0. 1. 1.

2 0 0
                                    

0. 1. 1. "Pernah dikatakan bahwa tindakan kita di masa kini akan menciptakan masa depan kita, lantas, tindakan masa lalu apa yang membuatku sampai di masa depan yang seperti ini? "

🌟 Jangan lupa pojok kirinya, sweetie.

📆 Time update: Sabtu, 15 Juli 2023.

🖇️ Join in Instagram: its.sfniii

sfniii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Bina bak seorang terdakwah dengan kasus besar yang perlu dipertanggungjawabkan secara nyata—buktinya saat ini dia telah dikerubungi oleh tiga jaksa abal-abal sekaligus.

Berbagai alasan sudah Bina gunakan untuk kabur dari situasi panas ini, namun tidak satu pun yang mereka terima. Tetap dengan wajah tanpa ekspresi dan sorot yang mengintimidasi.

Menghela nafas pelan. "Hm, ya udah. "

Menatap kosong tempat keluar masuknya angin di atas jendela, kemudian cerita mengalir begitu saja dari bibir pucatnya. Lancar tanpa beban dengan senyum miris sesekali terukir mengingat bagaimana sikap Vania pada dirinya selama tujuh belas tahun ini.

Denyutan di ulu hati Bina semakin membuncah dan terasa mencekik. Perihal kenyataan, pernyataan dan kesakitan yang selama ini Bina kurung dalam dirinya, kini membludak nyata tidak karuan.

Tidak peduli dengan berbagai reaksi yang ditunjukkan, Bina terus berceloteh meski dengan tergugu, sembari menerawang jauh seolah menilik kejadian yang lalu. Perlahan, dekapan hangat kembali menyelimuti lingkup tubuh Bina.

Menarik diri. Menyeka air mata dan tersenyum manis. "Gue nggak apa-apa kok. Kan, sekarang ada kalian, " ucap Bina dengan nada bergetar.

"Bin, " rengek Dira kembali merentangkan tangan.

"Mau juga! " Gerakan spontan kedua gadis itu adalah menatap Agha dengan sorot mata tajam. Selanjutnya, gelak tawa memenuhi ruangan tersebut dengan Abi yang tersenyum manis seraya menatap lekat iris mata hitam yang diselimuti kehampaan meski tengah tersenyum lebar.

Merasa diperhatikan, Bina menggulir bola matanya dan terhenti pada netra sabit favoritnya dengan kedua alis terangkat. Seolah mengerti clue tersebut, Bina menggeleng kecil. Belum saatnya, ucap Bina tanpa vokal lalu diakhiri dengan senyum tipis.

"Satu kebenaran lagi, " celetukan Bina yang tiba-tiba meluncur itu menghentikan aktifitas Dira dan Agha yang tengah adu urat. 

"Nanti. Ada saatnya. " lanjutnya.

***

"Ayo. " Ajakan Bina menggantung di udara.

Sedangkan Abi masih terlihat asik bercengkrama dengan gadis berkepang dua tanpa menyadari kehadiran Bina. Raut wajah Bina berubah dongkol, sebal karena rungu budeg Abi.

EDELWEISSTINKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang