Bab 03

269 32 4
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.

"Kau tidak ingin melihat tempat ini untuk kali terakhir?"

"Sayang sekali. Jadwalku sangat padat, baby."

Pandangannya mengedar ke seluruh ruangan berukuran tak lebih dari 4x6 meter persegi di hadapannya itu. Sara mendesah pelan. Seperti menyayangkan suatu hal tapi ia tidak tahu itu apa. Seolah ada sesuatu yang menahannya di tempat ini.

"Yeah ... aku tidak dapat membantahnya," celetuk Sara lagi.

Tangannya sibuk memasukkan beberapa barang-barang ke dalam sebuah kardus tebal, hingga ponsel yang masih terhubung dengan Yoongi di sebrang sana ia gamit di antara telinga dan pundaknya.

"Di sini banyak kenangan kita. Kau tidak ingin mengucapkan salam perpisahan begitu?"

Terdengar suara kekehan renyah dari Yoongi yang mengudara. Sara merotasikan bola matanya. Sedikit dongkol.

"Itu hanya sebuah flat. Apartemen baru kita lebih bagus."

"Hanya?" ulang Sara tidak terima. Lantas tanpa merasa bersalah pria bermarga Hwan itu berdeham.

"Aku akan langsung menuju apartemen kita yang baru setelah syuting malam ini bagaimana, hm?"

"Terserah. Kau menyebalkan!"

Sara menjauhkan benda pipih itu dari daun telinganya. Menekan tombol merah untuk mematikan sambungan telepon dan melemparnya ke atas sebuah sofa yang sudah ditutupi kain putih keseluruhan.

"Tch! Dia tidak tahu apa-apa tentang mengenang sesuatu," monolognya kesal.

Kembali Sara memasukkan beberapa buku yang semula tertata rapih di rak ke dalam kardus kosong. Beberapa bulan lalu Yoongi dan Sara memutuskan untuk membeli sebuah apartemen dengan cicilan enam bulan. Keduanya sepakat untuk menempati hunian itu jika sudah dilunasi.

Karir Yoongi naik secara drastis semenjak beberapa lagu ciptaan grupband mereka memuncaki tangga musik tingkat nasional.
Hal itu sontak menarik perhatian brand fashion untuk menjadikannya model di beberapa majalah remaja.

Hwan Yoongi semakin sibuk dan menjelma menjadi sosok tertutup.

Agensi memperketat pengawasan guna menghindari skandal yang bisa menjatuhkan nama baiknya. Karena itulah kadangkala Yoongi merasa jenuh sebab ia sulit memiliki kesempatan untuk menginap di flat sempitnya bersama Sara.

Hubungan mereka tidak merenggang. Perkembangan pesat teknologi dari masa ke masa mampu membuat kasih yang terjalin di antara keduanya tetap terjalin mesra. Kerapkali Yoongi menyempatkan diri menanyakan di sela-sela latihan, syuting, dan touring.

"Andai saja aku sudah bisa menghasilkan banyak uang, akan kubeli gedung ini hanya untuk bernostalgia kenangan bersama Hwani," celetuk Sara lagi.

Sejenak kemudian Sara menoleh cepat ketika terdengar ketukan dari arah pintu.

Gadis Kang itu pikir sosok yang saat ini tengah tersenyum lebar di ambang pintu adalah Yoongi, tapi ternyalah dugaannya salah.

"Kau?"

"Kau berharap siapa?"

"Kupikir kau ...."

"Hwani?" Sara mengangguk samar.

"Sebegitu rindunya ...."

"Kami ... jadi jarang sekali bertemu."

Gadis berambut sebahu itu menyodorkan segelas kopi dingin. Sara mengambil dan menyeruputnya dengan malas.

"Ya ampun, Kang Sara. Tetap saja, di sisi baiknya, hampir seluruh hasil dari pencapaiannya menjadi idol ia berikan padamu. Buktinya sekarang kau akan pindah ke tempat yang bagus."

Hello Mi Casa [M]✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang