung Duren yang menjadi pelakunya," Tari tampak muak dengan hal yang sudah mereka hadapi berulang-ulang.
"Ya sudah, sebaiknya kita hadapi saja. Aku akan kabari Raja dan Ziva agar kalau mereka sampai di sini, kita bisa segera langsung berangkat ke lokasi," ujar Hani, berusaha menenangkan perasaan Tari.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH BELING
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 3 Raja benar-benar melamar Ziva di hadapan kedua orangtuanya dan menyatakan keseriusannya ingin menikah. Hal itu tentu saja menjadi hal paling membahagiakan bagi semua orang, termasuk seluruh anggota tim tempat R...