Rasyid, Tari, Mika, dan Hani telah selesai melakukan ruqyah terakhir terhadap para korban. Kini keadaan korban yang terkena teluh beling telah benar-benar membaik. Semua hal yang berkaitan dengan peristiwa hari itu sudah berakhir. Para karyawan dan karyawati yang tadi ditahan agar tidak keluar dan tidak pulang, kini sudah diperbolehkan pulang. Raja dan Ziva kembali tiba di kantor milik Rian tak lama kemudian, tepat saat para petugas medis dari kepolisian sudah selesai membereskan semua peralatan medis yang tadi digunakan.
Rasyid dan Mika tengah berbicara dengan Rian, sementara Tari dan Hani sedang membereskan semua barang yang tadi mereka gunakan untuk bekerja."Terima kasih banyak atas bantuannya. Aku sangat menghargai bantuan yang kalian berikan hari ini," ucap Rian.
"Sama-sama, Pak Rian. Kami dimintai tolong oleh Pak Faisal, jadi sudah jelas kami harus memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada anda," balas Rasyid, seraya berjabat tangan dengan Rian.
Rian pun kini menatap ke arah Raja dan Ziva saat menyadari kalau keduanya telah tiba kembali di kantor tersebut.
"Uhm ... sebaiknya kalian berdua segera pulang lebih awal daripada yang lainnya. Aku tadi sengaja meminta Pak Faisal untuk pergi sementara waktu dengan alasan memintanya membantu membeli makanan untuk semua karyawan dan karyawati di kantor ini. Hani terus saja gelisah saat melihat Pak Faisal menatap marah ke arah kalian berdua, jadi sebaiknya sekarang kalian segera pulang sebelum Pak Faisal tiba kembali di sini," saran Rian, tidak berusaha menyembunyikan apa pun.
Raja dan Ziva pun saling menatap selama beberapa saat, kemudian menatap ke arah Hani yang masih sibuk bersama Tari.
"Wah, tampaknya kami berdua nanti akan mulai banyak bertanya kepada Hani soal kerja samanya yang terselubung bersama anda, Pak Rian," ujar Raja, yang merasa mencurigai sesuatu.
"Jangan hanya tanya pada Hani, kalian juga boleh bertanya padaku. Oh ya ... panggil Rian saja, tidak usah ada tambahan 'Pak'. Usiaku tidak jauh berbeda dengan kalian," pinta Rian.
"Usia kami rata-rata masih dua puluh lima tahun. Hanya Rasyid dan Raja yang berusia dua puluh enam tahun," sahut Mika.
Rian pun tersenyum kembali seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Berarti aku yang lebih tua dari kalian semua. Usiaku saat ini dua puluh tujuh."
"Ah ... jangan terlalu dipikirkan. Usiamu tidak terlalu jauh dari usia Hani, kok," ujar Mika, dengan sengaja.
Hal itu membuat wajah Rian memerah seketika, sementara Rasyid, Raja, dan Ziva kini berupaya menahan tawa mereka agar tidak meledak.
"Hm ... ternyata ada yang berkembang dengan cepat tanpa kita sadari, Ja," bisik Ziva.
"Iya, aku juga sudah curiga dari tadi," balas Raja, ikut berbisik.
"Sudah ... apa pun yang terjadi ke depannya nanti, mari kita tidak perlu bertingkah seperti anak remaja. Kita sudah sama-sama dewasa dan sudah tahu bagaimana sebaiknya menyikapi suatu perkara," ujar Rasyid, menengahi seperti biasanya.
"Singkatnya ... kami merestui jika akan ada perkembangan," celetuk Mika sekali lagi, sambil menepuk-nepuk bahu Rian dengan tegas.
Raja dan Ziva kemudian benar-benar memutuskan pulang lebih awal sesuai saran dari Rian. Kerja sama antara Rian dan Hani untuk menjauhkan Faisal dari mereka berdua jelas tidak boleh disia-siakan begitu saja. Terutama Ziva, yang jelas tidak ingin Hani merasa usahanya sia-sia. Mereka memilih naik taksi, daripada harus memakai mobil milik Rasyid. Karena mereka berdua tidak mau Rasyid harus kerepotan saat pulang bersama Tari, Mika, dan juga Hani.
"Menurut kamu, apakah Pak Faisal nanti tidak akan marah jika tahu kalau Ziva dan Raja sudah pulang duluan? Apakah ada alasan yang bisa kita berikan?" tanya Tari, kepada Hani.
"Bilang saja kalau Ziva dan Raja ditelepon oleh orangtua mereka masing-masing karena akan menjalani pingitan. Mereka 'kan mau menikah, sudah wajarlah kalau disuruh pulang cepat oleh orangtua," jawab Hani.
"Wah ... tampaknya kamu sudah memikirkan hal itu lebih awal sebelum ada yang sempat memikirkannya, ya? Dapat ide dari mana? Dari calonmu, ya?" tebak Mika, seraya tersenyum jahil.
Hani pun langsung memasang wajah sebal ke arah Mika.
"Mik ... jangan bikin aku malu di depan umum, deh. Jangan sampai orang yang kamu maksud mendengar ucapanmu, terus dia jadi salah paham dan mengira aku ini perempuan gampangan," desis Hani, mengungkapkan rasa takutnya dengan jujur.
"Loh? Kok kamu jadi bawa-bawa hal tidak masuk akal begitu sih, Han? Mika, aku, Tari, dan bahkan Raja serta Ziva itu tahu betul kalau Rian ada rasa sama kamu. Dia tampaknya tidak main-main dengan perasaannya, sehingga kami mendukung jika dia mau mendekat padamu. Kamunya yang jangan salah paham. Kamu harus bisa menilai dengan benar kali ini, karena Rian berbeda dengan laki-laki lain yang pernah mendekati kamu," jelas Rasyid, dengan suara yang pelan.
Hani pun menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Itu karena dia belum tahu asal-usulku saja, Ras. Kalau dia sudah tahu, pasti dia akan pergi seperti laki-laki lain yang pernah mendekati aku," tanggap Hani, dengan suara yang sama pelannya. "Maka dari itu aku enggak mau Mika ngomong sembarangan. Aku enggak mau dianggap terlalu percaya diri atau terlalu gampangan."
Mika dan Rasyid pun saling menatap satu sama lain, lalu saling mengangkat bahu masing-masing setelah mendengar keinginan Hani. Tari hanya bisa merangkul Hani seperti biasanya, tanpa mengatakan apa-apa. Ia jelas tahu kalau Hani mungkin masih merasa takut jika sampai terlanjur membuka hati, namun akhirnya harus merasakan yang namanya ditinggalkan. Seumur hidup, Hani jelas sudah tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Jadi Hani jelas tidak mau mengulang hal itu di dalam hidupnya.
Faisal benar-benar muncul kembali di kantor itu seperti yang sudah diduga oleh semua orang. Faisal tampak bingung karena keadaan kantor itu sudah sepi, bahkan mobil yang dipakai oleh anggota timnya serta tim medis yang ia datangkan juga sudah tidak ada di halaman parkir kantor tersebut. Rian mendekat pada Faisal yang kini sedang menyimpan beberapa kantong makanan untuk karyawan.
"Kenapa keadaan sangat sepi seperti ini? Ke mana semua karyawan dan karyawati yang tadi ditahan agar tidak pulang dulu?" tanya Faisal.
"Mereka semua sudah kami pulangkan, Pak Faisal. Setelah pekerjaan kami selesai setengah jam yang lalu, kami semua memutuskan untuk memulangkan mereka agar bisa beristirahat setelah melewati hari yang mencekam," jawab Tari, mewakili yang lainnya.
"Loh? Lalu semua makanan yang dibeli oleh Pak Rian ini, bagaimana?"
"Tenang saja, Pak Faisal. Aku sudah menelepon salah satu panti asuhan yang berada di dekat sini. Nanti aku akan ke sana untuk membagikan semua makanan itu. Maaf apabila aku merepotkan. Tapi aku benar-benar tidak tahu kalau pekerjaan tim ini akan selesai dengan cepat dan tersangka bisa diamankan oleh semua anggota Pak Faisal yang bertugas," jelas Rian.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH BELING
Horor[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 3 Raja benar-benar melamar Ziva di hadapan kedua orangtuanya dan menyatakan keseriusannya ingin menikah. Hal itu tentu saja menjadi hal paling membahagiakan bagi semua orang, termasuk seluruh anggota tim tempat R...