chapter 一

905 62 24
                                    

HAPPY READING

01






"Felix! Keluar kau!"

Pemuda berpakaian kusut itu menutup telinganya. Tidak lagi untuk malam ini, tubuhnya sudah penuh dengan luka lebam, Felix rasa ia tidak akan sanggup lagi. Rasanya ia mau mati saja jika tidak ada barang seharipun ia libur dari pukulan-pukulan pamannya.

"Kalau kau tidak keluar! Aku akan mencari senapan kemudian menembakmu dari luar! Kau dengar itu Felix!" Tidak perih kah pita suara paman Hajoon jika setiap hari berteriak sekencang itu.

Felix mendengar grasak-grusuk di luar kamarnya, matilah ia jika pamannya benar-benar menemukan sebuah senapan.

Ia berdiri dan berjalan terseok-seok menuju pintu kamarnya, oh Tuhan bahkan kakinya yang patah kemarin belum sembuh.

"Aku keluar!" Teriaknya langsung terduduk. Ia tidak kuat menahan tubuhnya untuk berdiri lebih lama lagi.

"Dasar jalang!" Sebuah gelas kopi melayang ke pelipis Felix.

Tidak bisa dipungkiri jika ia dapat mencium bau besi ketika darah yang kini mengalir deras di wajahnya.

"Kau pikir kau berhak untuk lepas dariku! Hah!" Bukannya kasian kini paman Hajoon menarik narik badan lemah pemuda itu.

"Kalau kau ingin bebas maka bayar dulu utang ayahmu padaku! Pria brengsek itu menjual namaku dan membuatku sengsara seumur hidup!"

Sudah ribuan kali ia mendengar cerita paman Hajoon tentang buruknya perlakuan ayahnya. Ia tidak terkejut mendengar orang-orang mencibir ayahnya yang gila judi kemudian mati di tangan para gangster.

Cukup sudah jika hanya pria itu mati dan meninggalkan utang-utangnya tapi semua tidak semudah itu, Felix terlalu kecil saat pamannya mengambil hak asuh dirinya dan menjadikannya sebuah pelampiasan amarah.

"Kalau saja wajah dan tubuhmu begitu menarik, aku pasti menjualmu!" Teriak pamannya.

Bulunya bergidik, ia merinding mendengar ucapan kotor pamannya. Seburuk apapun ia diperlakukan, Felix tidak akan pernah membiarkan dirinya dijual.

Hawa rumah kumuh itu terasa dingin menusuk, ia melihat pamannya menatap liar ke arah tubuhnya. Senyum pria itu amat sangat ia benci.

"Mungkin ada beberapa orang yang mau membeli pemuda sepertimu."

Tamatlah sudah.



©hmnhynjn



"Dad, orang-orang melihat ke arah kita." Seorang anak berusia enam tahun sedikit berbisik di sebelah pria yang ikut berjalan lurus dengan payung di tangannya.

Ia menatap mata hitam pekat ayahnya meminta penjelasan.

"Abaikan saja." Ujar pria itu yang diberikan anggukan oleh bocah di sisinya.

Yujin, meskipun tubuh dan usianya sangat kecil tapi orang tidak boleh menyepelekan tingkat pemikiran bocah itu, dibesarkan dengan tiga bahasa dan juga pendidikan keras dan mandiri membuatnya dewasa terlalu cepat bahkan ketika diajak bicara maka orang akan tahu jika bocah itu bak orang dewasa.

Cherry Blossoms after WinterWhere stories live. Discover now