4 Bulan kemudian...
Pulang dari Bank setelah mengambil uang yang telah ia tabung lebih dari empat bulan terakhir dari jerih payahnya menjual donat, Leona tak bisa membendung air mata selesai menghitung jumlah uang yang berhasil terkumpul.
"Cuma 50 juta, Ma. Gak mungkin cukup buat ngelunasin utang kita. Tinggal nunggu waktu orang-orang itu dateng, Leona gamau nikah sama kakek-kakek!"
"Leona, jangan nangis, sayang. Mama janji kamu gak akan dinikahin sama tua bangka itu!"
Vanya memeluk anaknya, berusaha membuat Leona lebih tenang. Wanita dewasa itu masuk kamar, menggeret keluar sesuatu dari dalam kolong ranjang, Vanya membawa kantong kresek berwarna hitam menghampiri Leona.
"Ma!" sentak Leona begitu dia lihat isi di dalam kantong itu.
Beberapa gepok uang ratusan ribu ada di dalam sana.
"Mama dapet dari mana uang sebanyak ini?"
"Kamu gaperlu tau, yang penting sebentar lagi kehidupan kita akan kembali normal."
BRAK... BRAK... BRAKK...
Gedoran pintu di luar mengagetkan Ibu dan anak itu, Leona segera menyusun kembali uang-uang di atas meja, kemudian Vanya menuju ruang tamu untung mengintip siapa yang bertamu.
Wanita itu kontan tersentak, matanya melebar begitu tau rombongan polisi berkumpul di depan rumah.
Lari ke dalam, Vanya tarik tangan anaknya dengan membawa semua uang di dalam kantong.
"Kenapa, Ma?" bingung Leona.
"Kita harus pergi dari sini!"
Leona menahan dirinya, spontan keduanya menghentikan langkah.
"Kenapa kita harus pergi? Emang ada apa? Siapa yang dateng?"
"Leona! Ikut apa kata Mama!" tekan Vanya kembali menyeret tangan putrinya.
Leona mengikuti kemauan sang Ibu. Baru membuka pintu belakang, tiga orang lelaki berbadan tegap sudah menghadang. Mereka membekuk Vanya sampai wanita itu melepaskan gandengan tangannya dari tangan sang putri, kemudian tiarap di lantai dengan ditimpa seorang lelaki yang hendak memborgol tangannya ke belakang.
"MAMA!" jerit Leona kaget.
Gadis itu berusaha mendorong lelaki yang memborgol tangan Ibunya, namun nihil, tenaga Leona tak ada apa-apanya dibanding tubuh kekar para Polisi itu.
"Ada apa? Apa yang udah dilakuin Mama saya?!" sentak Leona menangis histeris.
Tidak berdaya untuk melawan, Vanya memasrahkan diri saat dirinya diseret keluar dari rumah. Pada saat Leona ingin mengejar, tubuh kurusnya ditahan oleh seorang Polisi lain. Tak butuh waktu lama, rombongan Polisi masuk ke dalam rumah Leona lalu memeriksa seisi ruangan.
Mereka mengambil semua uang milik Leona, termasuk uang hasil penjualan donat.
Leona duduk gemetar di kursi, mengamati para Polisi yang berlalu-lalang di depannya untuk memeriksa tiap sudut ruangan.
"KOMANDAN, DI SINI...!!!" teriak dari dalam kamar Vanya.
Saat itu juga Leona tahu apa yang sudah ditemukan oleh Polisi. Beberapa jenis narkoba ditemukan dari dalam tas yang biasa dipakai oleh Ibunya.
Sebelum pergi, Polisi menjelaskan bahwasanya Vanya telah menjadi pengedar narkoba sejak satu bulan yang lalu. Mereka juga menjelaskan kepada Leona tentang proses hukum yang akan dilewati oleh Vanya dan meminta untuk tidak ikut campur serta fokus pada sekolah seperti biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGHAVA
Teen FictionTak pernah terlintas di pikiran Leona Marseille, bahwa dia akan berurusan dengan sosok pemimpin geng motor paling ditakuti di kotanya, yang tak lain adalah kakak kelasnya sendiri. "Maaf, Kak...." "Gue gapernah mau nerima kata maaf dari siapa pun. Ja...