Alasan Menahan Amarah

273 43 6
                                    

Barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya. Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah 'azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Asakir).

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

“WOI! JANGAN LARI-LARI DOANG, BANTUIN KEK!” seru Semi sambil menjemur pakaian.

Sementara Iwaizumi membantu dengan menarik para monyet lepas itu agar ikut membantu. “Heh, bantuin. Mainnya nanti,” tutur Iwaizumi dengan wajah sangarnya.

Sebenarnya mereka malas membantu, tetapi demi melihat wajah sangar nan menyeramkan Iwaizumi, ketiga monyet lepas itu ikut membantu.

Siapa ketiga monyet itu?

Tentu saja Atsumu, Tanaka, dan Nishinoya. Memang dasar biang keroknya kelas 11.

Setelah selesai dengan ketiga monyet, Iwaizumi menoleh ke arah Nagi yang tengah rebahan di koridor dengan penuh kepasrahan. Padahal makan sahur paling banyak, tetapi saat siang malah yang paling lemas. Di sebelah Nagi, ada Kenma yang tengah duduk sambil meratapi nasib.

“Adek lu kenapa, Kur?” tanya Iwaizumi pada Kuroo.

“Kenma bukan adek gua, woi,” kilah Kuroo, “Gua juga gak tahu dia kenapa. Tapi hari ini jadi lebih pendiem, sih.”

“Tadi pas sahur dia belom sempet minum, Bang. Udah keburu adzan,” jelas Tanjiro yang tak sengaja mendengarkan percakapan kedua kakak kelasnya. Kebetulan ia tengah menyapu halaman di dekat Iwaizumi dan Kuroo.

“Kasian amat.”

“Muka lu gak ngomong begitu,” komentar Iwaizumi saat melihat wajah Kuroo yang memasang seringai menyebalkan.

Aslinya pasti mau ketawa.

“Tapi, kok lu nanyain Kenma doang? Itu yang macem mayat idup di sebelahnya gak lu tanyain ke Reo?” tanya Kuroo sambil menunjuk Nagi.

Iwaizumi mengangkat bahu. “Kalo Nagi udah gak heran gua.”

“Btw, Tan, lu puasa?” tanya Iwaizumi.

“Puasalah, Bang.”

“Katanya Isagi lu ke toilet gak balik-balik karena salah makan. Gak papa emangnya?”

“Gak papa. Udah mendingan tuh.”

Di tengah percakapan mereka, muncullah oknum bernama Barou yang gereget sendiri melihat Nagi sedari tadi hanya tidur di saat yang lain bekerja.

“Heh Keset Masjid, bangun gak lu?” Dengan kasar Barou menarik Nagi agar duduk. “Bantu! Jangan tidur doang! Berguna dikit kek.”

“Waduh ....” Tanjiro panik melihat Barou yang menarik Nagi dengan kasar, sementara yang ditarik dan dimarahi masih setengah sadar.

Berkebalikan dengan Kuroo yang memasang wajah antusias karena ingin melihat Barou dan Nagi gelut, Iwaizumi hendak maju menahan Barou. Kalau ditanya, Iwaizumi juga gemas karena Nagi tidur saja, tetapi kalau begitu caranya yang ada Nagi pergi ke alam barzah duluan.

“Eyy, eyy! Tahan, tahan. Barou ... kamu tolong jemur baju aja, ya! Biar aku yang bangunin Nagi.” Sugawara lebih dulu menahan Barou, menepuk pelan bahu adik kelasnya yang sangar itu.

Barou mendengkus, tetapi ia menurut, beranjak pergi dari sana dan membantu Semi dan jajaran santri tahun ketiga lainnya menjemur.

“Nagi ... Nagi ... bangun!” Dengan lembut Sugawara mengguncang bahu Nagi.

𝗣𝗘𝗦𝗔𝗡𝗧𝗥𝗘𝗡 𝗔𝗟-𝗔𝗦𝗔𝗗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang