0. 0. 8.

2 1 0
                                    

0. 0. 8. "Harapanku tinggi, tetapi, aku juga selalu kepaduk ekspetasi.

🌟 Jangan lupa pojok kirinya, sweetie.

📆 Time update: Selasa, 04 Juli 2023.

🖇️ Join in Instagram: its.sfniii

sfniii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Berasa banyak utang gue. "

"Kas? " gumaman Agha terdengar sangat malas.

"Mana nariknya kagak ada baik-baiknya. "

"Salah lo yang sukanya nunggak. " Suapan terkhir Bina mendarat setelah berucap demikian. "Yuk!" lanjutnya sembari melangkah keluar area kantin tanpa mau mendengarkan balasan.

Untung sayang.

***

"Thanks. " Lagi, tanpa menunggu balasan si pengendara, Bina melenggang memasuki rumah bergaya modern ber cat putih gading dengan interior mewah.

"Bagus, mentang-mentang Bunda nggak ada berani banget lo pulang malem sama laki-laki nggak jelas. " Dengan gerakan spontan, Bina melarikan arah pandangnya ke asal suara, kemudian merotasikan bola matanya jengah. Drama, batinnya.

Ayolah, sejak kapan Febian peduli terhadap keseharian dirinya? Melirik dirinya pun mungkin enggan, dan apa sekarang? Bertingkah seolah-olah menjadi seorang Kakak yang sangat menyayangi adiknya? Cih.

Atau Febian tengah mabuk? Tapi apa Febian seberani itu untuk melanggar peraturan dari Bun-"AKH! "

***

Membosankan. Hari ini Febian terpaksa pulang cepat karena Vania menyuruhnya belajar di rumah saja bersama adiknya, Biru. Perihal Vania yang menemani Miko ke luar kota untuk dua hari ke depan.

Tiga jam berlalu dengan sunyi, keduanya fokus terhadap objek di hadapannya masing-masing. Sudut mata Bian sedari tadi tidak mau lepas dari lantai tiga dan jam hitam yang melingkar di pergelangannya.

Ada sedikit rasa gelisah ketika mengetahui adik perempuannya belum juga sampai ke rumah ketika malam akan segera tiba. Meskipun dirinya jarang memperhatikannya secara gamblang, akan tetapi, Bian tahu jam berapa seharusnya Bina sampai di rumah.

Baru saja belah bibirnya terbuka, pada detik kedua sudah kembali tertutup. Netra Bian menangkap siluet dua remaja berbeda gender duduk manis di atas KLX 150 BF SE hijau dengan seragam yang masih melekat pada keduanya. Rahangnya mengetat, tangannya terkepal di sisi tubuhnya tanpa ia sadari. Bahkan Bian sampai mengabaikan ucapan Biru yang terasa hanya gumaman lirih di rungunya.

Pantas saja Bundanya selalu keras terhadap adiknya, jadi begini kelakuannya di luar sana, batinnya berteriak sinis. "Bagus, mentang-mentang Bunda nggak ada berani banget lo pulang malem sama laki-laki nggak jelas. "

EDELWEISSTINKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang