18. KEKURANGAN ABDAR

248 18 0
                                    

Kekurangan itu dilengkapi, bukan meminta maaf atas kekurangan yang kamu miliki. Dengan ikhlas, aku akan melengkapi kekurangan mu, dan aku harap, sebaliknya pun begitu.

Afiyah Kamila Azzahra ~

•••





Kini Afiyah, Abdar, Abuya Ilham dan juga Uma Tari tengah berkumpul diruang tengah ndalem.

Afiyah tadi sempat meminjam hijab milik Uma Tari.

Keempatnya sedang berbincang hangat.

Tentu topik pembicaraan kali ini adalah Afiyah.

"Kamu keliling-keliling pesantren aja dulu, Dek." ujar Uma Tari pada Afiyah.

"Bentar ah, Uma. Afiyah capek," ujar Afiyah dan malah bergelayut manja pada lengan suami nya, Abdar.

Abuya Ilham dan Uma Tari hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah laku Afiyah.

Sedangkan Abdar, ia hanya bisa tersenyum malu pada Abuya dan Uma nya ini.

"Yasudah, makan dulu sana. Tadi santriwati yang tugas masak kayaknya udah selesai." titah Uma Tari.

"Uma sama Abuya udah?" tanya Afiyah.

"Sudah duluan," jawab Uma Tari dan dibalas anggukan oleh Afiyah.

"Ayok Mas," ajak Afiyah pada Abdar dan menarik lengan laki-laki itu agar berdiri.

Keduanya pun melangkah menuju meja makan. Dan benar saja, disana sudah ada banyak makanan yang tertera.

"Mau sama apa?" tanya Afiyah.

"Kangkung sama ikan saja." jawab Abdar.

Afiyah pun memberikan piring yang sudah terisi nasi dan lauk pauk itu pada suami nya. Dan kini tinggal diri nya yang mengambil makanan nya.

Keduanya pun makan dengan tenang. Tidak ada pembicaraan, karena Abdar tak suka saat makan malah berbicara, itu tidak sopan.

Setelah selesai, Afiyah hendak akan mencuci piring nya, namun salah satu santriwati dari pintu dapur luar masuk dengan membawa gelas bekas kopi. Dan mencegah Afiyah.

"Eh, jangan Ning. Biar saya saja," cegahnya pada Afiyah.

"Gak apa-apa, biar saya saja. Pasti kamu capek, kamu istirahat ke asrama aja, ya." balas Afiyah ramah.

Santriwati yang bernama Laras itu pun menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dengan kikuk.

Bingung harus apa.

"Gak kok, Ning. Nanti saya bisa istirahat, biar saya saja yang cuci." ujar Laras sopan.

"Gapapa, Laras." balas Afiyah memaksa. Ia tahu nama nya dari name tag yang ada di kerudung Laras.

Laras langsung menunduk kala ada Abdar dibelakang Afiyah.

Afiyah menoleh ke belakang, karena heran kenapa gadis itu malah menunduk.

Ternyata ia tahu, Abdar jauh lebih disegani disini. Mungkin ditakuti juga.

Bisa jadi.

"Kamu boleh balik ke asrama," titah Abdar pada Laras.

"I-iya, Gus. Assalamualaikum, Ning Gus." pamit Laras masih menunduk dan keluar dari dapur ndalem.

"Waalaikumsalam," balas Afiyah dan Abdar bersamaan.

"Mas bantu, ya?" tawar Abdar lembut.

"Gak usah, aku aja. Bisa kok," ujar Afiyah.

Ia ingin bisa sendiri.

Ia tidak bisa memasak, masa mencuci piring saja ia tidak bisa.

"Yasudah," ujar Abdar dan duduk di meja makan memperhatikan istri nya yang tengah mencuci piring.

Setelah beberapa menit, ia mengelap lengan nya dan menghampiri Abdar yang tersenyum pada nya.

"Capek?" tanya Abdar penuh perhatian.

"Enggak, kok." jawab Afiyah halus dan duduk diatas paha Abdar dengan menyamping.

Cup

Abdar memberikan satu kecupan manis di pipi kiri gadis itu.

Lengan Abdar memeluk pinggang Afiyah dengan posesif, dan juga kedua tangan Afiyah mengapit leher Abdar.

Keduanya sudah tidak canggung lagi jika berdekatan sedekat ini.

"Mas," panggil Afiyah sembari memain-mainkan jari jemari nya di atas bahu Abdar.

"Hm?" balas Abdar.

"Aku mau pakai hijab buat seterusnya, boleh?" tanya Afiyah dan membuat Abdar yang mendengar nya tersenyum.

"Boleh, sayang." jawab Abdar.

"Tapi ... Aku gak ada kerudung dan juga baju-baju panjang, kan semuanya pada pendek-pendek." beritahu Afiyah.

Abdar mengerti dan paham.

Tentu saja ia harus membelikan baju untuk sang istri.

Namun masalah nya, sekarang ini ia belum ada uang untuk itu.

"Nanti kita beli, tapi setelah gajian Mas minggu depan, gapapa?" ujar Abdar hati-hati.

"Pakai uang aku aja dulu, Mas. Aku ada tabungan, kok." ucap Afiyah pelan. Supaya suami nya tidak tersinggung.

"Jangan, sayang. Itu kan punya kamu, simpan saja. Nanti kita beli minggu depan, ya?" ujar Abdar lembut.

"Iya, gapapa kok." balas Afiyah tersenyum.

"Maaf, selalu menunda terus keinginan kamu, karena kekurangan dari Mas." ucap Abdar merasa bersalah.

"Engga apa-apa, kok, Mas. Aku paham, jangan bilang kayak gitu ah, aku gak suka." ujar Afiyah.

"Tapi ... Mas benar-benar minta maaf," ujar Abdar.

"Mas gak perlu minta maaf, kan gak ada yang perlu dimaafin, udah ya." ucap Afiyah dan memeluk Abdar erat dan menyembunyikan wajah nya pada leher Abdar.

Abdar pun membalas pelukan istri nya ini tak kalah erat juga.

•••

26 Maret 2023

14:14

Minggu.

Jangan Salah Pilih SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang