0. 0. 3.

8 1 0
                                    

0. 0. 3. "Tidak semua prelude berjalan dengan baik, pun dengan kemunca yang bahagia. Semua tertakar dengan meninggalkan tanya mengapa. "

🌟 Jangan lupa pojok kirinya, sweetie.

📆 Time update: Sabtu, 17 Juni 2023.

🖇️ Join in Instagram: its.sfniii

sfniii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Istirahat kali ini berbeda. Iya, berbeda dengan rungu yang sudah berdengung. Bina yakin jika ia tidak segera pergi detik ini juga, ia akan mengalami gangguan pendengaran.

Beranjak menuju taman belakang meninggalkan dua orang sahabatnya yang masih saja memperdebatkan perihal kursi mana yang akan mereka tempati untuk menghabiskan waktu makan siang kali ini. Suasana sunyi menyambut, angin berhembus menembus tengkuk. Menerbangkan lambat rambut coklatnya. Sedikit tersingkap, yang menampilkan warna platinum di sela-sela rambutnya.

Meja bundar dengan empat bangku saling berhadapan; dua bangku panjang untuk dua orang dan dua bangku singgle yang saling berhadapan terletak di bawah pohon mangga serta siluet pemuda terlihat di indranya. Bina kira tidak ada orang selain dirinya, bergegas ia mendekat. Dari jarak tiga langkah rungunya menangkap bunyi dengkuran halus dari pemuda yang menyandarkan kepala di lipatan tangan menghadap dirinya berada.

Bibir yang terbuka sedikit, mata terpejam erat, rambut yang berjatuhan, serta sebagian rambut yang disiram matahari langsung membuatnya terlihat seperti bayi polos yang tengah terlelap.

Menempati satu bangku dan menatap pemuda di depannya dengan bertopang dagu. Lucu banget!

Merasa ada pergerakan, Bina semakin gencar menatap pemuda di hadapannya dengan menempelkan pipi ke meja yang ia beserta pemuda itu tempati. Kelopaknya perlahan terbuka, menampilkan iris sebening madu.

***

Sudah menjadi kebiasaan untuknya, ketika nyaringnya bel istirahat ia akan melarikan diri ke tempat ini. Membawa buku tebal bersampul hijau polos dengan gembok yang menggantung di satu sisinya.

Menarik kalung yang tersembunyi rapat di balik seragam guna membuka buku dan mulai meliuk-liukkan tangannya di atas buku. Kepalanya sedikit terasa pusing, ia yakini karna ia kurang istirahat semalam karena pulang terlalu larut.

Memiringkan kepala dan menjatuhkannya di lipatan tangan. Ia ingin mengistirahatkan diri sejenak sebelum kembali ke kelas melanjutkan jam pelajaran yang tersisa dan kembali ke rumah melakukan aktifitasnya seperti biasa.

Harum manisnya buah menyeruak melingkupi hidung. Merasa ada yang janggal, pemuda itu membuka mata perlahan meski masih terasa sangat berat. Dahinya mengerut heran, matanya masih menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.

Anehnya, ia bisa melihat siluet perempuan yang sedang tersenyum lebar di hadapannya dengan jarak dua jengkal dari wajahnya. Pupil matanya melebar kala ia tahu siapa yang berada dihadapannya saat ini, mengerjapkan matanya berulangkali meyakini bahwa dirinya masih berada di mimpi indahnya.

Merasa kejanggalan semakin menjadi, pemuda tersebut segera beranjak dan memastikan bahwa ini semua hanya ilusinya semata. Namun saat dirinya hendak berlari menjauh, tangan mungil itu menggenggam tangannya, disertai senyum kecil.

Tidak, tidak. Sudah pasti ia sekarang sedang bermimpi di siang bolong, segera ia menyentak pelan tangan mungil itu dari pergelangannya dan berlari terbirit-birit sembari mendekap buku miliknya.

Sedangkan di sisi lain, Bina malah tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. "Ndra, " gumamnya.

***

"Lo kenapa deh? Bengong mulu dari tadi, " tanya gadis berseragam hitam bercorak merah di beberapa bagian, baju yang sama dengannya. "Gak, gue cuma mikirin tugas, " dalihnya seraya melihat sekitar, berharap ada malaikat tak bersayap yang menolongnya di situasi ini.

Dan ... gotcha!

Secepat mungkin pemuda tersebut segera beranjak saat melihat ada pelanggan yang baru saja memasuki area cafe, menyambutnya dengan senyum ramah. Bersyukur karena bisa melarikan diri dari Reva, salah satu teman di tempatnya bekerja.

***

"Memang tidak salah saya membenci kamu. Dasar tidak berguna, tidak becus! "

Pekikan melengking memenuhi rungu seorang pemuda sesaat menginjakkan kaki di depan anak tangga pertama. Lelaki itu memijit pangkal hidungnya, entah hal apalagi yang diperbuat adiknya sampai-sampai Vania kembali murka.

Kaki jenjangnya melangkah pelan, menapaki anakan tangga yang semakin membawanya ke asal suara itu. Pintu kamar ber cat putih dengan stiker kuda poni memenuhi daun pintu itu terbuka sedikit.

Netranya menangkap pemandangan yang tidak sedap dipandang. Gadis dengan rambut acak-acakan terduduk di lantai dengan kepala menunduk, sedangkan di depan gadis itu, Vania tengah menyorot dengan tatapan murka, dengan ikat pinggang mengkilat di tangan kanannya.

Febian menatap gadis itu dalam diam, ada bagian dari tubuhnya yang berdenyut sakit saat melihat adik kecilnya diperlakukan seperti itu. Tapi ia harus apa? Mungkin saja Vania menghukum adiknya atas kesalahannya sendiri.

Berani berbuat, berani bertanggung jawab, itu prinsip Bian. Melangkah menjauh guna memasuki ruangan yang terletak tak jauh dari titik pemberhentiannya tadi.

Tak sengaja matanya bersibobrok dengan netra kuyu milik adiknya, sesegera mungkin ia melanjutkan langkah. Bian yakin ada beban berat yang adiknya pikul sendiri, tapi ia tidak peduli. Ia terlalu muak pada drama yang selalu adiknya buat.

***

Tubuhnya terasa remuk, rasa perih menjalar diseluruh tubuhnya. Awalnya Bina ingin mengistirahatkan diri satu hari di rumah saja. Namun apa daya, Vania tidak memperbolehkannya.

Tubuh ringkihnya terbalut hoodie blue sky dengan earphone menyumpal kedua rungunya, Bina berjalan riang seperti biasa, serta senyuman yang tidak pernah luntur dari wajah ayunya.

Shhh

Agha yang mendengar rintihan dari gadis yang berada di dekapannya segera melepas dan beralih ke depan. "Lo kenapa, Na? " Wajahnya terlihat sangat khawatir. Tentu saja Agha merasa bingung, padahal ia tidak memeluknya begitu erat, namun mengapa Bina seolah kesakitan saat-

Otaknya berhenti menerka kala sesuatu jatuh menimpa dirinya dan berakhir pada dekapannya lagi, kelopaknya membeliak saat melihat apa yang terjadi pada gadis di depannya.

***

📮 Tinggalkan pesan untuk para tokoh, di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


📮 Tinggalkan pesan untuk para tokoh, di sini.
📝 Tinggalkan kritik dan saran, di sini.
😘 Tinggalkan kecupan manis untuk Pi, di sini. ^^

EDELWEISSTINKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang