Bab 04

233 27 4
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.
.

"Jadi tidak marah lagi?"

Sara menatap langit-langit sembari mengerucutkan bibir, seolah sedang berpikir keras. Sesekali melirik sekilas ke arah Yoongi yang sedang memerhatikannya dengan tatapan polos seperti seorang anakn yang sedang menunggu antrian permen gratis.

"Bagaimana, ya ... kau memang menyebalkan."

"Kau bilang aku manis," ucap Yoongi sambil tersenyum dengan mempertontonkan sederet gigi kecil dan gusinya yang bersih. Sara langsung bergidik.

"Kutarik ucapanku," goda Sara. Jemarinya membuat cubitan-cubitan kecil pada kain kaos yang Yoongi kenakan di bagian pundak.

"Jadi aku tidak manis? Padahal penggemarku bilang aku semanis gula."

Mendengar hal itu Sara langsung melayangkan tatapan kosong ke arah Yoongi yang masih tersenyum lebar. Rengkuhan kakinya pada pinggul Yoongi mengendur.

"Penggemar, ya ...," tukas Sara singkat. Sara tidak mengerti mengapa respon rongga kepalanya menjadi tidak karuan setelah mendengar apa yang Yoongi katakan.

Penggemar? Benar. Sudah nyaris 2 tahun berlalu sejak pria ini debut sebagai idol. Jelas saja Yoongi sekarang memiliki banyak penggemar. Grupnya mulai dikenal dan diminati khalayak umum. Yoongi bahkan sudah berhenti melakukan pekerjaan paruh waktu sejak setengah tahun lalu.

Sejauh ini Yoongi tampak sama di matanya, tapi baru kali ini Sara merasa ada aura berbeda yang terpancar dari sorot mata Yoongi. Sesuatu yang besar hingga seakan-akan membuat Sara merasa bahwa ia hanyalah sebutir debu di gurun sahara.

"Ya!" sahut Yoongi antusias. "Penggemarku membawakan beberapa hadiah yang bagus. Lihat di sofa sana! Banyak, 'kan? Aku membawanya ke sini untukmu."

Sara menoleh ragu-ragu. Mulutnya menganga kecil saat melihat beberapa kantong kertas bermerk yang bertumpukan di atas sofa dan meja ruang tamu apartemen mereka. Namun, entah mengapa Sara merasa ada perasaan yang aneh di dalam dadanya.

"Semua itu ... dari penggemarmu?"

"Ya, aku memang seterkenal itu sekarang. Tiket konser kami untuk bulan depan bahkan sudah terjual hampir seratus ribu lebih."

"Oh ...."

"Lihat betapa istimewanya dirimu, sayang. Saat mereka membeli semua itu dengan harga mahal, oh ... atau mungkin mereka mengumpulkan sisa uang jajan mereka untuk membeli hadiah untukku dan aku memberikannya padamu."

Kang Sara tidak tahu apakah ia harus merasa senang mendengar hal demikian. Namun ia justru mengulas senyum kecut. Dalam dadanya ada banyak sekali perasaan yang tercampur aduk bagai adonan semen dan kerikil. Yoongi seolah membuatnya menjadi sosok paling spesial dan juga paling egois di antara para penggemarnya.

Perlukah Yoongi mengatakan hal itu? Apakah Yoongi berpikir jika mengatakannya akan membuatnya bahagia?

"Ah ..., ya. Terimakasih."

"Kau ingin sesuatu yang lain? Bukankah kau perlu ponsel baru? Bagaimana jika jalan-jalan di Mall?"

Gadis itu hanya bergeming sembari melihat bagaimana Yoongi berceloteh ria, sangat antusias.

"Kau tahu? Mulai bulan ini, kami sudah menerima gaji lima puluh persen dari pendapatan. Semua hutang kami pada agensi untuk pakaian, tempat tinggal, dan makanan sejak kami di masa pelatihan, sampai sekarang sudah lunas. Sara, aku sudah berhasil."

Pada akhirnya, senyuman Sara terbit.

"Astaga ... Hwani-ku sudah sukses sekarang."

"Jadi kita pergi sekarang?"

Hello Mi Casa [M]✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang