Aku tersentak. Pandangan linglung terarah ke sudut-sudut ruangan. Tubuh masih berbalut mukena, sedangkan tangan menggenggam tasbih. Sepertinya, aku ketiduran selesai Isya. Jam duduk di atas meja kerja menunjuk pukul sebelas malam. Terdengar koak gagak melintas. Tidak berapa lama, derik jangkrik dan katak saling sahut meramaikan.
Aku menghela napas. Sudah tiga kali mimpi itu yang selalu terselip saat tidur atau ketiduran sejak aku meminta petunjuk-Nya. Apakah jawabannya memang dia?
Di dalam ketiga mimpi, wajahnya memang tersamarkan oleh cahaya. Namun, tulisan tangan dan suaranya sudah sangat aku hafal. Tulisan tangan yang empat belas tahun lalu membuatku bingung jika kebagian mengoreksi hasil ulangannya. Tulisan tangan yang sangat jelek, bahkan lebih jelek dari tulisan anak tetangga yang duduk di kelas 2 SD. Rasanya, tidak akan ada yang mampu menyamai tulisan tangan separah itu.
Yang paling kentara adalah suaranya. Selalu terdengar jenaka seolah-olah tidak pernah bicara serius.
Aku meraba sebentar pipi kanan. Meski hanya mimpi, kecupan pria itu terasa nyata. Duh, makin kacau! Bisa-bisanya pakai disuguhi adegan kecup-mengecup dalam mimpi. Ini pertanda datangnya dari Tuhan atau iblis?
Besok adalah tenggat waktu yang kuminta. Tiga hari berturut-turut menjelang deadline, mimpi bersamanya yang malah muncul. Bukan lagi sekadar menjadi calon, tetapi dia telah menyebutku sebagai istrinya. Apa mimpi-mimpi itu betulan pertanda?
Satu minggu belakangan, demi tidak tersugesti dengan kehadirannya, aku tak membuka atau mengecek media sosial. Sengaja menghindar barangkali ada namanya yang tiba-tiba muncul. Hm ... bagaimana kalau kita kembali 'berjudi'? Jika aku membuka IG malam ini dan menemukan Story-nya yang pertama muncul, maka Tuhan benar-benar mengirimnya sebagai jawaban terbaik. Jika tidak, berarti mimpi-mimpi tadi hanyalah sebuah keisengan iblis untuk menggodaku.
Baiklah, mari kita coba!
Aku meraih ponsel di atas meja kerja. Setelah mengaktifkan data, aplikasi IG yang langsung kubuka. Tidak membutuhkan loading lama, laman beranda langsung memunculkan postingan-postingan teman. Tanganku sedikit gemetar saat melihat Feed dan Story-nya berada di urutan pertama. Isi postingannya sama. Sebuah amplop yang sangat kukenal. Ada beberapa caption yang dia bubuhkan.
Besok, segalanya ditentukan oleh pengirim surat ini. Semoga ada hal baik dari jawabannya untuk anak bujang yang sudah menunggunya selama dua tahun terakhir.
Jika diingat-ingat, baru kali ini saya dikirimi surat oleh seorang wanita.
Bukankah dia sangat sweet?Aku menahan senyum. Tuhan, inikah jawaban-Mu?
***
Hari itu, segalanya akan diakhiri dan dimulai. Sebelum memberi tahu Bapak dan Mama, aku mengonfirmasi lebih dulu situasinya. Benar-benar bisa datang atau tidak. Jawaban Teja bahkan sangat mantap. Jika diminta datang satu jam setelah aku menghubunginya pun, dia mau. Sangat bisa. Dia meng-cancel semua urusan pada hari itu. Membuatku hanya bisa menahan tawa setiap membaca balasan chat-nya.
Aku perlu bawa cincin enggak?
Itu salah satu isi chat-nya.
Buat apa?Buat kamulah. Katanya, orang yang ngelamar kan harus bawa cincin.
Dia lucu sekali, 'kan? PD-nya itu, loh. Sudah kronis.
Aku aja belum kasih jawabannya.
Diterima atau enggak aja masih belum pasti. Ngapainlah pakai langsung bawa cincin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mewujud
Romance"Aku rasa, keputusanmu hanya didasarkan rasa enggak enak karena sudah membaca surat dan buku itu." *** Raya mendapati ruang grup chat WA milik kelas lamanya dibanjiri umpan-sahut perbincangan. Berawal dari sapa pembuka Teja Kusuma Prasetyo serta t...