Chap. 21 - Merasa bersalah?

504 21 4
                                    

Hembusan nafas hangat yang menerpa leher mengganggu tidur Alsan. Lagi-lagi, selalu seperti ini jika mereka tidur bersama. Jangan lupakan kebiasaan Inggit saat sedang tidur. Walaupun tidur, ujung-ujungnya Inggit selalu menempel padanya.
Alsan sudah mengira apa yang akan terjadi jika ini dibiarkan. Tubuhnya diblokade, ia tak bisa menghindar karena sisi kiri pria itu tembok.

Dengan hati-hati, Alsan menyingkirkan tangan Inggit yang melingkar di atas perutnya. Belum tersingkir sempurna, tangan itu kembali melingkar diperutnya.

Alsan hanya pasrah. Semoga ia bisa tidur, tapi sepertinya sulit.

__________

"Ibu tidak bisa kesana karena kamar kalian cuman satu." ucap ibu di ambang pintu.

Jam kerja sudah tiba, pagi ini mereka berdua sudah siap berangkat kerja dengan pakaian yang sudah mereka siapkan dari rumah.

"Iya bu, benar-benar rumah yang aneh, kalau begitu Inggit saja yang sering-sering kesini." ucap Inggit sembari melirik Alsan.
Aktingnya makin totalitas.

Ibu tersenyum. Menantunya benar-benar menyenangkan hati.

"Ibu tidak apa-apa dirumah sendiri?"

"Tenang saja, ada bi Imah, lagian Fatimah juga sering kesini. Berangkatlah, nanti telat."

Alsan yang mengamati percakapan mereka tak tau harus bagaimana, jika hal ini bukan hanya sandiwara, jika perlakuan ini tulus dari hati Inggit, mungkin pemandangan ini akan lebih membahagiakan. Maafkan kami, bu.

Akhirnya mereka berdua berpamitan pada ibu.

Kuda besi itu siap melesat dengan waktu kurang lebih satu jam menuju kantor mereka.

____________

Seharian Alsan lembur, ia baru sampai rumahnya pukul sepuluh malam, sedikit terkejut karena sepertinya Inggit sudah ada dirumah, biasanya istrinya akan pulang larut bersama seseorang pria yang bisa dibilang 'kekasihnya'.

Pria itu membuka pintu kamar, ia mendapati Inggit duduk di sofa dengan pakaian yang tak seperti biasanya, entah apa namanya, Alsan tak tau, intinya baju yang lebih tipis berwarna merah maroon dengan tangannya yang fokus memainkan ponsel.

Melihat ke wajahnya.. apakah istrinya masih berdandan? Tumben, biasanya saat mau tidur wajahnya tak berbalut apa-apa. Alsan bergelut dengan batinnya sendiri.

"Belum tidur?" tanya Alsan.

"Gue gak bisa tidur." Inggit menjawab tanpa menatap lawan bicara. Ia meletakkan ponselnya di samping.

"Gue bosen, sini aku bukain." tawar Inggit ketika melihat Alsan sedang melepas jasnya.

Inggit melipir, berniat mengambil alih aktifitas Alsan. Alsan yang melihat Inggit beranjak, ia mematung. Tingkah apalagi yang di lancarkannya? Tidak ada motif apapun kan dibaliknya?

Alsan mencoba tidak suudzan, walaupun sebagian otaknya was-was.

Perlahan Inggit mendekat, tangannya membukakan jas hitam itu dari tubuh Alsan.

Hening.

"T-tanganmu sudah pulih sepenuhnya, Inggit?" tanya Alsan memecah kesunyian.

"Hmm. Khawatir? Gini doang gak sebanding dengan kegiatanku tiap hari diluar." jawab Inggit.

Alsan heran dengan tingkah Inggit. Tidak biasanya ia seperti ini. Deru nafas Inggit terasa di kulitnya. Tangan itu telaten membukakan kancing kemejanya satu persatu.

"Apa kamu tidak kedinginan?" Alsan melihat pakaian tipis Inggit yang hanya sepaha dan lengan sepundak saja.

"Nggak." Apakah ia tak salah dengar? gaya bicara Inggit terdengar mengayun.

"Pakailah baju yang tebal."

Kenapa aktifitas ini begitu lama baginya.

"Kenapa kalo pake gini? gak suka? Perasaan biasanya juga pake ginian." balas Inggit.

"Kamu masih masa pemulihan, jadi maksud saya perhatikan kesehatanmu juga."

"Berarti pak ustad suka?" Inggit malah balik bertanya.

"Hmm?" tanya Inggit menanti jawaban.

"Kenapa gak jawab?"

Kemeja Alsan sudah terbuka sempurna, pertama kalinya ia melihatnya telanjang dada. Jika Inggit amati, banyak ruam-ruam merah memenuhi bagian leher hingga dada pria ini.

"Pak, kenapa tuh merah-merah? di sengat lebah? apa selingkuh?"
tanya Inggit dengan muka yang sedikit masam.

"Ini karena ulahmu Inggit"

Deg. Apa tiap hari dirinya tidak bermimpi?? Apa itu murni hasil dari tindakannya?? Oh tidakk!.

Inggit kicep, diam seribu bahasa.
Namun bukan Inggit namanya jika tak melancarkan aksi licik dari otaknya.
Inggit mulai menempelkan tubuh mereka dan menatap mata itu intens.

"Suka ngga?" Ulang Inggit dengan alis dinaikkan.

"Jangan main-main seperti ini Inggit."

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah polos.

"Pak ustadz kenapa wajahnya gitu?" Inggit pura-pura bertanya. Ia semakin menggoda suaminya dengan semakin menempelkan tubuhnya.
Inggit menarik tubuh pria itu hingga terjun diatas diranjang.
Menjadikan posisi Alsan mengukungnya dari atas, menahan tubuhnya agar tak menimpa Inggit.

"Pikirkan dulu Inggit, saya tidak ingin kamu menyesal."

"Apa yang harus dipikirkan? Pak ustadz suamiku kan? Udah biasa kan suami istri kayak gini?" ucapnya dengan nada menggoda.

"Jika itu yang kamu inginkan.."

Alsan menatap mata Inggit lekat sembari menahan kedua tangan dan kaki itu. Alsan semakin mengikis jarak antara mereka, deru nafas yang hangat begitu terasa diwajah Inggit. Alsan menatap intens dengan ekspresi berbeda dari wajah seorang yang selalu menunduk itu. Jantung mereka mengeluarkan degupan kencang yang saling bersahutan, Inggit menggigit bibir, seketika ada rasa takut menyelimutinya.

"Cukup! Gue cuman bercanda.." Inggit menoleh kesamping, menetralkan kegugupannya, tapi pria itu tak menghiraukannya. Inggit tau, bagaimanapun suaminya seorang laki-laki.

"Siapa suruh kamu bercanda seperti ini? Bukankah saya punya hak untuk melakukannya?" tanya Alsan dengan sebelah alis dinaikkan.

"Alsan! Cukup!"

Alsan tak henti menatapnya lekat seolah ingin memangsanya.

"Alsan cukup, aku mohon!" Mata Inggit sudah berkaca-kaca.

Melihat itu Alsan tersadar, ia segara melepas kungkungannya dan beranjak.

"Maaf." ucap Alsan sembari mengatur nafas yang berderu, bagaimana ia bisa hilang kendali? Sampai membuat Inggit ketakutan.

Mereka saling mengatur nafas masing-masing.

Alsan berjalan ke kamar mandi meninggalkan Inggit yang masih terbaring.

_________

Bersambung...

Pencet Vote 🌟 disemua chapter biar author makin sayang kalian🧡
Follow juga yang belum follow, biar dapet notifikasi dariku🔔

Minta dikasih visualnya gak nih?
Sengaja gak aku kasih biar bebas sama imajinasi kalian sendiri. Tapi kalo minta adain visualnya, boleh nanti aku spill.


Spam next disini ----->


Thank you 🤍

Married with Pak Ustad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang