Chap 1 - Dasar Culun

1K 21 0
                                    

Acara pernikahan Alsan Ghifari dan Inggit Hachvean Babhar yang diadakan di ballroom milik keluarga Babhar telah usai pukul lima sore tadi, kini dua pengantin baru itu memutuskan untuk pindah dirumah mempelai pria sendiri setelah meninggalkan gedung pernikahan kerena perintah Adam Babhar-Papa Inggit. Disamping itu Alsan juga tak ingin merepotkan mertuanya.

Hening. Tak ada radio ataupun lainnya, yang ada hanya suara deruman di dalam mobil. Sopir sekaligus mempelai pria berkacamata dengan setelan jas putih itu pun tak berani melirik sampingnya sekalipun, ia fokus menyetir untuk mengalihkan rasa canggung yang mencekamnya. Karena jujur, dirinya tak pernah berduaan dengan lawan jenis di mobil seperti ini selain ibu dan adik  perempuannya.

Namun ia tetap mencoba membuka topik kepada gadis yang sibuk dengan ponselnya itu. Alsan menghirup nafas dalam-dalam.

"Sebelumnya kenapa kamu mau menikah dengan saya?"

Inggit menyipitkan mata melihat gelagat dari suara berat itu. Ia membuka suara.

"Tunggu-tunggu, jangan salah paham dulu, gue nikah sama lo cuman karena gue mau dapetin perusahaan. Jadi sewaktu-waktu kita bisa cerai."

Alsan terkejut sampai tak sengaja menekan pedal rem. Dengan entengnya gadis ini bicara begitu?

"Lo bisa nyupir gak sih?!" Sentak Inggit.

Alsan mengerjapkan matanya, "Maaf, saya hanya terkejut."

Pada akhirnya, Alsan sibuk dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Inggit yang sedari tadi fokus dengan ponselnya sampai tak menyadari jika mobil berhenti tepat didepan rumah dikawasan perumahan, gadis ini untuk sekedar melirik saja ia tak tertarik melihat orang disampingnya. 

"Sudah sampai." Ucap Alsan untuk pertama kalinya.

Mempelai wanita dengan gaun putih yang anggun ditubuhnya itu keluar dari mobil. Biasa aja, batin Inggit menilai rumah minimalis yang berdiri kokoh.
Ia memilih mengikuti langkah pria yang ada didepannya.

Wanita bertubuh jenjang itu kerepotan berjalan karena gaunnya.

"Arghh ,ribett banget, mana kamar mandinya? Gerah gue!"
Keluh Inggit setelah beberapa langkah memasuki rumah, ia menarik hijab dan melepas perhiasan-perhiasan yang menempel ditubuhnya.

Alsan yang berjalan didepanya menoleh, jantungnya seperti ingin copot setelah melihat bahwa wanita dengan jarak dua meter darinya itu dengan santai melepas seluruh gaun pernikahan dengan brutal dan hanya tinggal baju manset saja yang nyaris hampir dilepasnya.

"Berhenti! Apa yang kamu lakukan?!" Alsan reflek memejamkan mata membuang wajah menatap kedepan. Meihat itu, Inggit menghentikan aksinya.

"Lo kenapa sih? Gue tanya kamar mandi dimana, budeg apa gimana, gatau orang lagi gerah?!"

"I-ikuti saya" jawab Alsan terbata.

Wanita itu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah pria didepanya. 'Cih, dasar culun', batinnya.

Tak berapa lama, Alsan membukakan pintu kamar di lantai dua.

"Didalam ada kamar mandinya, silahkan pakai kamar mandi disini, saya akan pakai kamar mandi bawah." Terang Alsan masih tak berani menatap wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu. Tak banyak bertanya Inggit langsung melenggang masuk dengan menggiring koper yang sudah disiapkan ART nya sebelum acara tadi, ia tak ikut mempersiapkan apapun, semua diatur orang suruhan mamanya.  Hanya ponsel yang ia bawa.

×××××

Alsan sudah memakai baju santai, ia bingung, dirumah minimalis ini hanya ada satu kamar tidur, rumah ini memang minimalis dan tidak besar. Alsan tak siap alias malu jika harus bersama Inggit. Ya, ia akui dirinya sedikit gugup. Padahal memimpin ribuan jamaah adalah tugasnya, kenapa hanya kondisi seperti ini nyalinya ciut.
Tidak, bagaimanapun ia harus bisa beradaptasi.

Married with Pak Ustad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang