Update tiap hari nih, seneng ngga tuh. Mumpung lagi semangat hehe. Maksih buat kalian yang udah baca dan vote. Semoga cerita Inay dapat menghibur di waktu luang kalian ya.
Abi dkk sedang berkumpul di cafe tempat mereka dulu biasa berkumpul.
"Gini banget hidup gue, aja acara di potong uang jajan segala" curhat Rangga.
"Lagian Lo, Izar sama Aron juga ngga ngajak-ngajak gue mau balapan. Kena karma kan Lo" ucap Abi
"Ogah, takut di gantung gue sama pawang-pawang Lo" jawab Rangga
"Kalau gue mah aman soal uang saku, cuman gue dilarang kemana-kemana habis sekolah selama seminggu" ucap Izar
"Lah ini Lo keluar" tanya Abi
"Kan gue keluar sama Lo, udah pasti bolehlah hehehe"
"Trus Lo Ron"
"Gue ? Mereka sih slow-slow bae. Yang penting gue aman"
"Om Tian pesen makan juga jangan cuma minum"
"Tidak perlu tuan muda"
"Pesen atau om Tian pulang aja sana"
Tian akhirnya hanya bisa menurut. Ia memesan satu porsi nasi goreng.
Mereka biasa mengobrol dengan semangat tentang hal random. Mereka memang kadang ngga jelas. Tian dengan setia mendengarkan dan duduk di meja sebelah.
"Udah kenyang pulang yuk"
"Bi gue boleh nebeng Lo ngga ? Yang jemput gue ngga bisa dateng, kita kan searah"
Sewaktu datang ke cafe mereka semua naik mobil Abi dan mengabari sopir mereka untuk menjemput di cafe saat mereka akan pulang.
Setelah berpikir tidak apalah memberi tumpangan pikir Abi.
"Oke deh"
Akhirnya mereka berpisah dari cafe karena arah rumah Rangga dan Izar berbeda arah.
Di dalam mobil Abi mulai merasakan kantuk, ia menyenderkan kepalanya lalu menutup matanya. Aron hanya melihat temannya yang mulai tertidur di sampingnya. Aron memainkan handphonenya sembari menunggu. Tapi tidak ada yang menarik untuk di liat. Ia akhirnya hanya bisa melihat ke luar jendela dimana banyak pohon berjejer di kanan-kiri jalan.
Di tengah perjalan tiba-tiba mobil berhenti karna ada pohon tumbang yang melintang di tengah jalan.
Tian dan sopir melihat dengan waspada ke arah sekitar ia mengambil earphonenya yang sudah di modifikasi yang bisa langsung terhubung ke bodyguard lainnya yang berada dekat dengannya lalu memerintahkan bodyguard yang mengawasi mereka tidak jauh untuk mendekat dan menyingkirkan pohon tumbang itu. Sisanya untuk berjaga di sekitar mobil, tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga. Keselamatan tuan mudanya adalah prioritasnya.
Abi tidak terusik dan tetap menutup matanya.
"Om apakah akan memakan waktu lama"
"Tenang saja, sebentar lagi juga beres jadi tolong tetap diam di dalam mobil dengan tuan muda"
Aron hanya bisa patuh.
Saat memindahkan pohon mereka tiba-tiba di serang sekolompok pria yang berpakaian hitam sama seperti bodyguard.
Mereka yang sedang memindahkan pohon tidak siap langsung tertembak sedangkan yang lainnya langsung balik menyerang.
Suara baku tembak terdengar tapi tidak untuk di dalam mobil. Mobil yang di pakai Abi di desain anti peluru dan kedap suara.
Bodyguard di sekitar mobil juga satu persatu mulai tumbang.
Melihat kelompok penyerang yang semakin bertambah tidak membuat Tian gentar dan panik. Wajahnya tetap tenang dengan mengamati di sekitarnya.
Tian sudah menghubungi untuk memintah bantuan.
"Tuan Aron tolong tetap di dalam mobil dan jaga tuan muda Abi, saya akan keluar untuk membantu. Selama anda tidak keluar anda akan tetap aman karna mobil ini di desain tidak akan bisa di buka dari luar jika dikunci meskipun dengan apapun tidak akan terbuka. Jadi tolong tenang"
Ia tetap memerintahkan supir untuk tetap waspada.
Tian keluar dan mengeluarkan pistol di kedua tangannya lalu menembak dengan akurat pada musuh. Ia tidak mau membuang peluru dengan sia-sia. Kemampuan Tian tidak bisa diremehkan, ia merupakan salah satu bodyguard elit dan orang kepercayaan kelurga Lorent. Jadi jangan tanya tentang kemampuannya lagi. Ia menatap dingin para musuhnya.
Sementara di dalam mobil setelah melihat Tian keluar. Aron mengambil sesuatu dalam sakunya. Ia melakukan dengan gerakan cepat dan akurat langsung menyerang si sopir tepat di leher.
Lalu Aron menekan tombol buka didalam mobil setelahnya ia meraih tubuh Abi yang sedang tertidur lalu menyeretnya keluar mobil.
"Om Tian lepas senjatamu atau Abi akan mati sekarang"
Tian terkejut melihat Aron yang menyandra tuan mudanya, ia melihat bilah pisau yang di letakkan di leher tuan mudanya.
Ia langsung memerintahkan yang lainnya untuk berhenti menyerang.
Abi yang di seret saat tidur, bangun dengan keadaan lingsung dan kepalanya terasa agak pusing karena bangun dengan paksa.
"Buang semua senjata, aku tau Abi punya hemofilia kan ? Apa jadinya jika pisau ini menggores sedikit saja kulit tuan mudamu ini"
"Baik, buang semua senjata"
Tian dan lainnya di kepung musuh dari segala penjuru.
Aron menyeringai puas.
"Ambilkan aku pistol itu"
Salah satu musuh dengan patuh mengambil pistol yang ada di tanah dan memberikannya pada Aron.
"Ron jangan gila ya, Lo bakal nyesel jika ngelakuin ini"
Abi mencoba membujuk Aron dan tidak berani bergerak ceroboh. Pisau itu sangat dekat lehernya.
Aron mengangkat pistol di salah satu tangannya lalu mengarahkannya pada Tian. Tian tidak bergeming dan tidak ada raut ketakutan sedikit pun.
Aron menarik pelatuk dan peluru itu melesat ke dada Tian.
"Om Tiiaaann" Abi menjerit melihat Tian tertembak.
Tian hanya meringis kecil tidak mau memperlihatkan kesakitannya di depan tuan mudanya. Ia hanya menekan luka tembak di dadanya dan masih berdiri kokoh.
"Kerasa kepala" ucap Aron
Aron melesatkan satu peluru lagi ke arah kaki Tian. Seketika Tian ambruk. Darah mulai mengalir dari tubuh Tian. Bodyguard lainnya pun tidak bisa melakukan apapun dengan Abi yang di jadikan sandera.
"Lumpuhkan semuanya, kita harus cepat pergi dari sini"
Musuh dengan patuh mengikuti perintah Aron lalu bergegas pergi. Mereka tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka yakin bantuan pasti akan segera datang jadi mereka juga harus cepat pergi dari sana.
Aron memerintahkan bodyguard untuk membius Abi dan membawanya cepat ke mobil yang sudah mereka siapkan tidak jauh dari sana.
Abi menangis melihat Tian dan lainnya jatuh satu persatu. Abi mencoba memberontak dari cekalan musuh dan mengelak dari sapu tangan yang di arah ke wajahnya. Ia yakin sapu tangan itu pasti mengandung obat bius.
Tapi seberapa kuat Abi memberontak akhirnya kesadarannya mulai kabur. Ia melihat ke arah Tian yang terbaring di tanah, Tian tersenyum dan mengatakan dengan gerakan mulut tanpa suara "tidak apa-apa" air mata lolos dari matanya lagi setelahnya ia jatuh dalam kegelapan.
Maafin Inay ya Tian huhuhu
Tian : -_-Besok udah mulai puasa nih, buat kalian yang menjalankan tetap semangat ya. Tetap jaga kesehatan semuanya.
22 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn Of Abigail
Teen FictionAbigail mati dan di bunuh sahabatnya Apa jadinya jika ia di beri kesempatan untuk kembali ke masa lalu. Tidak pandai berkata-kata yang penasaran monggo mampir. Saya menulis hanya menyalurkan hobi jadi mohon maklum kalau banyak typo bertebaran. Foto...