RAHASIA TERBESAR MIA

792 9 2
                                    

Pagi itu, Mia membereskan barang-barang yang akan di bawa pulang. Rama masih tertidur lelap dengan tubuh yang masih tak berbusana. Mia bangun lebih awal dan menyiapkan apa saja keperluan Rama pagi itu, seperti sarapan, pakaian yang akan di pakai Rama saat pulang dan segala perlengkapan penunjang kegantengan Rama pun sudah tersusun rapi di atas meja.
 
  Mia memang tipe istri yang di idam-idamkan para lelaki. Namun lelaki yang di nikahi Mia, sama sekali tak bersyukur mendapat istri yang sangat rajin mengurus urusan rumah tangga. Mia berkali-kali berpikir, apa yang salah dari dirinya sehingga suaminya tak menginginkan dia.
 
  ***
  "Ehh!! Mia?" Rama terbangun dan melihat Mia yang sedang mengemaskan barang-barangnya.
  "Kenapa Mas?" tanya Mia heran.
  "Tutup mata kamu, saya malu.." pinta Rama yang berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.
  "Loh Mas? Ngigo ya? Tadi malem bukannya anteng aja?" canda Mia
  "Hmm Okeeehh!!" Rama dengan pedenya membuka selimut memperlihatkan pusakanya kepada Mia. Mia hanya bisa menelan salivanya melihat kelakuan memalukan Rama di hadapannya.
  "Mau? Sini.." sambil memegang pusakanya yang mulai mengeras itu, Rama mempersilahkan Mia untuk memegangnya. Lagi-lagi gairah Mia melonjak naik. Mia langsung menuju ke arah Rama dan melahap pusaka itu dengan mulutnya.
 
  "Aaaahh enakk sayang.." desah Rama pelan sambil memegang kepala Mia dengan tangannya.
  "Hmmmpppp.."
 
  Mulut Mia tampak di penuhi oleh si 'bangkok' yang sangat lapar itu. Sambil melahap pusaka milik Rama, tangan Mia memegang lembut leher si 'bangkok' dan menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah.
 
  "Uuugghh, itu enak banget.." tangan Rama menekan kepala Mia dan pusaka Rama terasa masuk ke dalam tenggorokan Mia yang membuatnya tersedak.
 
  "Ukkh, ukhh, ampuunn, dalem banget.." ucap Mia sambil meraba pelan pusaka milik Rama.
 
  Mia kembali melumatnya dengan ganas.
 
  "Aaakkkhh, akuuu keluaaarr.."
  "Aahhhh.."
 
  ***
 
  Seketika tubuh Rama mengejang dan meremas kepala Mia.
 
  "Aw, sakiit.." teriak Mia pelan.
  "Duh maaf Mia, kebawa suasana. Hihi." ucap Rama sambil melepas pegangannya dari atas kepala Mia.
 
  Mia pun membersihkan cairan putih itu dengan lidahnya. Setelah itu, Rama langsung beranjak dari tempat tidur dan pergi kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
 
  "Mas, abis mandi kita sarapan dulu ya.." ucap Mia kepada Rama yang berjalan menuju kamar mandi.
  "Siap!" balas Rama dengan kode 'oke' di tangannya.
 
  ***
  "Mia, sudah kamu booking tempat ini untuk minggu depan?" tanya Rama
  "Sudah Mas, pulang nanti saya kirim laporan ke finance.."
  "Good! Cakep! Sekretarisku yang perfect!" puji Rama
  "Aah Mas bisa aja.." Mia tersipu malu mendengar ucapan Rama.
  "Kamu juga bisa aja buat saya betah disini. Hahaha"
 
  ***
 
  Setelah semua urusan selesai, mereka pulang menuju ke rumah, yang awalnya hanya ingin survey lokasi, eh malah survey yang lain. Emang kuat 'hoki' nya si Rama ini. Perempuan yang di dekatnya pasti menjadi miliknya. Hebatnya lagi, orang itu tak menuntut untuk di jadikan pasangan yang benar-benar ingin merasakan cinta seorang Rama. Eits, jangan lupa, cinta Rama hanya milik Siska, masih belum bisa tergantikan sampai saat ini.
 
  ***
  "Suami kamu belum ada kabar juga?" tanya Rama
  "Belum Mas.."
  "Kok gitu banget ya? Udah tanya sama orang tuanya? Atau minta masukan-masukan gitu?"
  "Kan udah di masukan Mas tadi malem.." canda Mia
  "Elaaahh, malah bercanda. Itu bedalah.."
  "Hmm orang tuanya gak disini Mas, orang tua saya juga sama. Kita kesini tuh karna pengen kerja di luar kota bareng. Eh udah jauh dari orang tua, jauh dari kampung halaman, malah dia yang banyak tingkah." jelas Mia.
  "Hmm kamu sabar aja Mia, nanti juga dia bakalan balik kok.."
  "Iyaa Mas, saya udah cukup sabar menunggu hal yang tak pasti, capek!"
  "Yaudah, sekarang kamu fokus kerja aja dulu. Masalah itu, biar saya yang urus.."
  "Hah?! Mas yang urus? Gimana caranya?!" tanya Mia sambil melotot ke arah Rama.
  "Eh tenang aja kamu. Apasih yang gak bisa Rama lakuin.." ucap Rama sambil menggerakkan alisnya.
 
  ***
  Mia dan Rama telah sampai di rumah dengan wajah lusuh karena lelah.
 
  "Mia, hari ini kita gak usah ke kantor dulu ya? Saya mau istirahat." ucap Rama yang tengah mematikan mesin mobilnya.
  "Baik Mas. Saya via email aja kirim pengajuan ke finance.."
  "Okehhh, cerdas!!" puji Rama dan keluar dari mobilnya.
 
  ***
  "Siska, siska, siska.." gumam Rama sambil mencari nomor kontak Siska di hapenya.
 
  Rama langsung menelpon Siska. Satu kali panggilan tak di jawab, Rama mencoba sekali lagi. Masih tak terjawab juga.
  "Ini pasti lagi sama Alex nih si Siska.."
  Rama mencoba sekali lagi.
  "Tuutttt.. tuutttt.." bunyi dering telpon.
  "Halo?"
  "Sis! Kamu dimana?" tanya Rama dengan semangatnya ketika panggilannya di terima.
  "Rama ya? Ini Laura.."
  "Hah? Laura?!" Rama kaget ternyata yang mengangkat telfonnya adalah Laura.
  "Siskanya kemana Ra?"
  "Siska dah tidur, kebetulan aku tidur bareng malam ini.." jelas Laura
  "Oalah, kirain kemana.."
  "Ada apa Ram? Ada yang penting ya? Aku bangunin Siska nih.."
  "Eh jangan-jangan. Gak ada apa-apa kok. Tolong ya jangan membangunkan Siska yang sedang tidur.." ucap Rama dengan cepat.
  "Hahaha lucu banget sih Ram." puji Laura.
  "Yaudah, maaf ya udah ganggu malem-malem.."
  "Eh tunggu, kamu kok udah jarang keliatan sih Ram?" tanya Laura penasaran.
  "Iyaa nih, aku lagi sibuk ngurusin perusahaan Papi, aku harus mulai dari nol lagi semuanya, nanti setelah semuanya normal, aku pasti kesana lagi kok.." jelas Rama.
  "Oh gitu ya, keren banget Pak CEO ini.."
  "Duhh, kamu tau darimana? Pasti Siska yang cerita kan???"
  "Iyaalah, kita udah jadi bestie sekarang.."
  "Oh iya, Tante Mia apa kabar?"
  "Baik kok. Mamah nanyain kamu terus tuh!"
  "Trus Siska masih sama aaa.."
 
  Belum selesai Rama mengucap nama Alex, pintu kamar Rama di ketuk oleh Mia yang membuat Rama panik dan langsung memotong pembicaraan dengan Laura.
 
  "Eh Ra, udah dulu ya. Kebelet pipis. Byee.." ucap Rama dan langsung memutus sambungan telfonnya.
 
  "Mas?? Mas Rama?" Mia memanggil Rama yang baru saja selesai telfonan dengan Laura.
  "Iyaa Mia Iyaa. Bentaar.." balas Rama.
 
  ***
  Seperti biasanya, mereka berdua makan bersama malam itu. Namun kali ini dengan perasaan yang berbeda. Mia tak henti-hentinya menatap Rama dengan penuh gairah. Sengaja Mia memakai baju yang seksi untuk menggoda Rama, belahan bukit kembar Mia tersaji dalam pandangan Rama yang membuat Rama hilang fokus saat sedang menyantap makanan yang di masak oleh Mia.
 
  "Mia, kamu gak ada baju tidur yang panjang gituhh?" tanya Rama
  "Gak ada Mas, yang ada ya begini semua bentuknya.." balas Mia sambil memegang kerah baju tidurnya yang membuat bajunya sedikit terbuka.
  "Duhh, pikiranku!!" Rama bergumam melihat bentuk bukit kembar milik Mia yang terik itu dan seakan-akan memanggilnya untuk segera meremasnya. Rama dengan cepat menghabiskan makanannya dan langsung berdiri di depan Mia.
 
  "Buka ini! Ini merusak pandangan dan pikiranku dari tadi!" Rama dengan ganas merobek baju mini yang membungkus tubuh Mia dan langsung melahap habis pucuk merah muda milik Mia.
 
  "Aaahh Mass, saay...."
 
  Mia belum sempat menghabiskan makanannya sudah di buru oleh Rama yang menginginkan menu tambahan malam itu. Dengan bringasnya Rama melahap pucuk merah muda itu dan membuat Mia mengedik.
 
  "Uhhh Mas, gelii.." desis Mia
 
  Tak berhenti di situ saja, Rama langsung menggendong Mia yang sedang duduk di kursi meja makan dan membawanya ke sofa di ruang tamu. Rama membaringkan Mia dengan posisi paha yang menekuk. Rama langsung membuka seluruh pakaiannya dan kembali merobek celana Mia. Rama seperti orang kelaparan malam itu, ntah ramuan apa yang di masukkan oleh Mia pada makanan Rama yang membuat api gairah Rama menyala. Rama langsung melahap keras bagian sensitif Mia, yang membuat Mia tak tahan dengan keganasan lidah Rama yang menari-nari pada ujung area sensitifnya yang menggemaskan itu.
 
  "Aaaahh Masss, Ughhhh.."
 
  Aksi Rama menciptakan suara-suara air yang sedang bertabrakan di bawah sana. Setelah di rasa cukup jalan yang di buat Rama. Rama langsung menerobos masuk ke dalam pertahanan Mia yang sejak dari tadi sudah pasrah menerima gempuran si 'bangkok'.
 
  "Aaaaahhh" desah Rama merasakan hangat pusakanya di dalam tubuh Mia.
  "Aaaahhh Masss, Ugghhh.." Mia membalas desahan Rama dengan manja dan mulai terbiasa dengan ukuran pusaka Rama di tubuhnya. Rama memegang erat kedua lutut Mia dan menekan lebih dalam pusakanya.
 
  "Aaarrgghh, rahimkuu.." desah Mia keras merasakan pusaka Rama menyentuh sebuah dinding di dalam dirinya. Rama tak menghiraukan itu dan masih dengan api gairahnya melumat habis 'pinky' milik Mia.
 
  "Aaaahhh, aakhh, aku keluar Mass.."
  "Aaakuu jugaaa... Ahhhhh.." Rama tak mengeluarkan pusakanya dari dalam 'pinky' Mia yang membuat cairan hangat itu mengalir di dalam sana.
  "Aaaahh enaak, angett.." ucap Mia merasakan air itu mengalir hangat.
 
  Rama tiba-tiba sadar dan menarik pusakanya dari dalam tubuh Mia.
  "Duh gimana ini? Ketembak di dalem.." Rama panik.
  "Aman Mas, saya bisa ngeluarinnya.." ucap Mia yang membuat Rama heran.
  "Loh gimana caranya?" tanya Rama heran.
  "Ada deh! Rahasia perempuan!" Mia beranjak berdiri tanpa busana dan mencolek ujung hidung Rama pelan dan langsung menuju kamarnya.
 
  "Mati gue kalo sampai Mia hamil!"
 
  ***
  Apakah perkataan Mia benar? Ia bisa mengeluarkan cairan itu sendiri? Atau hanya untuk menutupi sesuatu? Coba tebak deh!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh My Lick! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang