S2: Chapter 4

302 41 3
                                    

Typo bertebaran. Happy reading guys ;-)

Flashback (4)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Chūsei

"Aku merasakan hal buruk akan terjadi. Zen, pastikan rumah bersih lalu mandikan Queen serta potong dahan pohon cemara di halaman belakang kemudian..."

Ctak💢

"Saya sudah menyelesaikan semuanya. Anda bisa pergi dengan tenang" potong Zen agak kesal.

Yuna tersenyum kaku, mengangguk patuh karena ekspresi Zen terlihat menyeramkan.

































Kediaman Hyuga Kai

"Apa-apaan suasana suram ini?" gumam Yuna heran.

Meski hubungannya dengan Kuryu Grup buruk namun Kediaman Hyuga Kai merupakan salah satu tempat favoritnya saat masih kecil.

Ditambah si bungsu Hyuga yang menjadi teman sekaligus rival membuat wilayah itu lebih istimewa dibandingkan Kediaman Iemura.

"Norihisa! Di mana kau?!" seru Yuna sekuat tenaga.

Yuna berkeliling rumah mirip kuil itu hanya untuk mencari sang teman. Ia yakin Hyuga Norihisa tak mungkin pergi tanpa alasan, terutama setelah insiden dengan Mugen.

"Norihisa?" gumam Yuna bingung.

Anak bungsu Hyuga Kai sedang melamun di engawa. Yuna memperhatikan sang pemuda dari atas sampai bawah, ada sedikit perubahan dalam cara berpakaian si teman.

Memakai kimono gelap serta geta, seperti sedang syuting drama tradisional saja.

"Jangan berdiri saja. Ke mari" celetuk Norihisa tanpa menoleh.

Yuna tersenyum tipis, sesuai yang diharapkan dari Penerus Hyuga Kai.

"Kenapa kamu termenung?" tanya Yuna setelah duduk di samping temannya.

Norihisa justru membaringkan kepalanya di atas paha Yuna.

"Oi"

"Sebentar saja" pinta Norihisa, ia terlihat lelah.

Yuna menghela napas, bagaimanapun mereka berteman. Sekaligus membalas budi kebaikan Hyuga Norihisa.

Secara alami tangan si gadis mengelus lembut kepala anak bungsu Hyuga Kai.

Dari jarak sedekat ini, Yuna bisa melihat bulu mata yang lentik, alis tebal serta bibir tipis temannya. Ia baru sadar bahwa Norihisa tampan, pantas saja banyak dia selalu mendapat surat cinta di sekolah.

"Aku memang tampan"

Yuna menyesal sempat memuji, Norihisa tetap menjengkelkan. Kepercayaan dirinya sungguh tak terbatas.

Dengan ekspresi geli, Yuna mendorong kepala Norihisa hingga si pemuda hampir terjatuh ke tanah.

"Hoi"

"Apa?" tantang Yuna setengah sinis.

Saling melempar tatapan sinis, keduanya tiba-tiba tertawa.

"Apa-apaan rasa percaya diri itu? Menggelikan" ujar Yuna masih tertawa.

"Kamu yang menatapku berlebihan" elak Norihisa, setengah kesal setengah tertawa.

Yuna menetralkan tawanya, ia tersenyum tipis. Senang melihat senyum muncul di wajah Norihisa.

"Terima kasih" tutur Norihisa tulus.

"Seperti bukan dirimu" ejek Yuna, merasa geli mendengar ucapan itu.

Dream (High and Low)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang