0. 0. 7.

2 1 0
                                    

0. 0. 7. "Sederhananya, jika kamu terluka, Tuhan pun telah menyiapkan penawarnya."

🌟 Jangan lupa pojok kirinya, sweetie.

📆 Time update: Sabtu, 01 Juli 2023.

🖇️ Join in Instagram: its.sfniii

sfniii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


"Nggak usah cari gara-gara deh lo. Udah tau nggak ada yang ngarepin kehadiran lo, masih aja rusuh. Liat tuh, gara-gara lo Bunda nggak jadi makan. " Sinisnya kala Vania meninggalkan meja makan pagi ini.

Good. Bina tarik kembali batinan perihal Bian yang sedang menatapnya dengan binar hangat-memancarkan aura bersahabat di sela sarapan paginya-akan merubah keadaan. Nyatanya, hal itu sebatas harapan di atas impian, tanpa ada doa yang dilangitkan. Sia-sia.

Menghembuskan nafasnya pasrah lalu mengitari meja menuju sang kepala keluarga guna berpamitan. "Bina berangkat. " Kemudian berlalu dengan tas tosca yang menggantung di salah satu bahunya.

***

Gelak tawa menggerayangi rungunya, menyedot atensinya akibat gemaan suara nyaring yang meski tidak menjadi satu-satunya. Tawa itu mengudara bebas tanpa adanya beban, binar bahagia terpancar jelas di kedua netranya yang tertutupi kontak lensa hitam.

Di sana, di tengah-tengah padatnya kantin siang ini, tepatnya di meja yang dikerubungi tiga sosok yang amat Biru benci. Tatapan Biru tidak lepas dari perempuan ber-cardigan hitam yang paling mencolok dari yang lainnya.

Wajah ayu dengan senyum ramah itu membuat semua mata hanya tertuju padanya. Bahkan dirinya pun mengagumi pahatan indah tanpa celah meski rasa benci masih bersarang di hatinya.

"Kedipin tuh mata. Naksir, kan, lo? " todong Arkan dengan siulan menggoda. Pemuda manis yang duduk tepat di samping kiri Biru.

"Emang siapa sih yang bisa nolak pesona Bina, di senyumin dikit aja langsung mleyot." tambah Nata dengan mulut penuh makanan.

"Cewek gitu dibanggain. Pinter enggak, nyusahin iya. Penyakitan pula, " balas Biru sarkastik dengan ketus. Kloningan Bina bergender laki-laki itu tidak terima rupanya dengan pujian yang selalu menyirami sosok ayu tersebut. Entah apa sebabnya.

Melangkah keluar kantin dengan perasaan dongkol. Menuju ruang sunyi yang sayangnya banyak digemari sebagian orang. Deretan buku terkumpul sesuai jenis dan genre yang sengaja ditata rapi di setiap rak yang menjulang.

Mengambil salah satu buku dengan acak dan mulai membacanya. Sial, pikiran Biru bercabang. Ada apa dengan dirinya hari ini? Menghela nafas kasar dan mulai membaca ulang buku yang berada di genggamannya.

Lantas, sepersekian detik bola matanya kembali berbutar-melirik sekilas yogurt dan roti lapis yang baru saja mendarat sempurna di atas meja. Mengangkat pandang, netranya menangkap sosok dia yang sedari tadi Biru perhatikan saat berada di kantin.

EDELWEISSTINKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang