0. 0. 9.

2 0 0
                                    

0. 0. 9. "Ada asa yang telah padam, namun terus dihidupkan. Entah bagaimana caranya, tetapi, ia benar-benar kembali berkobar. Meski dengan kepingan cahaya temaram.

🌟 Jangan lupa pojok kirinya, sweetie.

📆 Time update: Sabtu, 08 Juli 2023.

🖇️ Join in Instagram: its.sfniii

sfniii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Akhir-akhir ini Abi selalu menghabiskan waktu bersama tiga teman barunya. Ah-dua teman Bina yang juga telah menjadi temannya.

Hari-harinya terasa lebih hidup dan berwarna. Abi merasa lebih dihargai tanpa melihat konteks keluarga ataupun dengan semua prestasinya. Semua mengalir begitu saja layaknya teman dekat yang tidak dipertemukan dalam kurun waktu yang lama.

"Bengong ae lo, Sueb. " Senyum Abi mengembang tipis ketika Dira menyela lamunan dirinya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Abi kembali berkutat dengan tumpukan kertas yang bercecer di hadapannya.

"Lo tuh nggak usah malu-malu sama kita, apa adanya aja kali, " penyelaan Dira lagi-lagi hanya dibalas senyum tipis oleh pemuda itu.

"Lama-lama gue gampar lo! "

Hanya kekehan geli yang keluar dari bibir Abi, lagi. "Bosen gue. Besok-besok di rumah siapa gitu biar ada sajennya. " keluh Agha yang langsung mendapat atensi. Pemuda itu menjatuhkan kepala di atas buku yang terbuka dengan mata tertutup, menguap lebar lantas kembali melanjutkan, "Yang gratis tapi. "

"Bahasa lo astaga. Lo kira kita demit. "

"Tapi ayolah, gue ngikut, " lanjutnya.

"Rumah Mami aja gimana? "

"Bagus tuh, banyak sajennya. " Seringai licik terbentuk di bibir Dira seraya melirik ekspresi Agha yang tengah mengernyit dalam. Tanda akan ketidaksetujuan yang tidak disuarakan. Kedua gadis itu lantas ber-higfive dengan riang.

"Lo ... bisa? " Tiga pasang mata di sana lantas memusatkan fokusnya kepada pemuda yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. "Aku usahain. " Lagi, lagi, dan lagi. Mata sabitnya terukir indah dengan lengkungan senyum lembutnya.

Rasanya jantung Bina sudah merosot jatuh sampai ke dasar telapak kaki. Sudut bibirnya bergetar menahan senyum yang akan mengembang sempurna.

Anjir, salting. Doi manis bener dah senyumnya.

***

Kenapa? Kenapa harus dia? Kenapa harus selalu dia? Kenapa tidak dirinya? Kenapa kebahagiaan tidak menimpa dirinya? Kenapa Tuhan seolah-olah tidak adil padanya?

Mengapa dirinya tidak bisa mendapatkan apa yang selalu Bina dapat 'kan? Semesta selalu berada di pihak Bina, lantas mengapa tidak dengan dirinya? Bukan kah saudara kembar saling mengerti dan berbagi?

EDELWEISSTINKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang