Chap. 17 - Arthur

272 9 0
                                    

Inggit melangkahkan kakinya dalam gedung itu lagi. Setiap orang yang ia lewati selalu menatapnya, apalagi kalau bukan karena penampilan? Walaupun mereka menyapa, selalu diakhiri menunduk dan tak berani banyak bicara karena tatapan tajam yang dilayangkan Inggit. Siapa yang berani dengan seorang Inggit, seseorang yang kebetulan menjadi atasan? Jika berurusan dengannya, karir bisa jadi taruhan.

Setiap langkah kaki, penampakan yang muncul adalah orang-orang yang senyam-senyum, bengong
Seperti melihat hantu saja, sungguh orang-orang norak.

"Selamat datang kembali Bu Inggit, bagaimana kabarnya?" ucap hangat wanita berpakaian rapi dengan name tag di dadanya, dia sekretaris Inggit.

"Baik, gimana pekerjaannya nda?" tanya Inggit langsung to the point.

"Seperti yang saya katakan kemarin, ini yang harus Bu Inggit lanjutkan." Ayunda menjelaskan tugas Inggit dengan hikmat.

Ternyata tugasnya sedikit, tak seperti yang ia pikirkan.

Beberapa menit sekretaris berjalan meinggalkan ruangannya.
Gerah, Inggit menatap hijab yang melilitnya.

Drrtt.. drrrtt...

Benda pipih persegi panjang itu bergetar dan menyala, menampilkan notifikasi di layarnya.

Velanie :
Wowowo, gue dapet info katanya ada hijabers di kantor lu.

Inggit tau, yang dimaksud adalah dirinya.

Anda

Info gak guna.

Ia tak habis pikir, baru saja menempelkan pantat di tempat duduk, info ini itu cepat sekali tersebar, entah darimana sumbernya.

Velanie :

Duh, buk Inggit tumben, MaasyaAllah tabarakallah, dapat hidayah darimana kamu Ya Allah. Sembuh-sembuh langsung tobat.

Anda :
Diem mulut lo!

Velanie :
Astaghfirullah, masih sama ternyata


Velanie

Cus ke cafe gue nanti, gue jemput


Alasan saja, pasti Vela ingin melihat penampilannya dengan mata kepala sendiri.

Inggit ingin melepas hijab, tapi ia ingat ucapan Alsan tadi.

"Jangan sampai saya tau kamu melepas hijab,"

Idih siapa dia? Ngatur-ngatur.

Kalaupun dilepas, ia tak bisa memasang lagi.

Semua orang sudah terlanjur tau dirinya memakai hijab, kalau dilepas malah terlihat aneh? Pake jubah gak pake hijab. Dikira gue kena masalah apa.

Drrrt..drrtt..

Satu pesan lagi.

Inggit mendengus. 'Paling juga Vela, gak ada kerjaan tuh bocah. Atau gak si culun itu,' batin Inggit.

Inggit tak menghiraukan notifikasi. Ia melanjutkan pekerjaannya.

Tapi sesekali ia mengintip handphone,  Nomor tak dikenal, berarti tadi bukan Vela maupun si culun.

Inggit yang malas, membukanya. Ia membelalakkan mata, rentetan tulisan yg begitu panjang.
Tunggu, dlihat dari poto profil, sangat tak asing.

Deg.

0822 7870 ****

Hai nggit, aku Arthur. Maaf, aku baru bisa menghubungimu. Aku denger kamu habis kecelakaan, get well soon, nggit. Oh iya, selamat atas pernikahanmu juga, maaf telat, gak bisa hadir di acara bahagiamu.

Dan maafin aku yang tiba-tiba nongol setelah apa yang kita laluin. Mungkin ini udah basi,
Maaf kalau aku harus bahas lagi hubungan kita. Dikondisi yang sekarang ini, rasanya jadi kurang etis. Tapi aku udah janji buat jelasin.

Kamu memang tau mamaku sakit, tapi waktu itu tiba-tiba mama kena syndrome, sindrom yang balik lagi kayak anak kecil, dan waktu itu dokter nyaranin secepetnya untuk berobat ke Amerika.
Waktu itu mama minta perhatian lebih ke anaknya. Salah satunya nyuruh mutusin kamu, gak ada pilihan lagi, dengan waktu sesingkat itu, aku pun gatau caranya menjelaskan kondisinya ke kamu.
Mungkin itu yang membuat aku mutusin sepihak secara tiba-tiba. Aku bukannya pengen mempermainkan hubungan kita tapi cuman itu yang bisa kulakuin.
Tapi semua yang aku fikirin salah, melihat kamu yang sekarang, ikut senang. Kukira kamu bakal kecewa, tapi ternyata kamu udah menemukan pengganti, asal buatmu bahagia aku ikut senang juga😊

Apa apaan ini?

Inggit menghempaskan ponselnya sembarangan diatas meja. Setelah itu meraihnya lagi, cepat-cepat mengetikkan sesuatu.

Kenapa baru bilang sekarang?

Tuing..
Langsung dibaca, terlihat sedang mengetik.

0822 7870 ****

Sepertinya agar tidak salah paham, kita harus bicara langsung. Jika boleh, aku izin menemuimu, sekalian bertemu suamimu.

Sepertinya otak Inggit belum bisa mencerna semua kejadian.
Inggit melipat kedua tangannya diatas meja, menenggelankan wajahnya disana. Sungguh, rasanya ia ingin menjerit. Kecewa.. tentu sangat kecewa. Namun bukan Arthur namanya jika ia tak berpikir matang sebelum bertindak.

Inggit paham, tapi mengapa baru saat ini? Muncul setelah membuatnya seperti orang bodoh?

Tak bisa ditampik, Inggit masih menginginkan Arthur, tapi sepertinya hal itu tak bisa mengalahkan rasa kecewanya yang sudah terlanjur terpupuk.

Arghhhhhh...

Tuingg

Pak ustad
Nanti pulang jam berapa Inggit? Mau saya jemput?

Disaat yang tidak tepat, orang ini muncul. 'tumben cuman nawarin, biasanya maksa banget, kayak ikan mau kawin.' batin Inggit.

Beberapa bulan lalu Inggit terpaksa men-save nomornya, untuk berjaga-jaga mengingat  orang tuanya sering berkunjung kerumah akhir-akhir ini.

Inggit membalas pesannya.


Gausah gw sm tmn.

Pak Ustad
Yasudah kalau begitu, hati-hati

Inggit hanya me-read. Jika dipikir-pikir, ternyata kehidupannya semakin tak jelas, sama-sama tidak bahagia, tapi seolah dipaksa bersama? Alsan bukanlah tipenya, jauh dari tipikal orang yang selama ini disekelilingnya, apalagi menjadi suami idaman? Big No.

Si culun, si kaku, ngebosenin, terlalu agamis, gak tau caranya nikmatin hidup, gimana ia mau hidup dengan orang seperti itu?

_________


Bersambung...

Yey, Alhamdulillah bisa up. Ini masih belum apa2 ya gys, tunggu kelanjutannya, pantengin..

Dan janlup VOTE atau KOMEN

S

yarat scroll!
Hranaq_
👆Klik, follow, kelar ✓

💞💞💞

Married with Pak Ustad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang