0. 0. 6.

3 1 0
                                    

0. 0. 6. "Apa yang sebenarnya aku harapkan? Tanpa sadar, harapan inilah yang membuat lukaku semakin melebar."

🌟 Jangan lupa pojok kirinya, sweetie.

📆 Time update: Selasa, 27 Juni 2023.

🖇️ Join in Instagram: its.sfniii

sfniii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


Berjalan mondar-mandir untuk mengantar pesanan yang semakin larut semakin membludak akibat malam mingguan. Entahlah, tiba-tiba saja fokus Abi seakan terbagi. Padahal tidak ada hal spesifik yang tengah dipikirkannya. Perasaannya juga gundah.

"Silahkan dinikmati. " Dalam sekejap, atensinya teralihkan kala mendengar pekikan-pekikan nyaring dari luar kafe.

Ngeri banget, lutut gue gemeter, anjrot!

"Ada apa di depan, Mbak? " Bola mata ketiga gadis tersebut berputar dan berhenti kala menangkap siluet pemuda diseberang dengan seragam waiters dan topi bertengger di tempurungnya bertanya dengan suara yang sangat sopan memasuki gendang telinga.

"Kecelakaan mas, " jawabnya serempak dengan pipi bersemu serta bibir yang terlihat berkedut menahan senyum.

Entah dari mana ide gila yang membawa kaki Abi berlari kecil menembus kerumunan, sesudah mengucapkan terima kasih. Menyerobot sesak hingga netranya menangkap siluet seorang gadis yang sangat dikenalinya.

Waktu seakan-akan bergerak melambat, hatinya mencelos ngilu. Berjalan pelan menghampiri sang gadis, menyingkap rambut dan menghapus cairan kental yang menutupi kelopak indahnya.

"C-cepat panggil am-mbulance, " pintanya tersendat menahan sesak.

"Hei, Na, bangun. Jangan tutup mata, ya? " bisiknya dengan suara bergetar. Mendekap erat tubuh Bina berharap bisa menyalurkan kekuatan.

***

Denting jam di ruangan sunyi tersebut berbunyi begitu nyaring. Cahaya bulan menembus celah-celah gorden, bau anti septik serta obat-obatan menguar menusuk tajam sang indra.

Mengerang pelan, pergerakan mulutnya tidak bisa bergerak bebas. Mencoba melepas, namun yang dirasa malah salah satu tangannya terasa kebas. Merunduk-ah, pantas saja salah satu tangannya terasa kebas, ternyata seorang pemuda tertidur dengan salah satu tangannya dijadikan bantalan.

"M-minum, "

Mencoba menarik lalu menggoyangkan tangan yang berada di bawah tulang pipi pemuda tersebut, dan nihil. Tidur apa mati sih?! Batinnya berteriak dongkol.

Ingin sekali Bina menangis. Tenggorokannya begitu perih dan kering, akses pergerakan bibirnya pun sangat minim, dan apa-apaan pemuda ini?

Seakan menggunakan efek slow motion, pemuda itu menggeliat, mengerjapkan mata dan mengangkat kepala. Ada guratan terkejut di kedua kelopaknya yang terbuka sedikit melebar itu kala mengetahui dirinya sudah terbangun, hendak berdiri tapi dengan segera ia mencekal lengan pemuda tersebut.

EDELWEISSTINKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang