S2: Chapter 13

226 25 0
                                    

Typo bertebaran. Happy reading guys ;-)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Chūsei

Suasana tegang memenuhi meja makan. Yuna mengatakan akan menemui sang ayah. Putra dari Ryushin Kuze yang membuangnya ke Mumei Gai.

Semua anggota Chūsei serentak ingin ikut. Mereka tidak bisa diam saja dan membiarkan gadis itu bertemu dengan ayahnya. Zen bahkan khawatir pertemuan ini menambah stress atau lebih buruk membuat penyakit Yuna kambuh.

"Kami ikut" ucap Kairi tegas.

"Lakukan sesuka kalian. Tapi aku ingatkan jangan terkejut" balas Yuna kalem.

Eiji dan Mila bertatapan, mereka membawa obat penenang agar Yuna tidak pingsan. Untuk pertama kalinya, kedua orang itu memiliki pendapat yang sama.

"Meong~"
[Hati-hati di jalan~]

Queen melambaikan kaki depannya dari balkon. Ia bertugas menjaga rumah selagi Yuna pergi bersama semua anggota Chūsei.















































Semua rasa takut serta khawatir langsung menghilang saat Yuna justru memarkir mobil di depan lahan besar yang terasa menyeramkan pada malam hari.

Pemakaman

Yuna mengambil keranjang berisi bunga mawar hitam. Ia berjalan masuk meninggalkan seluruh anggotanya.

Zen segera menyusul setelah menyadari keadaan. Dia paham alasan Yuna memakai outfit hitam dari kepala hingga kaki.

Yuna menatap datar nisan di depannya. Gadis itu lalu tersenyum sarkas kemudian berjongkok lalu menaruh bunga tersebut.

"Aku datang karena permintaan okaa-san jadi kau tidak perlu bahagia" ucap Yuna sinis.

Zen memberi tanda untuk mundur, membiarkan gadis itu sendiri selama beberapa menit.

"Jika kau tak bisa menjadi ayah yang baik, setidaknya jadilah suami ideal. Tapi kau justru mengkhianati kepercayaan okaa-san. Aku menyalahkan dirimu atas semua penderitaan kami. Jangan khawatir, aku pasti menghukum Kuryu, demi okaa-san serta orang-orang yang kusayangi" lanjut Yuna datar.

"Terakhir, aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai ayah" putus Yuna tegas.

Perkataan berlawanan dengan tindakan, air mata mulai membentuk sungai kecil di wajah Yuna. Tentu saja, jauh di lubuk hatinya, ia masih berharap sang ayah hidup dan menjelaskan semuanya.

Seseorang dari belakang menyodorkan sapu tangan. Yuna menerimanya setelah itu segera menghapus air mata yang terjatuh.

"Aku sering menangis akhir-akhir ini. Apakah itu normal?" tanya Yuna lesu.

Yuna mendapat tepukan di kepala sebagai jawaban. Dia menutup mata, menikmati tangan hangat tersebut.

Mila muncul membawa tas berisi obat, Zen memberi tatapan aneh padanya. Pemuda itu mengeluarkan pouch makeup, pemikiran yang sangat berbeda.

"Saya membawa versi waterproof" ujar Zen kalem.

"Aku senang kamu memahaminya" jawab Yuna santai.

Ia mengambil brush juga blush on, memakainya walau hanya sedikit. Yuna berkaca menggunakan kaca di palet.

"Nona" panggil Mila tak percaya.

Zen tersenyum bangga, dia selalu tahu pikiran absurd Yuna bisa muncul tanpa mengenal tempat dan waktu.

Dream (High and Low)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang