chapter 十一

414 64 37
                                    

HAPPY READING

11






Untuk pertama kalinya Felix menangis sejadi-jadinya, bukan untuk dirinya tapi untuk orang lain. Felix jarang menangis, menangisi kesedihan orang lain karena ia rasa hidupnya adalah beban terberat yang pernah ia rasa. Tapi Hyunjin bukan orang lain.

Pria itu suaminya.

Meski berpura-pura, tapi pria itu adalah bagian dari dirinya sekarang. Ayah dari anaknya. Orang terbaik nomor dua setelah ibunya yang melahirkannya di dunia ini.

Pria itu sedang terkapar tidak berdaya di ruangan yang tertutup rapat di depannya.

Yujin juga tidak jauh berbeda. Anak itu tidak melepaskan pelukan darinya. Masih mereka yang ada disini itupun karena di hubungi seseorang yang menemukan Hyunjin di pinggir jalan yang sepi. Karena nomornya ada di panggilan terakhirnya.

Ibu mertuanya sudah dihubungi baru saja setelah ia merasa tenang. Tapi dirinya masih gundah. Ia memeluk erat Yujin yang belum berhenti menangis.

Terbayang dibenaknya jika Hyunjin tidak selamat, Felix kalang kabut. Ia tidak bisa bertahan tanpa Hyunjin. Pria itu adalah penyokongnya. Sandarannya. Ketika dia pergi bagaimana caranya Felix berdiri tegak.

Belum lagi anak mereka yang masih ia kandung. Tidak mungkin ia lahirkan tanpa ayah. Bukankah sama saja ia akan mengulang sejarah nya pada bayi itu.

Serentetan pemikiran negatif memenuhi kepala Felix hingga ia disadarkan sosok dokter yang baru keluar dari ruang gawat darurat itu.

Ia melepas Yujin berdiri mendekat. "Bagaimana?" Ia tak sabar.

Dokter itu tersenyum. "Semuanya baik-baik saja."

.....

Felix belum berani melihat Hyunjin secara langsung, ia memilih menyibukkan diri mengurusi keperluan pria itu selama menginap. Ia hanya masuk ketika pria itu tertidur dan keluar ketika Hyunjin berbicara. Ibu Hyunjin yang terlihat masih terpukul melihat kondisi anaknya tidak begitu memusingkan Felix. Ia masih syok.

"Tidak masuk lagi?" Yujin bertanya ketika mendengar suara ayahnya dari dalam sedang berbicara dengan neneknya.

Ia memang hanya mendapati Felix masuk ketika ayahnya itu tertidur.

"Masuklah terlebih dahulu." Felix menawarkan hendak pergi tapi Yujin menarik tangannya cepat kemudian membuka pintu kamar itu lebar.

Otomatis semuanya melihat ke arah mereka.

Hyunjin juga, ia menatap langsung dan Felix menunduk. Melihat adegan itu ibunya Yujin memilih mundur sebentar menarik Yujin bersamanya menutup pintu untuk dua orang itu.

"Sudah tidak sibuk lagi?" Hyunjin bertanya masih betah melihat Felix yang tak mampu mengangkat kepala.

"Ya." Jawabnya takut-takut.

"Kenapa? Ada yang salah?" Pria itu bertanya.

Felix mengangkat kepalanya. "Tidak." Ia merasa bersalah.

"Aku tidak melihatmu dua hari ini." Akunya. Ia baru sadar memang.

Felix semakin menunduk.

"Kemari lah." Panggil Hyunjin dan pemuda itu berjalan mendekat.

Pria itu menariknya hingga jarak mereka begitu dekat. Hyunjin menyentuh perutnya yang besar memasuki bulan ke tujuh.

"Apa dia baik-baik saja." Ia mengelus nya lembut.

Cherry Blossoms after WinterWhere stories live. Discover now